HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Siti Khoiroh Muflihatin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH THERAPI DZIKIR TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA. Siti Khoiroh Muflihatin

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang


HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

Kata Kunci : Diabetes, Pola Makan, Aktifitas Olahraga, Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DM TIPE 2 DI RSU UNIT SWADANA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

Kedokteran Universitas Lampung

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA E-mail : siti.khoir96@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross sectioanl yang bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dirawat di ruang rawat inap dengan kadar glukosa darah yang belum terkontrol berjumlah 30 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposif sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan )antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di RSUD Abdul Wahab syahranie Samarinda (p = 0.010) dengan arah hubungan yang positif dan kekuatan korelasinya sedang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien DM Tipe 2.. Penelitian ini merekomendasikan agar kiranya tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memperhatikan aspek stres pasien dan dapat melaksanakan manajemen stres agar dapat membantu menurnkan kadar glukosa darah pasien disamping terapi farmakologi juga tetap berjalan. Kata Kunci : Tingkat stres, Kadar glukosa darah, DM tipe 2 ABSTRACT This study was a descriptive correlation study with cross sectional approach which aims to analyze the relationship between stress levels and blood glucose levels of patients with type 2 of Diabetes Mellitus in RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. The samples in this study were patients with type 2 of diabetes mellitus treated in hospitalization room with blood glucose levels were not controlled amounted to 30 respondents. The sampling technique used was purposive sampling. The results of study showed a significant relationship between stress levels and blood glucose levels of patients with type 2 of Diabetes Mellitus in RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda (p = 0.010) with the positive direction of the relationship and the strength of the correlation was medium. From the results of this study can be concluded that there was a significant correlation between stress levels and blood glucose levels of patients with type 2 of Diabetes Mellitus. The study recommends that health professionals, especially nurses would be able to pay attention to aspects of patient s stress and stress management can be implemented in order to help in reducing the patient's blood glucose levels in addition to the pharmacological therapies also keep running. Keywords: stress levels, blood glucose levels, type 2 of diabetes mellitus 0

LATAR BELAKANG Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme menahun/kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) yang disebabkan karena jumlah insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012). Di Indonesia DM merupakan ancaman yang serius bagi pembangunan kesehatan, DM merupakan satu dari empat penyakit tidak menular (PTM) tertinggi yang berakibat pada kematian, tiga penyakit lainnya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan penyakit paru paru kronik (Aditama, 2012). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian nomor enam dari seluruh kematian pada semua kelompok umur. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di berbagai penjuru dunia termasuk juga di Indonesia (Perkeni, 2011). Indonesia sendiri berada pada peringkat ke-10 dengan jumlah penderita 7.3 juta jiwa (IDF, 2011). Badan kesehatan dunia (World Health Organization) memperkirakan kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta jiwa pada tahun 2030. Kondisi ini membuat peringkat Indonesia menduduki peringkat empat setelah Amerika Serikat, Cina dan India (Aditama, 2012). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi diabetes yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 2.1 % dimana Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Berdasarkan riskesdas tahun 2007 jumlah penderita DM di Kalimantan Timur sbesar 1.5%, dari hasil tersebut menggambarkan bahwa terdapat kenaikan jumlah penderita diabetes melitus di Kalimantan Timur. Dari kenaikan jumlah insidensi penyakit diabetes melitus tersebut, diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90 % kasus (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2011). Meningkatnya jumlah penderita DM dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktifitas fisik, proses menua, kehamilan, perokok dan stres (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2011). Pada penderita DM, stres fisiologi dan emosional seperti keadaan sakit, infeksi dan pembedahan dapat menimbulkan hiperglikemia. Sebagai respon terhadap stres 1

akan terjadi peningkatan hormon-hormon stres yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Hormonhormon ini akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin. Menurut Lorentz (2006), stres menyebabkan peningkatan sekresi hormon epineprin dan kortisol yang meningkatkan kadar glukosa darah. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross sectioanl. Sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dirawat di ruang rawat inap dengan kadar glukosa darah yang belum terkontrol berjumlah 30 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposif sampling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda. Alat dan metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan kuesioner skor skala DASS untuk mengukur tingkat stres responden. Sedangkan untuk mengukur kadar glukosa darah responden dengan menggunakan glukometer. Untuk penilaian respon stres, peneliti menggunakan skala DASS (depression anxiety and stres scale) yang dikembangkan oleh Lavibond & Lavibond (1995). Dikatakan dalam kategori normal jika jumlah skor DASS 0-14, stres ringan jika jumlah skor 15 18, stres sedang jika jumlah skor 19 25, stres berat jika jumlah skor 26 33 dan stres yang sangat berat jika jumlah skor lebih dari 34. Skala stres DASS telah digunakan dan diujikan baik reliabilitas maupun validitasnya oleh Damanik (2006). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data univariat dan bivariat. Analisis univariat menggambarakan karakteristik masing masing variabel yang diteliti. Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan mean, median dan standar deviasi. Sedangkan Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian adalah uji Korelasi Person. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Berat Badan (IMT) di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, (n = 30) Variabel F % Jenis Kelamin Laki-laki 10 33.3 % Perempuan 20 66.7 % Berat Badan (IMT) BB kurang 3 10.0 % BB normal 14 46.7 % BB lebih 13 43.3 % Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pada penelitian ini paling banyak adalah perempuan (66.7%), dan 2

berdasarkan berat badan yang paling banyak adalah berat badan normal (46.7%) dan berat badan lebih (43.3%). N o Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Stres dan Kadar Glukosa Darah di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda (n = 30) Variabel Mean SD Min- Max 95 % 1 Usia responden 52.90 8.75 40-70 49.63-56.17 2 Tingkat Stres Responden 3 Kadar Glukosa darah responden CI 22.40 5.519 11-33 20.34-24.46 237.3 3 67.279 133-370 212,21-262.46 *Bermakna pada α : 0.05 Pada tabel 3 terlihat bahwa rata-rata tingkat stres responden adalah 22.40 dengan standar deviasi 5.519., sedangkan rata rata kadar glukosa darah responden adalah 237.33 mg/dl dengan standart deviasi 67.279 mg/dl. Dari hasil korelasi person didapatkan nilai P Value : 0.010 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien. Dari hasil tersebut juga didapatkan nilai korelasi person (r) sebesar 0.463 yang menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Tabel 1 mennjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 52.90 tahun dengan standar deviasi 8,75 dimana usia terendah responden adalah 40 tahun dan usia tertinggi adalah 70 tahun. Rata-rata tingkat stres responden adalah 22.40 denagn standart deviasi 5.519 dimanatingkat stres responden termasuk dalam kategori stres sedang. Rata-rata glukosa darah responden adalah 237.33 mg/dl dengan standar deviasi 62.279 dimana kadar gula darah terendah responden adalah 133 mg/dl dan kadar gula darah tertinggi adalah 370 mg/dl. Tabel 3 Hubungan Tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda (N=30) N Variabel Mean SD r P Value o 1 Tingkat Stres 22.40 5.519 0.463 0.010 2 Kadar Glukosa darah 237.33 67.279 PEMBAHASAN Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme menahun/kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) yang disebabkan karena jumlah insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih akan tetapi kurang efektif, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin (Waspadji, 2012). DM dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktifitas fisik, proses menua (usia), kehamilan, perokok dan stres (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2011). Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes melitus. 3

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata usia responden adalah 52.9 tahun dimana usia terendahnya adalah 40 tahun dan usia tertinggi adalah 70 tahun. Rata-rata usia responden diabetes melitus ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa mayoritas DM tipe 2 akan muncul pada penderita yang berusia lebih dari 40 tahun (Waspadji, Soebekti, Yunir & Sukardji, 2012). Sedangkan menurut Soegondo, Suwondo & Subekti (2011) faktor resiko penderita DM tipe 2 adalah usia 45 tahun. WHO menyebutkan bahwa setelah seseorang mencapai umur 30 tahun, maka konsentrasi glukosa darah akan meningkat 1 2 mg % pertahun pada saat puasa dan akan naik sekitar 5.6 13 mg% pada 2 jam setelah makan, sehingga variabel usia merupakan salah satu faktor utama terjadinya kenaikan prevalensi diabetes serta gangguan toleransi glukosa (Rochmah dalam Sudoyo, 2009). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 20 orang (66.7%). Hasil penelitian ini mendukung data yang didapatkan oleh Riskesdas (2007) dimana didapatkan hasil bahwa DM lebih banyak dijumpai pada perempuan (6.4%) dibandingkan dengan laki-laki (4.9%). Banyaknya jumlah penderita diabetes yang berjenis kelamin perempuan pada penelitian ini menurut asumsi peneliti dihubungkan dengan faktor kegemukan yang merupakan faktor pencetus DM tipe 2, hal ini sesuai 4 dengan pendapat Corwin (2009) dalam Novayanti (2012), yang menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami obesitas karena peningkatan hormon estrogen yang menyebabkan peningkatan lemak pada jaringan sub kutis, sehingga wanita memiliki resiko lebih besar terkena diabetes jika memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki berat badan normal sebanyak 14 responden (46.7%), sedangkan yang memiliki berat badan lebih sebanyak 13 responden (43.3%), dari hasil statistik didapatkan bahwa rata-rata berat badan responden berdasarkan indeks massa tubuh berada dalam kategori berat badan lebih dengan Rata-rata IMT 23,12. Hasil penelitian ini sejalan dengan Perkeni (2011) yang menyatakan bahwa prevalensi berat badan berlebih/obesitas pada DM sampai saat ini masih cukup tinggi demikian juga kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas juga sering dijumpai. Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindroma dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi) yang didasari oleh resistensi insulin (Perkeni, 2011). Pada obesitas sel-sel lemak yang menumpuk akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat ini yang menyebabkan resistensi terhadap insulin. Akibat resistensi ini glukosa darah

sulit masuk ke dalam sel sehingga glukosa di dalam darah meningkat (Nurrahmani,2012). Obesitas juga menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah menjadi berkurang. Selain itu reseptor insulin pada target sel diseluruh tubuh kurang sensitiv dan jumlahnya berkurang sehingga insulin di dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (ilyas dalam Soegondo, Soewondo & soebekti, 2011). Dari hasil diatas didaptakan bahwa rata rata tingkat stres responden adalah 22.40 yang jika dikategorikan termasuk dalam kategoi stres sedang. Berdasarkan hasil analisa bivariat didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar tingkat stres dengan kadar glukosa darah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian novayanti (2012) yang mendapatkan hasil bahwa rata-rata stres responden yang menderita DM berdasarkan skala DASS berada pada tingkat sedang (23.58). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Surwit (2002) yang mengatakan bahwa Stres merupakan kontributor potensial untuk kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes, selain itu stres juga dapat mengganggu kontrol diabetes secara tidak langsung melalui efek pada diet, latihan dan perilaku perawatan diri penderita DM. Stres fisiologis dan emosional seperti keadaan sakit, infeksi dan pembedahan dapat menimbulan hiperglikemia pada penderita 5 DM. kondisi stres pada individu akan memicu peningkatan hormon stres dalam tubuh yang akan meningkatkan kadar glukosa darah khususnya bila asupan makanan dan pemberian insulin tidak diubah (Smeltzer & Bare,2010). Sebagai respon terhadap stres akan terjadi peningkatan hormon-hormon stres yaitu glukagon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Hormonhormon ini akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rata-rata usia responden adalah 52.9 tahun yang merupakan kategori usia yang rentan untuk menderita DM tipe 2, mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan, tingkat stres responden berada pada tingkat stres sedang, sedangkan rata-rata berat badan responden berdasarkan IMT adalah 23.12 yang dikategorikan dalam kategori berat badan lebih dan Rata-rata kadar glukosa darah responden adalah 237.33 mg./dl Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Abdul Wahab Syahranie samarinda dengan arah hubungan yang positif dengan kekuatan korelasi sedang.

Saran : Stres merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan knaikan kadar glukosa darah, untuk itu diharapkan kepada seluruh perawat untuk bisa melakukan manajemen stres sehingga kadar glukosa darah pasien dapat terkendali. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti topik yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar dan memperhatikan faktor diit dan pengobatan farmakologi pasien sebagai faktor konfonding. Selain hal tesebut disarankan untuk penelitian selanjutnya dimana dalam mengukur kadar glukosa darah tidak menggunakan uji klinis dengan glukometer akan tetapi dianjurkan untuk menggunakan pemeriksaan hasil laboratrium hematologi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.G., & Taylor, A.G. (2011). The metabolic sindrome and mind body terapies : A systematic review. Journal of Nutrition and Metabolism. 11. 1-8. Lorentz, M. (2006). Stress and psychoneuroimmunology revisited: Using mind body interventions to reduce stress. Alternative Journal of Nursing, 11, 1-11. Pasiak, T., (2012). Tuhan dalam otak manusia: Mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan neurosains, Bandung: Mizan. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: Author. Xviii Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Texbook of medical surgical nursing Brunner & Suddarth s. (11th.ed.). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. (2th ed). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Waspadji, S., Soebekti, I., Yunir, E.M., & Sukardji, K. (2012), Petunjuk praktis bagi penyandang diabetes tipe 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 6