PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

dokumen-dokumen yang mirip
BERPIKIR ALJABAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA 3

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 19 Januari NCTM, Algebra, diakses dari

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

TRANSISI DARI BERPIKIR ARITMETIS KE BERPIKIR ALJABARIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN MASALAH OPEN ENDED

(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

Penalaran Aljabar melalui Pengamatan Pola untuk Siswa Kelas VII

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

Kompetensi Mahasiswa dalam Algebraic Thinking Berbasis Kieran s Theory pada Mata Kuliah Pengantar Struktur Aljabar

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

Prosiding ISSN :

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERBAHASA INGGRIS PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BERPIKIR ALJABAR DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

WOLFRAM-ALPHA PADA TEORI BILANGAN

Pertidaksamaan Jika Dikalikan dengan Bilangan Negatif, Harus Dibalik Tandanya? Oleh : Rachmadi Widdiharto*)

AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Kata Kunci: Didactical Design Research

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BERPIKIR ALJABAR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pertidaksamaan Jika Dikalikan dengan Bilangan Negatif, Harus Dibalik Tandanya? Oleh : Rachmadi Widdiharto*)

Meningkatkan Kemampuan Operasi Dasar Aljabar Kelas X Melalui PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning

Analisis Kesalahan Siswa Dilihat dari Skema Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika AYU ISMI HANIFAH

ASOSIASI ANTARA KONEKSI MATEMATIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Abd. Qohar

KARAKTERISTIK BERPIKIR ALJABAR SISWA PADA LEVEL MULTI STRUKTURAL DALAM MENGGENERALISASI POLA. Siti Inganah 1.

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

KAJIAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG BERKAITAN DENGAN TRANSISI DARI ARITMETIKA KE ALJABAR

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR I PADA MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

Proses Kognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Topik Pecahan Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Dan Gender Kristoforus Djawa Djong

P 34 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS REAL I

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DIKAJI DARI REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MATERI FUNGSI KUADRAT DI SMA

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, strategi penyelesaian soal, Tranformasi Laplace

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA SMP PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui kegiatan memecahkan masalah, siswa dapat menemukan aturan baru

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Symbol Sense Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Memecahkan Masalah Aljabar

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

PENINGKATAN KOMPETENSI OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI AKTIVITAS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI SMP

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khoerul Umam, Makalah Pengajaran Matematika 2012, diakses dari

Analisis Kesulitan Siswa dalam Pemecahan Masalah Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MEMAHAMI GAGASAN DARI SKEMA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

Proses Metakognisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Aljabar Berdasarkan Taksonomi SOLO

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO KELAS X

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATEMATIS SISWA PADA MATERI KUBUS DI KELAS IX SMPS BUMI KHATULISTIWA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Membuat Model Matematika dari Soal Cerita di Kelas VI SDN Inpres 1 Tatura

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

P 50 PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA

BERPIKIR SECARA ALJABAR PADA ANAK PRA SEKOLAH. Rusdiana Sudirman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Nur Hardiani Institut Agama Islam Negeri Mataram

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

1. Soal tidak serupa PISA : Latihan 1.3 uraian no. 2 hal. 35

PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PROSES BERFIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP MAKNA VARIABEL DALAM SUATU PERSAMAAN. Linda Vitoria

Representasi Grafik Dalam Pemecahan Masalah Nyata Terkait Konsep Perbandingan

Rusli P.D. Kolnel, Rully Charitas Indra Prahmana, Samsul Arifin, Pengaruh Pembelajaran...

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dimanapun dan kapanpun di dunia pasti terdapat pendidikan. Hakikat

Transkripsi:

PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA Erry Hidayanto Jurusan Matematika FMIPA UM erryhidayantoum@gmail.com Abstrak: Soal cerita merupakan salah satu bentuk soal pemecahan masalah (problem solving). Untuk menyelesaikan soal cerita tersebut siswa perlu melakukan suatu proses, yang dinamakan proses berpikir, sehingga dapat menemukan jawab dari soal yang ditanyakan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses berpikirnya siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam makalah ini dibicarakan hasil suatu survei tentang bagaimana proses berpikir siswa ketika menyelesaikan soal cerita. Subyek yang disurvei adalah siswa sekolah menengah tingkat pertama kelas 7 dan 8 di Malang. Hasil survei menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita ini, ternyata masih ada siswa menggunakan proses berpikir aritmetika tetapi sudah ada pula sudah menggunakan proses berpikir aljabar.. Kata kunci: proses berpikir, berpikir aritmetika, berpikir aljabar, soal cerita. Soal cerita merupakan salah satu bentuk soal pemecahan masalah (problem solving). Soal cerita ini muncul pada pelajaran matematika di semua jenjang studi, mulai jenjang sekolah dasar sampai ke jenjang sekolah menengah tingkat atas. Soal cerita juga hampir muncul pada setiap topik bahasan pada pelajaran matematika di berbagai jenjang. Untuk menyelesaikan soal cerita tersebut siswa perlu melakukan suatu proses, yang dinamakan proses berpikir, sehingga dapat menemukan jawab dari soal yang ditanyakan. Pada tulisan ini penulis bertujuan ingin mendeskripsikan bagaimana proses berpikir yang mungkin dilakukan siswa yaitu apakah proses berpikir aritmetika atau proses berpikir aljabar. Secara sederhana kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir atau kegiatan intelektual seseorang yang tidak dapat secara langsung terlihat dari luar. Apa yang terjadi pada seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung tanpa orang itu menampakkan kegiatan yang merupakan fenomena belajar. Kemampuan kognitif yang dapat dilihat adalah tingkah laku sebagai akibat terjadinya proses berpikir seseorang. Dari tingkah laku yang tampak itu dapat ditarik kesimpulan mengenai kemampuan kognitifnya. Kita tidak dapat melihat secara langsung proses berpikir yang sedang terjadi pada seorang siswa yang sedang dihadapkan pada sejumlah pertanyaan, akan tetapi kita dapat mengetahui kemampuan kognitifnya dari jenis dan kualitas respon yang diberikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan hasil survey terhadap terhadap siswa sekolah menengah pertama dalam menyelesaikan soal cerita. Berpikir Aritmetika 173

174, Prosiding Seminar Nasional Aljabar dan Pembelajarannya, UM, 20 April 2013 Berpikir aritmetika merupakan pola berpikir yang mengutamakan masalah menghitung bilangan, terutama tentang hasil dari operasi-operasi pada bilangan. Dalam aritmetika pendekatan yang dilakukan siswa dapat dari kondisi yang diketahui dan menemukan jawaban antara untuk sampai pada jawaban dari masalah yang diberikan. Menurut Kieran (2004) dalam kerangka aritmetika operasi yang dilakukan siswa cenderung tidak melihat aspek relasional dari operasi, mereka hanya fokus pada menghitung (calculating). Jadi menurut pendapat Kieran ini, berpikir aritmetika hanya fokus pada perhitungan jawaban numerik (numerical answer) bukan pada relasinya dan pada bilangan sendiri, bukan pada bilangan dan huruf. Pola berpikir dengan mengutamakan menghitung jumlah pada masing-masing sisi yang dinamakan berpikir aritmetika. Jika diberikan suatu masalah dalam matematika maka masalah itu akan dibawa ke dalam bentuk-bentuk perhitungan (komputasi) serta hasil operasi-oprasi pada bilangan, yaitu operasi penjumlahan pada bilangan, operasi pengurangan pada bilangan, operasi perkalian pada bilangan atau operasi pembagian pada bilangan. Pola berpikir di sini masih belum mengenal bentuk bilangan secara umum yang diwujudkan bentuknya dalam huruf sebagai simbolnya. Berpikir Aljabar Berpikir aljabar tidak hanya mengaritmetika-kan huruf berdasarkan suatu bilangan, tetapi berpikir aljabar ini merupakan berpikir yang berbeda dengan berpikir aritmetika. Dalam aljabar, operasi dasar merupakan sesuatu yang penting seperti pada artimetika. Ketika siswa mulai belajar aljabar, mereka pasti mencoba memecahkan masalah dengan berpikir aritmetika. Itu hal yang wajar untuk dilakukan, mengingat pada awalnya semua upaya telah dilakukan untuk menguasai aritmetika. Sehingga ketika mereka dihadapkan pada masalah aljabar maka pendekatan sederhana dengan cara aritmetika ini yang dilakukan. Bahkan siswa yang berpikir aritmetikanya kuat, akan dapat berkembang semakin jauh dalam aljabar dengan menggunakan berpikir aritmetika. Sebagai contoh siswa dapat memecahkan masalah persamaan 2 kuadrat x x 6 0 hanya dengan menggunakan aritmetika dasar tanpa menggunakan aljabar sama sekali. Tetapi sebagai akibat adanya fenomena ini mungkin siswa justru akan merasa kesulitan untuk belajar aljabar. Karena untuk belajar aljabar siswa harus berhenti memikirkan cara berhitung seperti dalam aritmetika dan harus belajar untuk berpikir secara aljabar. Berpikir aljabar atau penalaran aljabar melibatkan pembentukan generalisasi dari pengalaman dengan bilangan dan perhitungan, memformalkan ide-ide dengan menggunakan simbol yang berarti, dan mengeksplorasi konsep dari pola dan fungsi. Berpikir aljabar dimulai pada saat sebelum taman kanak-kanak dan dilanjutkan sampai pada sekolah yang lebih tinggi. Berpikir aljabar terus dimasukkan dalam setiap tingkat sekolah (Van de Walle dkk, 2010). Secara garis besar, Van de Walle dkk (2010) menulis ada tiga aspek dari berpikir aljabar, yaitu generalisasi (generalizations), pola (patterns), dan fungsi (functions). Sementara Kaput (dalam Van de Walle, 2010), mendiskripsikan lima bentuk berpikir aljabar, yaitu: menggeneralisasikan dari aritmetika dan dari pola dalam semua dari matematika (generalization from arithmetic and from patterns in all of mathematics), penggunaan simbol yang bermakna (meaningful use of symbols), mengkaji struktur dalam sistem

Hidayanto, Erry, Proses Berpikir Aritmetika dan Aljabar Siswa, 175 bilangan (study of structure in the number systems), mengkaji pola dan fungsi (study of patterns and functions), dan mengolah model-model matematika dan mengintegrasikan 4 item tersebut (process of mathematical modeling, integrating the first four list items). Lebih lanjut Kaput menjelaskan bahwa berpikir aljabar bukanlah merupakan ide tunggal tetapi disusun dari bentuk-bentuk berbeda dari pikiran dan pemahaman dari suatu simbol. Sejalan dengan Kaput, Van de Walle dkk (2010) berpendapat bahwa dalam berpikir aljabar ada lima tema yang dibicarakan yaitu: generalisasi dari aritmetika dan dari pola (generalization from arithmetic and from patterns), penggunaan simbol yang bermakna (meaningful use of symbols), membuat struktur dalam sistem bilangan secara eksplisit (making structure in the number system explicit), mengkaji pola dan fungsi (study of patterns and functions), dan memodelkan matematika (mathematical modeling). Hasil dan Pembahasan Soal cerita yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: Andi mempunyai dua kantong kosong, yaitu kantong A dan kantong B seperti pada gambar berikut ini 1. Menurut pendapatmu berapa saja banyaknya kelereng yang mungkin dapat diisikan masing-masing ke kantong A dan ke kantong B tersebut? 2. Jika banyaknya kelereng di kantong A tertentu, tentukan banyaknya kelereng yang dapat dimasukkan ke kantong B? 3. Jika banyaknya kelereng di kantong A harus dua kali lipat dari banyaknya kelereng di kantong B, tentukan banyaknya kelereng yang dapat dimasukkan masing-masing ke kantong A dan ke kantong B? 4. Jika banyaknya kelereng di kantong A harus tiga kali lipat dari banyaknya kelereng di kantong B, tentukan banyaknya kelereng yang dapat dimasukkan masing-masing ke kantong A dan ke kantong B? Jawaban siswa terhadap soal tersebut adalah sebagai berikut. Untuk siswa kelas 7, dalam menjawab pertanyaan nomor 1, mereka mendaftar semua kemungkinan dengan cara memasangkan bilangan-bilangan yang berjumlah 24, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 1 butir dan kelereng di kantong B 23 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 2 butir dan kelereng di kantong B 22 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 3 butir dan kelereng di kantong B 21 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 4 butir dan kelereng di kantong B 20 butir, dan seterusnya sehingga menuliskan ada sebanyak 12 kemungkinan. Dalam menjawab pertanyaan nomor 2, siswa juga menjawab dengan cara yang sama seperti menjawab soal nomor 1, yaitu bilangan tertentu dimisalkan 1, makakelereng di kantong B ada 23, jika di kantong A ada 2, maka di kantong B ada 22, dan seterusnya. Dalam menjawab soal nomor 3, siswa membagi 24 dengan 3, hasilnya 8, kekosong Kantong-kantong tersebut akan diisi kelereng berjumlah 24 butir, seperti pada gambar

176, Prosiding Seminar Nasional Aljabar dan Pembelajarannya, UM, 20 April 2013 mudian 8 dikalikan 2, hasilnya 16 itu yang dimasukkan ke kantong A. Sedangkan di kantong B diisikan sisanya 8 butir kelereng. Dalam menjawab soal nomor 4, caranya sama seperti dalam menjawab soal nomor 3, yaitu membagi 24 dengan 4, hasilnya 6, kemudian 6 dikalikan 3 yaitu 18. Selanjutnya 18 kelereng dimasukkan ke kantong A, sedangkan sisanya 6 kelereng dimasukkan ke kantong B. Dari jawaban siswa kelas 7 tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pola berpikir siswa tersebut adalah berpikir aritmetika dalam menyelesaikan soal cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Kieran (2004) bahwa berpikir aritmetika hanya fokus pada perhitungan jawaban numerik (numerical answer). Sedangkan untuk siswa kelas 8 yang penulis temui, dalam menjawab pertanyaan nomor 1, ternyata mereka juga masih mendaftar semua kemungkinan dengan cara memasangkan bilanganbilangan yang berjumlah 24, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 1 butir dan kelereng di kantong B 23 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 2 butir dan kelereng di kantong B 22 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 3 butir dan kelereng di kantong B 21 butir, yaitu kelereng di kantong A sebanyak 4 butir dan kelereng di kantong B 20 butir, dan seterusnya sehingga menuliskan ada sebanyak 12 kemungkinan. Dalam menjawab pertanyaan nomor 2, siswa-siswa kelas 8 ini teryata sudah memisalkan bilangan tertentu yang diamsukkan ke kantog A adalah x, sehingga jumlah kelereng yang diamsukkan ke kantong B adalah 24- x. Jadi siswa sudah tidak lagi mendaftar semua kemungkinan seperti dalam menjawab soal nomor 1. Dalam menjawab soal nomor 3, siswa kelas 8 ini sudah memisalkan jumlah kelereng di kantong A adalah A, sedangkan jumlah keereng di kantong B adalah B, selanjutnya dibuat persamaan A = 2B. Selanjutnya menyelesaikan persamaan sebagai berikut 24 = A + B. Kemudian A diganti dengan 2B sehingga diperoleh 24 = 2B + B. Diperoleh 24 = 3B. Sehingga akhirnya diperoleh B = 8. Jadi kelereng yang diisikan ke kantong A adalah 2 kali 8 yaitu 16 butir sedangkan kelereng yang dimasukkan ke kantong B ada 8 butir. Dalam menjawab soal nomor 4, siswa kelas 8 ini juga sudah memisalkan jumlah kelereng di kantong A adalah A, sedangkan jumlah keereng di kantong B adalah B, selanjutnya dibuat persamaan A = 3B. Selanjutnya menyelesaikan persamaan sebagai berikut 24 = A + B. Kemudian A diganti dengan 3B sehingga diperoleh 24 = 3B + B. Diperoleh 24 = 4B. Sehingga akhirnya diperoleh B = 6. Jadi kelereng yang diisikan ke kantong A adalah 3 kali 6 yaitu 18 butir sedangkan kelereng yang dimasukkan ke kantong B ada 6 butir. Dari jawaban siswa kelas 8 ini penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas 8 ini ketika menjawab soal nomor 1, berpikir aritmetika, tetapi ketika menjawab soal nomor 2, nomor 3, dan nomor 4 berpikir aljabar. Hal ini merupakan salah satu bentuk berpikir aljabar yang dikemukakan oleh Kaput (dalam Van de Walle, 2010), yaitu: penggunaan simbol yang bermakna (meaningful use of symbols). KESIMPULAN Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita ini, ternyata masih ada siswa menggunakan proses berpikir aritmetika tetapi sudah ada pula sudah menggunakan proses berpikir aljabar. Berpikir aritmetika dalam menyelesaikan soal cerita dilakukan oleh siswa kelas 7, sedangkan berpikir aljabar dalam menyelesaikan soal cerita dilakukan oleh siswa kelas 8. Dari

Hidayanto, Erry, Proses Berpikir Aritmetika dan Aljabar Siswa, 177 kesimpulan tersebut penulis membidik suatu dugaan untuk diteliti lebih lanjut tentang adanya suatu transisi berpikir dari berpikir aritmetika ke berpikir aljabar. DAFTAR RUJUKAN Kieran, Carolyn. 2004. Algebraic Thinking in the Early Grades: What Is It? The Mathematics Educator. Vol. 8. N0. 1, 139-151. Van de Walle, John A., Karp, Karen S, and Bay-Williams, Jennifer M. 2010. Elementary and Middle School Mathematics, Teaching Develop-mentally (7 th ed). Boston: Allyn & Bacon.