BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS

PERBANKAN DALAM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kesenjangan. Pengalaman dengan dominasi sistem bunga selama ratusan

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang operasional produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

Bank Syariah PIEw14 1

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB II TUJUAN PUSTAKA. dikembangkan berlandaskan pada Al Qur an dan Al-Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembiayaan dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan bank yang dalam operasional dan produknya dikembangkan berlandasan pada prinsip syariah islam, dan tata cara operasinya mengacu kepada ketentuan Alqur an dan Hadist. Didalam perkembangan perbankan syariah hingga lebih kurang 30 tahun lalu masih berupa wacana dan bahan diskusi oleh individu-individu, hingga saat itu belum ada langkah nyata yang memungkinkan untik implementasi praktisnya, meskipun telah ada beberapa bank syariah dan munculnya suatu kesadaran bahwa Bank Syariah merupakan solusi masalah ekonomi untuk menghasilkan kesejahteraan sosial khususnya di negara-negara Islam. Faktor-faktor penyebab munculnya kondisi di atas diantaranya adalah : sistem perbankan konvensional yang sudah begitu kuat sehingga menimbulkan ketergantungan yang kuat terhadap sistem tersebut. Terjadinya perang dunia yang menimbulkan dominasi yang kuat oleh Barat termasuk sistem perekonomiannya. Negara-negara muslim umumnya merupakana negara-negara yang masih tertinggal perekonomiannya, terutama sebelum era minyak di tahun 70-an. Serta tenaga terdidik muslim yang menguasai ekonomi Islam jumlahnya masih 8

9 terbatas. Terdapat 3 (tiga) negara yang sepenuhnya menerapkan ekonomi Islam termasuk penerapan sistem perbankannya yakni Iran, Pakistan, dan Sudan. Namun pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia masih relatif kecil tahun 2001 sebesar 0,25%, saat bank Syariah umumnya masih memfokuskan target pasarnya pada nasabah yang fanatik, sehingga akan membatasi pertumbuhannya. Perbankan syariah adalah salah satu bank yang mampu bertahan dalam era globalisasi dan tahan pada goncangan badai krisis melanda Indonesia ditahun 1997-1998. Bank syariah mempunyai berbagai kreteria yang berbeda dengan peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia, hal ini karena pada laporan keuangan bank syariah didasarkan pada syariah islam yang berlaku yaitu : 1) Bank yang operasional dan produknya dikembangkan berlandasan pada prinsip syariah Islam. 2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan Alqur an dan Hadist bank syariah. Bank Syari ah : menjalankan aktivitasnya sesuai dengan cara-cara bermu amalah secara Islami tidak mengandung unsur : Maisir, Gharar, riba. Menurut Dahlan (2001:183) : Bank Syariah merupakan bentuk suatu perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam. Oleh karena itu, dalam prakteknya bank tersebut beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam antara lain misalnya dengan menjahui praktek-praktek yang mengandung unsure riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

10 Menurut Kamus Perdagangan Syariah (2007) : Bank Syariah adalah bank yang menggunakan system dan operasi perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam, yaitu mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang dituntun oleh Al Qur an dan Al Hadist, dan mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang tidak dilarang oleh Al Qur an dan Al Hadist. Menurut Warkum Sumitro (2002:5) : Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Menurut Schaik (2001) : Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Menurut Sudarsono (2004) : Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Muhammad (2002) dan Donna (2006) : Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Berdasarkan pernyataan tersebut, Bank Islam/Bank Syariah berarti bank yang tata cara pengoperasiannya didasarkan pada tata cara bermu amalat secara Islam yang mengacu kepada ketentuan Al Qur an dan Al Hadist.

11 2. Fungsi Bank Syariah Bank syariah memiliki dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan badan sosial (maal). Menurut Muhammad Syafi I Antoni (2001:201), sebagai badan usaha bank syariah mempunyai beberapa fungsi: a) Sebagai manajer investasi Sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan penghimpunan dana dari para investor / nasabahnya dengan prinsip wadi ah yad dhamamah (titipan), mudharabah (bagi hasil), atau ijarah (sewa). Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan investasi dana dari pihak lain) menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sedangkan bank tidak ikut menanggungnya. b) Sebagai investor Sebagai investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

12 c) Sebagai penyedia jasa-jasa keuangan Bank islam dapat juga menawarkan berbagai jasa keuntungan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya. d) Sebagai badan social Bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana social untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan shadaqah (ZIS), serta penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan). 3. Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Dari berbagai ulasan di atas, kita telah mengetahui perbedaanperbedaan yang diametral antara paradigma yang mendasari bank konvensional dengan paradigma yang mendasari bank syariah. Keduanya tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin untuk dikompromikan, karena masing-masingnya didasarkan atas pandangan dunia (weltanschauung) yang berbeda. Bank konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientas hanya pada kehidupan duniawi) dan sama sekali tidak memasukan Tuhan serta tanggung jawab manusia kepada Tuhan di akhirat dalam membangun pemikirannya. Karena itu, bank konvensional menjadi bebas nilai. Sementara itu, bank syariah justru dibagun atas prinsip relijius (berorientas pada kehidupan dunia kini dan akhirat). Meskipun dalam penerpan masih harus dikaji kembali.

13 Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Bank Konvensional Bank Syariah 1. menggunakan perngkat bunga 1) berdasarkan margin keuntungan dan bagi hasil 2. profit oriented 2) Profit dan falls oriented 3. hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan 3) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan Debitur-Kreditur 4. Creator of money supply 4) User of real funds 5. Investasi yang halal dan haram 5) Mealkukan investasi yang halal 6. Tidak terdapat Dewan Pengawasan Syari ah 6) Pengerahan dan penyaluran dana sesuai dengan fatwa Sumber : Muhammad Syafi I Antonio, 2001 Dewan Pengawasan Syari ah B. Konsep Bagi Hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari ah merupakan ciri khusus yang di tawarkan kepada masyarakat, dan di

14 dalam aturan syari ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An- Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. C. Perbedaan Sistem Bunga dengan Bagi Hasil Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non islam dan islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuangan yang diberikan oleh nasabah kepada keuangan dan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga lebih bertujuan pada pengoptimalan pemenuhan kebutuhan pribadi, sehingga kurang mempertimbangkan dampak social yang ditimbulkannya. Sedangkan system bagi hasil (profit sharing), berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia. Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan dalam table 2.2 berikut ini :

15 Table 2.2 Perbedaan sistem bunga dengan bagi hasil Bunga a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam Sumber : Muhammad syafi i Antonio, 2001 Bagi Hasil a) Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh c) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak d) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan e) Tidak ada meragukan keabsahan sistem bagi hasil D. Pembiayaan mudharabah Landasan dasar syariah dari prinsip ini dalam al-qur an, yaitu ; dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagaimana mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh.(q.s.ash-shad:24) tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia tuhanmu.(q.s.al-baqarah:198)

16 Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 (2003:3) : Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Menurut Imam Syafi i Antonio : Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan pengusaha dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengolahan asa usaha. Menurut Sayyid Sabiq : Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan. Menurut Lewis dan Algaoud : Mudharabah sebagai sebuah perjanjian di antara paling sedikit dua pihak dimana satu pihak, pemilik modal (shahib al-mal atau rab al-mal), mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, pengusaha (mudharib), untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Konsekuensinya para pemberi pinjaman memperoleh bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang telah mereka biayai. Menurut Ibu Syafira (Universitas Mercu Buana) : Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara sahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. Menurut Sri Nurhayati dan Asilah (2011 : 120) : Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian pengelola dana.

17 Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2010) : Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Menurut Fathurrahman (2012, 173) : Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola modal (mudharib) dimana keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, sedangkan kerugiaan ditanggung secara proporsional dari jumlah modal dengan catatan kerugian yang timbul akibat tidak disengaja bukan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola. Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2011 : 120) : Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian harta untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan suatu pembiayaan atau pemberian dana oleh pemillik dana (Bank syariah) kepada pengelola dana (nasabah), dimana si pemilik dana memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pengelola dana untuk mengelola dana tersebut, dimana keuntungan atau nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pengelola dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.

18 1. Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, almudharabah diterapkan pada : a) tabungan berjangka, yaitu yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya; deposito biasa; b) deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja. 2. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapakan untuk : a) pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa: b) investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana dengan penyaluran yang khususnya dengan syaratsyarat yang telah diterapkan oleh shahibul maal. E. Pembiayaan Musyarakah Pengertian musyarakah yang dikutip dari tim pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2001 : 180) adalah sebagai berikut : Musyarakah atau syirkah dari etomologi berarti percampuran yaitu mencampur satu modal dengan modal lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

19 Pengertian musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 : Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan di bagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian di bagi berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset non kas yang diperkenankan oleh syariah. (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2011 : 142). Menurut Muhammad Syafii Antonio (2001:90) : Musyarakah adalah akad kerja sama diantara pencampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bawha keuntungan akan dibandingkan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan resiko akan ditanggung sesuai dengan porsi kerja sama. Menurut Faturrahman (2012) : Musyarakah adalah kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing - masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Menurut Antonio (2001:90) : Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan musyarakah adalah transaksi yang dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Bentuk usaha melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Terdapat dua jenis al-musyarakah, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak) :

20 1. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagai dalam sebuah asset nyata dan berbagai pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. 2. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Merekapun sepakat berbagai keuntungan dan kerugian. Al-musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. F. Pendapatan Bagi Hasil 1. Pengertian Pendapatan Bagi Hasil Bank sebagai lembaga perantara keuangan adalah lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penyimpanan dana dari pihak yang kelebihan dana dan lembaga penyalur dana kepada pihak yang membutuhkan dana.

21 Untuk itu kepada para nasabah penyimpan dana, bank akan memberikan bunga. Sedangkan kepada para nasabah yang meminjam dana, bank akan mengenakan bunga. Mulai tahun 90-an di Indonesia bermunculan lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil yang sering juga disebut bank syariah. Pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank adalah laba atau pendapatan bagi hasil dari sebuah proyek atau usaha yang telah dibagi hasilkan antara nasabah dengan bank bagi hasil. Pendapatan ini lebih sering disebut pendapatan bagi hasil. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan bagi hasil merupakan keuntungan atau pendapatan dari kegiatan operasional bank syariah dalam sisi penyaluran dana (pembiayaan). Bank syariah melakukan kegiatan pembiayaan pada suatu usaha, dan ketika sebuah usaha tersebut mendapatkan keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi hasilkan dengan nasabah. Dalam bank syariah terdapat beberapa produk pembiayaan, yaitu Bai Bitsaman Ajil, Murabahah, Mudharabah, Musyarakah, dan Bai Salam. Produk pembiayaan bank syariah tersebut tidak semuanya menggunakan prinsip bagi hasil. Bank bagi hasil akan memperoleh pendapatan dari berbagai pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah. Dari pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah akan diperoleh pendapatan dalam bentuk pendapatan bagi hasil, pada pembiayaan Bai Bitsaman, Murabahah, Bai

22 Salam akan diperoleh pendapatan dalam bentuk pendapatan mark up, yaitu selisih antara harga beli barang dengan harga jual barang, pada pembiayaan Ijrah akan diperoleh pendapatan dalam bentuk pendapatan sewa dan dalam pembiayaan Qordhul Hasan akan diperoleh pendapatan dalam bentuk pengembalian barang administrasi. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa pendapatan bagi hasil diperoleh dari pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Pendapatan bagi hasil dari Mudharabah, yaitu pendapatan yang diperoleh dimana si pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengelola dana untuk melakukan usaha yang kemudian menghasilkan laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugiaan akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian pengelola dana. Pendapatan bagi hasil dari Musyarakah, yaitu pendapatan yang diperoleh dari bentuk kerja sama dua belah pihak atau lebih dimana keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugiaan akan dibagikan menurut proporsi modal. 2. Model Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Untuk penerimaan pendapatan bagi hasil dari pihak nasabah, bank bagi hasil tidak melakukan perhitungan yang rumit. Perhitungan tentang jumlah yang disetorkan ke bank dilakukan sepenuhnya oleh nasabah. Bank bagi hasil hanya menerima pendapatan sejumlah yang disetorkan dari nasabah.

23 Ditinjau dari cara menentukan jumlah rupiah pembayaran anggsuran dan pokok pembiayaan terdapat dua metode, yaotu : a. Bagi hasil netto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan dari usaha yang telah dikurangi dengan biaya biaya yang timbil. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagi hasilkan adalah laba dari sebuah usaha tersebut. Contoh : bila ada sebuah usaha dan dihasilkan penjualannya sebesar Rp. 2.000.000 dengan biaya usahanya Rp. 1.000.000, maka yang dibagi hasilkan sebesar Rp. 1.000.000 b. Bagi hasil bruto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan dari usaha yang tidak dikurangi dengan biaya biaya yang timbul. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagi hasilkan adalah pendapatan dari usaha tersebut. Contoh : bila ada sebuah usaha dan dihasilkan penjualannya sebesar Rp. 2.000.000 dengan biaya usahanya Rp. 1.000.000, maka yang dibagi hasilkan sebesar penjualannya yakni Rp. 2.000.000 Ditinjau dari cara pembayaran nasabah kepada bank mka terdapat dua metode penerimaan bagi hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah, yaitu: a. Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman. Pada cara ini pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank bagi hasil merupakan pembayaran terpisah dari pembayaran angsuran pokok pembiayaan.

24 b. Bagi hasil dibayarkan tidak terpisah dengan angsuran pokok pinjaman. Pada cara ini pendapatan bagi hasil yang diterima merupakan pembayaran bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok pembiayaan. Sebelum menyetujui sebuah usulan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah, maka bank bagi hasil akan membuat proyeksi pembayaran terlebih dahulu. 3. Pengakuan Pendapatan Bagi Hasil Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada konsep obyektivitas, yaitu bahwa jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara cukup pasti da nada keterlibatan pihak independent didalamnya. Untuk itu pengakuan pendapatan tergantung pada kondisi yang menjadi kriteria pengakuan pendapatan. Dua kriteria pengakuan pendapatan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 5 adalah sebagai berikut : a. Pendapatan baru diakui setelah pendapatan terealisasi atau akan segera terealisasi. Pendapatan dan keuntungan telah terealisasi bila produk perusahaan atau aktiva lain telah dipertukarkan dengan kas atau klaim menerima kas. Pendapatan akan segera terealisasi bila barang penukar yang diterima mudah dikonversi menjadi kas atau setara dengan kas. b. Pendapatan baru diakui bila pendapatan telah terhimpun. Pendapatan telah terhimpun bila aktivitas untuk menghasilkan pendapatan tersebut telah berlangsung dan secara substansial telah selesai, sehingga suatu entitas berhak menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.

25 Bank bagi hasil akan mengakui pendapatan bagi hasil atas dasar kas yaitu sebesar sejumlah uang kas yang diterima dari nasabah. Apabila pendapatan bagi hasil dipersamakan dengan pendapatan bunga maka bank bagi hasil belum dapat memenuhi ketentuan PSAK No. 31 tentang akuntansi perbankan. Namun demikian penggunaan dasar kas ini dilandasi oleh suatu dasar pemikiran. Bila penggukuran pendapatan bunga mudah dilakukan yaitu sebesar jumlah rupiah pendapatan berupa persentase tertentu dari pinjaman, maka pendapatan bagi hasil akan dihitung dari persentase tertentu dari keuntungan nyata dari sebuah usaha. Keuntungan nyata ini mengandung unsur ketidak pastian. Ada kemungkinan nasabah memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian. 4. Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil Cara terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar barang atau jasa. Nilai tukar ini merupakan cash equivalent atau present value dari tagihan tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi pendapatan ini. Untuk itu pendapatan diukur dengan jumlah satuan moneter aktiva baru yang diterima dari transaksi pertukaran (Hendriksen, 2004). PSAK No. 23 tentang pendapatan memberikan kriteria tentang pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut : a. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.

26 b. Imbalan yang diterima dalam bentuk kas atau setara kas, dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. G. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, dan pendapatan bagi hasil mudharabah: Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Judul Variabel yang Hasil Penelitian Terdahulu digunakan Qudsiah Pengaruh - Pembiayaan - Pembiayaan mudharabah Firdausi Pembiayaan Mudharabah tidak mempunyai pengaruh (2012) Mudharabah dan - Pembiayaan yang signifikan terhadap laba Pembiayaan Musyarakah bersih Musyarakah - Pembiayaan Musyarakah Terhadap Bersih Laba mempunyai pengaruh yang signifikan terdahap laba bersih

27 Yudi (2010) Pengaruh sistem - Pembiayaan - Secara simultan pembiayaan pembiayaan Mudharabah mudharabah dan musyarakah berdasarkan - pendapatan memiliki pengaruh yang kuat Mudharabah dan Musyarakah dan positif terhadap Musyarakah - Pendapatan efektifitas pendapatan bagi terhadap bagi hasil hasil besarnya - Secara parsial tidak ada Pendapatan pengaruh signifikan antara Margin dan Bagi pembiayaan mudharabah dan Hasil musyarakah Dwi Pengaruh - Pembiayaan - Secara simultan pembiayaan Afrianto Pembiayaan Mudharabah mudharabah dan musyarakah (2012) Mudharabah dan - Pembiayaan memiliki pengaruh yang Musyarakah Musyarakah sangat kuat dan positif terhadap - Pendapatan terhadap pendapatan bagi pendapatan bagi Bagi Hasil hasil hasil - Secara parsial pembiayaan mudharabah dan musyarakah memiliki pengaruh yang sangat kuat dan positif terhadap pendapatan bagi hasil

28 H. Kerangka Pemikiran Seperti bank syariah lainnya, PT. Bank Syariah Mandiri juga mendstribusikan bagi hasil yang didapatnya dari pembiayaan untuk nasabah dana pihak ketiga dalam hal ini nasabah tabungan dan deposito mudharabah. Hubungan antara dana yang disimpan oleh nasabah penyimpan di Bank syariah dan hasil yang diperoleh oleh nasabah penyimpanan akibat penyaluran dana tersebut kepada nasabah pemimpin adalah sangat unik dan dinamis. Semakin besar pendapatan Bank yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan kepada nasabah peminjam, maka akan semakin besar pendapatan dari bagi hasil yang diterima nasabah penyimpanan (Lukita, 2008). Penulis ini menggambarkan kerangka pemikiran seperti berikut. Gambar 2.1 Skema Model Penelitian Pembiayaan Mudharabah (X 1 ) Pembiayaan Musyarakah (X 2 ) Pendapatan bagi hasil Mudharabah (Y)