IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DI DESA PANCUMA KECAMATAN TOJO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS

dokumen-dokumen yang mirip
Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Identifikasi Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik Schlumberger Di Kabupaten Tanah Laut

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

Gravitasi Vol.13 No.1 ISSN:

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESIDENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA OGOWELE KABUPATEN TOLITOLI. Abstrak

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

BAB III METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

III. METODE PENELITIAN

POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 11-22

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

HP:

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

ABSTRAK

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Interpretasi Data Geolistrik untuk Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data Hidrogeologi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

KARAKTERISTIK TAHANAN JENIS DAN INTERPRETASI SATUAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN PENGUKURAN GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENDUGAAN KEDALAMAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI DESA BOJONGSARI KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN

SURVEI RESISTIVITAS UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TAHANAN JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN DAERAH SEDIMENTASI KUWU

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

ANALISIS RESISTIVITAS BATU BARA BARRU DUSUN PALLUDA KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

Unnes Physics Journal

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

Angelia Rajagukguk, Riad Syech, Retno Agung

DOKUMENTASI PT.PRIHADITAMA

Berkala Fisika ISSN : Vol. 11, No.2, April 2008, hal 59-66

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

IDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DI DESA PANCUMA KECAMATAN TOJO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS The identification of iron ore distribution in Pancuma village, Tojo district using geoelectric resistivity Method Abstrak Tiara Yuniarti 1, Moh. Dahlan Th. Musa 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia tiaralalayuniarti@gmail.com; 082291513885 Telah dilakukan penelitian di Desa Pancuma Kecamatan Tojo yang betujuan untuk mengidentifikasi sebaran bijih besi di bawah permukaan tanah.penelitian ini menggunakan metode geolistrik hambatan jenis konfigurasi schlumberger. Hasil pengolahan 6 titik duga yang tersebar di daerah penelitian menggunakan perangkat lunak Progress diperoleh nilai hambatan jenis lapisan yang diduga mengandung bijih besi berkisar antara 50,5 Ωm 80,8 Ωm dengan ketebalan lapisan maksimal mencapai 50,1 meter dan ketebalan minimal 0,7 meter. Penyebaran lapisan yang diduga mengandung bijih besi diperkirakan lebih tebal pada bagian selatan lokasi penelitian dan lebih tipis pada bagian utara. Kata Kunci :Geolistrik, Hambatan Jenis, Progress, Bijih Besi The identification of iron ore distribution under surface in Pancuma village, Tojo district, using the geoelectric resistivity of schlumberger configuration has been conducted. Results of the data processing at 6 estimation points in study area using Progress software indicate that the estimated layer type contained iron ore which had the resistivity values of 50.5 Ωm 80.8Ωm with the maximum layer thickness of 50.1 m and the minimum layer thickness of 0.7 m. The distribution of the estimated layers has thicker layer in southern part and thinner layer in northern part in study area. Key Words: Geoelectric, Resistivity, Progress software, Iron ore. 1. Pendahuluan Besi (Fe) merupakan salah satu unsur yang bernilai ekonomis.unsur ini jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas (Petruccy, 1985).Besi pada umumnya berbentuk oksida besi sehingga membentuk senyawa atau mineral seperti hematite dan magnetite.mineral-mineral yang mengandung besi tersebut banyak dijumpai pada jenis batuan Ultramafik. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso, wilayah yang tersusun oleh batuan Ultramafik adalah Kecamatan Tojo. Hal ini memungkinkan adanya batuan-batuan yang mengandung unsur besi.salah satu indikasinya yaitu ditemukannya singkapan batuan yang mengandung bijih besi yang terletak di Desa Pancuma. Singkapan tersebut tersebar di pegunungan dan di sekitar aliran sungai.untuk mengetahui penyebaran bijih besi pada lapisan bawah permukaan di wilayah tersebut perlu dilakukan penelitian.salah satu metode yang 19

dapat digunakan adalah metode geolistrik hambatan jenis. Metode geolistrik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat kelistrikan batuan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan.di antara fenomena sifat listrik pada batuan adalah sifat hambatan jenis.setiap batuan memiliki nilai hambatan jenis yang berbedabeda.dengan menggunakan metode ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran sebaran bijih besi di wilayah tersebut berdasarkan nilai hambatan jenisnya. Sebelumnya, metode geolistrik hambatan jenis untuk mengetahui nilai hambatan jenis bijih besi serta sebaran dan volumenya di bawah permukaan bumi juga telah dilakukan di Desa Uekuli, yaitu desa yang bersebelahan dengan Desa Pancuma (Bahri, 2010). Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh nilai hambatan jenis dari bijih besi berkisar antara 47,8 Ωm 100,8 Ωm. 2. Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Pancuma Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Unauna, Provinsi Sulawesi Tengah.Letak geografis lokasi penelitian berada pada 1 o 13 00 1 o 16 00 LS dan 121 o 12 00 121 o 15 00 BT. Pengambilan data dilapangan, dimulai dengan survei pendahuluan untuk memberikan gambaran kondisi geologi dan topografi lokasi penelitian serta untuk menentukan luasan cakupan daerah, lintasan dan titik pengukuran. Survei pendahuluan menggunakan beberapa data-data penunjang yaitu : a. Peta Geologi Lembar Poso, skala 1 : 50.000 b. Peta Rupa Bumi Lembar Tongku, skala 1 : 50.000 Pengambilan data menggunakan metode geolistrik hambatan jenis dengan beberapa peralatan sebagai berikut : a. Satu set alat ukur geolistrik resistivitimeter. b. Elektroda 4 Buah c. Sumber arus listrik (Accu) d. Kabel penghubung arus dan potensial 2 pasang e. GPS dan Kompas f. Palu Geologi Proses pengambilan data di lapangan dilakukan pada 6 titik duga dimulai dengan menentukan posisi titik ukur. Kemudian menentukan arah bentangan dengan menggunakan kompas geologi. Membentangkan elektroda arus AB/2, diawali dengan jarak 1,5 sampai dengan jarak 200 m elektroda potensialnya MN/2 masing-masing 0,5 m untuk bentangan AB/2 dari 1,5 15 m, 5 m ( 15 75 ) m dan 25 m (75 200) m. Data yang diperoleh di lapangan yaitu nilai arus, potensial dan hambatan jenis semu. Dari data tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam kertas bilog untuk melihat adanya loncatan data. 20

Gambar 1. Konfigurasi Elektroda Sclumberger (Santoso, 2000) Pada pengambilan data menggunakan metode geolistrik hambatan jenis Vertical Electrical Sounding (VES) konfigurasi schlumberger, faktor geometri yang digunakan yaitu : ( L 2 2 l ) K 2l (1) Dari hasil pengambilan data di lapangan, kemudian diolah menggunakan Curve Matching dan perangkat lunak Progress. Hasil dari program tersebut, diperoleh berbagai variasi nilai hambatan jenis dan kedalaman serta ketebalan lapisan tiap titik duga. Dengan cara ini, maka keadaan lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan dapat diduga/ditafsirkan dengan tampilan model dalam bentuk 1D. Dasar dalam menginterpretasikan hasil pengolahan data di daerah penelitian yaitu nilai hambatan jenis setiap titik duga, kondisi geologi, dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di sekitar daerah penelitian.selanjutnya hasil dari 6 titik duga, dikorelasikan ke dalam 3 buah penampang.penampang tersebut dikorelasikan berdasakan susunan lapisan dan posisi titik duga yang berdekatan.dari penampang tersebut, dapat terlihat sebaran lapisan yang diduga sebagai batuan yang mengandung bijh besi dengan lebih jelas. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Kondisi Geologi dan Geomorfologi Berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso, daerah penelitian terdapat beberapa formasi batuan yaitu Formasi Bongka, Kompleks Ultramafik serta Alluvium dan Endapan Pantai. Di sebelah utara dan selatan terdapat satuan batuan Formasi Bongka yang tersusun dari perselingan antara batu pasir, konglomerat, napal, batu lempung dan lignit.formasi ini umurnya diperkirakan Miosen atas hingga Pliosen dan diendapkan pada lingkungan pengendapan payau-laut dangkal (Surono, 2013).Di sebelah timur terdapat Kompleks Ultramafik yang merupakan bagian dari jalur Ofiolit Sulawesi yang terdiri atas hazburgit, lezorlit, werlit, dunit, websterit, piroksenit, dan serpentinit.formasi ini mengalami beberapa kali pengalihtempatan sejak Zaman Kapur sampai Zaman Miosen Tengah.Sedangkan di sebelah barat terdapat alluvium dan endapan pantai yang tersusun dari pasir, lempung, lumpur, kerikil serta kerakal yang diperkirakan merupakan endapan quarter berumur Holosen.Mineralisasi bijih besi diduga berada pada kontak antara formasi Bongka dan kompleks Ultramafik.Kondisi geologi daerah penelitian, dapat dilihat pada Gambar 2. Morfologi wilayah Desa Pancuma terdiri dari dataran dan perbukitan.perbukitan berada di sebelah timur yang memanjang dari arah utara ke selatan.pemukiman warga berada di tengah.sedangkan di sebelah barat merupakan wilayah pesisir pantai.di Desa Pancuma terdapat sebuah sungai yaitu Sungai Pancuma yang bermuara di Teluk Tomini dengan arah timur barat. Vegetasi di Desa Pancuma terdiri atas pepohonan dan padang ilalang yang tersebar luas pada wilayah perbukitan. Pada wilayah dataran 21

hingga pesisir pantai, terdapat vegetasi pohon kelapa sebagai tanaman perkebunan warga sekitar. Gambar 3. Hasil Pengolahan Data VES Titik Duga 1 Gambar 2. Peta Geologi Lokasi Penelitian 3.2. Hasil Pengolahan Data Hasil pengolahan data dari titik duga 1 diperoleh hasil berikut: Hasil pengolahan data titik duga 1 di Gambar 3 menunjukkan nilai hambatan jenis berkisar antara 11,53 Ωm 152,60 Ωm dan kedalaman lapisan lebih dari 110 m dengan tingkat kesalahan lebih kecil dari 3%. 3.3. Pembahasan Dasar dalam menginterpretasikan hasil pengolahan data di daerah penelitian yaitu nilai hambatan jenis setiap titik duga, kondisi geologi, dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di sekitar daerah penelitian. Untuk mendapatkan gambaran lapisan bawah permukaan, 6 titik duga hasil pengolahan data Vertical Electrical Sounding (VES) dikorelasikan dalam 3 penampang yang terlihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6. Penampang A 22

Penampang A (Gambar 4) merupakan korelasi antara Titik Duga 1 dan Titik Duga 3 berarah ± N 175 0 E. Panjang penampang ±842 m dengan topografi berada pada ketinggian ±123 m (titik duga 1) naik ke arah selatan hingga mencapai ketinggian ±130 m (titik duga 3). Dari penampang tersebut diperoleh 6 susunan lapisan dengan nilai hambatan jenis yang bervariasi berkisar antara 11,5 Ωm 271 Ωm mencapai kedalaman 110 m bawah muka tanah setempat (bmt). Gambar 5. Penampang B Gambar 4. Penampang A Penampang B Penampang B (Gambar 5) berarah ± N 160 0 E merupakan korelasi antara titik duga 1 dan titik duga 2.Panjang penampang ±1007 m dengan topografi berada pada ketinggian ±123 m (titik duga 1) naik ke arah tenggara mencapai ketinggian ±230 m (titik duga 2).Dari penampang tersebut diperoleh 6 susunan lapisan dengan nilai hambatan jenis yang bervariasi berkisar antara 3,23 Ωm 152 Ωm mencapai kedalaman 120 m bmt. Penampang C Penampang C (Gambar 6) berarah ± N 160 0 E merupakan korelasi titik duga yang dimulai dari titik duga 6, titik duga 5 ke titik duga 4.Panjang penampang ±1765 m dengan topografi berada pada ketinggian ±328 m (titik duga 6) naik ke arah tenggara mencapai ketinggian ±491 m (titik duga 5) dan menurun pada ketinggian ±487 m (titik duga 4). Dari penampang tersebut diperoleh 4 susunan lapisan dengan nilai hambatan jenis yang bervariasi berkisar antara 0,45 Ωm 538,4 Ωm mencapai kedalaman 140 m bmt. 23

Gambar 6. Penampang C Berdasarkan hasil pengolahan data dan interpretasi 3 penampang, maka dapat diketahui struktur lapisan di daerah penelitian serta sebaran lapisan yang diduga sebagai batuan yang mengandung bijih besi.penentuan lapisan tersebut mengacu pada kondisi geologi lokasi penelitian serta hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di sekitar lokasi penelitian, yaitu di Desa Uekuli. Secara umum, nilai hambatan jenis yang diperoleh dari hasil pengolahan data Vertical Electrical Sounding (VES) di lokasi penelitian diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Lapisan dengan nilai hambatan jenis 0,45 Ωm 32,3 Ωm diduga merupakan lapisan batu lempung 2. Lapisan dengan nilai hambatan jenis 50,66 Ωm 80,8 Ωm diduga merupakan lapisan yang mengandung bijih besi 3. Lapisan dengan nilai hambatan jenis 125,3 Ωm 538,4 Ωm diduga merupakan lapisan yang tersusun atas batu pasir dan konglomerat Berdasarkan gambaran 3 penampang tersebut, terlihat bahwa susunan lapisan serta keterdapatan lapisan yang diduga mengandung bijih besi pada Penampang A dan Penampang B hampir sama, hal ini dikarenakan posisi penampang tersebut berdekatan. Pada kedua penampang tersebut, terdapat 2 lapisan yang diduga mengandung bijih besi, yaitu lapisan kedua dan lapisan kelima. Pada Penampang A lapisan yang diduga mengandung bijih besi memiliki nilai hambatan jenis berkisar antara 55,2 Ωm sampai 80,8 Ωm. Pada lapisan kedua berada pada kedalaman 1,1 m bmt, ketebalan lapisannya berkisar antara 1,3 meter sampai 4,2 meter. Sedangkan pada lapisan kelima berada pada kedalaman 22,58 m bmt, ketebalannya berkisar antara 32,5 meter sampai 37,1 meter. Pada Penampang B lapisan yang diduga mengandung bijih besi memiliki nilai hambatan jenis berkisar antara 55,6 Ωm sampai 80,8 Ωm. Ketebalan lapisannya pada lapisan kedua berkisar antara 0,7 meter sampai 1,3 meter. Sedangkan pada lapisan kelima, ketebalan lapisannya berkisar antara 32,5 meter sampai 50,3 meter. Diduga, terdapatnya lapisan tipis yang mengandung bijih besi pada lapisan kedua, disebabkan proses pelapukan dan transportasi material material batuan yang mengandung bijih besi dari batuan induk. Pada Penampang C terdapat satu lapisan yang diduga mengandung bijih besi berada pada kedalaman 73,54 m bmt. Nilai resistivitas yang diduga mengandung bijih besi pada lapisan tersebut berkisar antara 50,66 Ωm sampai 76,42 Ωm dengan ketebalan lapisan 5,06 meter sampai 19,9 meter. Pada penampang ini, ketebalan lapisan yang diduga mengandung bijih besi pada titik duga 5 lebih besar daripada 24

ketebalan lapisan yang di duga mengandung bijih besi pada titik duga 4 dan tidak terdapat lapisan yang diduga mengandung bijih besi pada titik duga 6. Dari ketiga penampang tersebut, terlihat sebaran lapisan yang diduga mengandung bijih besi pada Penampang A menebal ke arah timur dan pada Penampang B menebal ke arah tenggara. Pada Penampang C, terlihat lebih tebal pada titik duga 5 namun semakin ke arah tenggara yaitu pada titik duga 4 ketebalannya berkurang. Jika dibandingkan antara Penampang A, Penampang B dan Penampang C, terlihat bahwa sebaran lapisan yang diduga mengandung bijih besi, lebih tebal pada Penampang A dan Penampang B atau di sebelah selatan lokasi penelitian dibandingkan pada Penampang C atau di sebelah utara lokasi penelitian. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran dan tujuan dilaksanakannya pengukuran di Desa Pancuma, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran lapisan yang diduga mengandung bijih besi di bawah permukaan berdasarkan nilai hambatan jenisnya diduga pada Penampang A menebal ke arah timur dan pada Penampang B menebal ke arah tenggara. Pada Penampang C, terlihat lebih tebal pada titik duga 5 namun semakin ke arah tenggara yaitu pada titik duga 4 ketebalannya berkurang. Jika dibandingkan antara Penampang A, Penampang B dan Penampang C, terlihat bahwa sebaran lapisan yang diduga mengandung bijih besi, lebih tebal pada Penampang A dan Penampang B atau di sebelah selatan lokasi penelitian dibandingkan pada Penampang C atau di sebelah utara lokasi penelitian. Nilai hambatan jenis lapisan yang diduga mengandung bijih besi pada daerah tersebut diperkirakan berkisar antara 50,5 Ωm 80,8 Ωm dengan ketebalan lapisan maksimal mencapai 50,1 meter dan ketebalan minimal 0,7 meter pada titik duga 2. 4.2. Saran Agar sebaran bijih besi di bawah permukaan pada daerah tersebut dapat tercakup secara keseluruhan, maka titik pengukuran perlu diperbanyak.selain itu, metode yang digunakan juga perlu ditambahkan agar hasil yang diperoleh lebih baik. Daftar Pustaka Bahri, Samsul, 2010, Penyelidikan Endapan Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis di Desa Uekuli Kabupaten Tojo Unauna, Skripsi UNTAD, Palu. Petruccy, H., Ralph, 1985, Kimia Dasar I, Erlangga, Jakarta. Santoso, Djoko., 2002, Pengantar Teknik Geofisika, ITB, Bandung. Surono dan Hartono, Udi, 2013, Geologi Sulawesi, LIPI Press, Bandung. 25

Lampiran Gambar 7. Hasil Pengolahan VES Titik Duga 2 Gambar 8. Hasil Pengolahan VES Titik Duga 3 26

Gambar 9. Hasil Pengolahan VES Titik Duga 4 Gambar 11. Hasil Pengolahan VES Titik Duga 6 Gambar 10. Hasil Pengolahan VES Titik Duga 5 27