KEGIATAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Asas Filsafat Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Prinsip-prinsip, dan Faktor-Faktor Ekonomi Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LESTARI, SE. MM

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. aslama yang berarti memelihara, selamat, sentosa, dan berarti pula berserah

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

Barang Dagangan Yang Haram Diperjual-Belikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

{mosimage} Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Pengantar SISTEM EKONOMI ISLAM

MEMAHAMI KONSEPSI MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika.

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

40. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMA/MA/SMK/MAK

Barang Haram Halangi Terkabulnya Do'a

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

TEORI PERMINTAAN (Komparasi Dalam Perspektif Ekonomi Konvensional Dengan Ekonomi Islam)

Konversi Akad Murabahah

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. mu amalah. Maua malah adalah kegiatan yang mengatur hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan harta agar seseorang dapat memenuhi kebutuhannya, menikmati

Nilai Harta Seorang Muslim

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup manusia merupakan sesuatu alami (fitrah) yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kedudukan Mu amalah Konsep Dasar Mu amalah Landasan Perekonomian Islam Kegiatan dan Pengembangan Perekonomian Prinsip-prinsip dalam Penataan Ekonomi

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 29

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

Pribadi Mandiri dan Kesalehan Sosial. Iwan Yahya Muhajirin, Ottawa, Ramadhan 1436 H 6 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

Nama : Irma wati Kelas : XI IPA 2 Matpel : Pend. Agama Islam

Pendidikan Agama Islam. Bab 10 Makanan dan Minuman dalam Islam

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

Urgensi Berakhlaq Islami Dalam Bisnis

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

MODUL 1 Ayat-ayat Al-Qur an tentang kompetisi dalam kebaikan

Berpaling Ketika Senang, Berputus Asa Ketika Susah

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

FALSAFAH EKONOMI ISLAM. Oleh Muhammad Ismail Yusanto

Waspadai Produk Gunaan dari Babi

MENYAMAKAN PERSEPSI TENTANG ISLAM. Munawar Rahmat. Dosen Pendidikan Agama Islam MKDU UPI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, ia

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

MAKANAN HALALAN THAYYIBAN DALAM PANDANGAN ISLAM. Oleh :

Hakikat Manusia Menurut Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HIKMAH RAMADHON (Dikutip dari Kuliah Subuh Ust.Ir.Al-Bahra,M.Kom di Masjid Nurul Hidyah, Citra Raya)

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK DISEMBELIH SECARA SYAR I UNTUK BAHAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

ISLAM & LINGKUNGAN HIDUP

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi

BAB II KONSEP EKONOMI SYARIAH

ISLAM DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya

Kisah Kaum 'Aad. Khutbah Pertama:

BAB I PENDAHULUAN. 2007, h Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail,

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

Jangan Samakan Yang Baik dan Yang Buruk

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

A. PERILAKU TERCELA Berikut ini adalah beberapa sikap atau perilaku yang tergolong tercela: 1. Perilaku Hasud

Jihad Palsu, Amalan Yang Menipu

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Al-Qur an menegaskan kepada

Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri [An-Naml : 40]

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan

Fiqih Muamalah : Hal Dasar yang Harus Diketahui. Sumber Hukum Fiqih Muamalah

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

Kemana Tujuan Hidupmu?

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

Transkripsi:

KEGIATAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Enny Kartini IKIP PGRI KALTIM ABSTRACT Stretching The System of Economic Syari ah in Indonesia begun its development in the economy, this is because as a system, Economic Syari ah able to answer satisfactorily the fundamental problems in the economy. Man in meeting their needs can not be separated from economic activity is the production, distribution and consumption. The System of Economic Syari ah also has a clear concept of how a Muslim in conducting the production, distribution and consumption in accordance with the rules of Islam so that people can get the benefit and that the activity is seen as acts of worship Allah SWT. Keywords: Production, Distribution and Consumption PENDAHULUAN Islam merupakan sebuah agama yang benar dan sempurna. Kebenaran Islam sebagai sebuah agama disebabkan karena islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia dimana keberadaan mampu menjawab tiga pertanyaan mendasar yang ada pada diri manusia secara memuaskan yaitu: (1) dari mana manusia berasal, (2) untuk apa manusia diciptakan, dan (3) mau kemana manusia setelah kehidupan. Jawaban islam atas ketiga pertanyaan mendasar tersebut yang mampu memberikan kepuasan atas gharizah nau (naluri manusia untuk beragama) adalah bahwa manusia diciptakan oleh sesuatu yang ada dengan sendirinya, tidak diciptakan oleh sesuatu yang lain dan bersifat kekal (baqa) yaitu Allah SWT yang segala sesuatu baik di langit maupun di bumi bergantung kepada-nya dan keberadaannya dapat dirasakan melalui pengamatan terhadap makhluk ciptaannya, karena manusia diciptakan oleh Allah SWT, maka tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga ada seperangkat aturan yang mengikat manusia dalam melakukan segala aktivitasnya di dunia, jika melanggar akan menimbulkan kemudharatan baik bagi individu itu sendiri maupun masyarakat lingkungannya. Kesadaran bahwa manusia diciptakan dari Allah dan ketundukan kepada aturan Allah dikarenakan manusia semua akan kembali kepada Allah SWT dalam

rangka mempertanggung jawabkan semua amal perbuatannya selama dalam kehidupan di dunia. Islam merupakan agama yang sempurna karena islam tidak hanya sebagai agama yang mengatur hubungan dengan Allah SWT tetapi juga mengatur hubungannya dengan manusia dan makhluk lainnya. Kesempurnaan yang terlihat dalam hubungan dengan manusia yaitu dalam segala bidang baik bidang politik, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya termasuk dalam bidang alam semesta ini atas dasar tiga masalah pokok, yaitu: a. Allah SWT menciptakan seluruh alam semesta sesuai dengan peraturan dan hukum-nya. b. Allah SWT memerintahkan tunduk kepada umat manusia dari seluruh alam semesta ini, apa saja yang ia butuhkan dalam usahanya untuk hidup dan kelangsungan kehidupannya. c. Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia dalam ekonomi. Sehingga dalam bidang memakmurkan planet ini, ekonomi, Islam juga mempunyai mengeksploitasi sumber-sumber seperangkat aturan dan konsep tentang kegiatan ekonomi yang terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh manusia muslim dalam rangka ketaatannya kepada Allah SWT. kemakmurannya, dan mengharapkan anugerah Allah SWT yang tersimpan dalam planet ini. Manusia dan alam semesta diciptakan oleh Allah SWT untuk tunduk dan taat kepada semua peraturan yang telah ditetapkan-nya, apabila semua PEMBAHASAN A. Konsep Produksi Dalam Pandangan Ekonomi Islam Dalam literatur ekonomi Islam ان تج) intaj padanan produksi adalah. (ن تج) nataja ) dari akar kata Menurut Ahmad Muhammad al Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim (Muhammad, 2004 : 220) bahwa Islam menggambarkan peranan manusia dalam ciptaan-nya tersebut keluar dari tata aturan tersebut maka pasti akan menimbulkan kemudharatan bagi manusia dan alam semesta itu sendiri, hal tersebut terjadi karena Allah SWT adalah Maha mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk ciptaan-nya. Suatu ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT bahwa semua apa yang ada di alam semesta ini

adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup, sehingga semua ciptaan Allah SWT di alam semesta ini pasti berguna untuk kelangsungan hidupnya dan tidak akan sia-sia semua penciptaan tersebut (Q.S.). Jadi merupakan suatu hal yang mustahil apa yang menjadi pandangan ekonomi konvensional bahwa masalah ekonomi adalah karena kelangkaan dimana keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan alat pemuas yang sifatnya terbatas, di samping penafsiran yang keliru bahwa yang dipenuhi adalah keinginan bukan kebutuhan, karena keinginan memang selamanya tidak terbatas selama manusia itu masih hidup. Berbeda dengan kebutuhan, bahwa dari zaman Nabi Adam AS sampai hari kiamat nanti kebutuhan manusia adalah sama, misalkan muncul rasa lapar maka manusia membutuhkan makan, yang membedakannya adalah alat pemuas kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar tersebut saja yang berkembang sesuai dengan perubahan zaman, dulu manusia lapar hanya dipenuhi dengan meramu makanan apa yang ada disekitarnya secara sederhana (ubi rebus atau makanan lain yang ada di alam) sedangkan zaman modern sekarang aneka pilihan makanan dapat diperoleh sesuai dengan selera. Ketika semua alam semesta ini semua ditundukkan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka menjadi kewajiban bagi manusia untuk bekerja mencari karunia yang terkandung dari setiap penciptaan-nya. Bekerja keras untuk mempelajari dan memahami semua sumber alam yang tersedia di muka bumi ini dengan berpegang teguh pada pemahaman bahwa semua sumber daya yang diberikan oleh Allah SWT di alam ini adalah dalam rangka kelangsungan hidupnya. Jadi misalkan ada pandangan bahwa tenaga energi di muka bumi ini akan habis untuk keperluan manusia merupakan pandangan yang keliru, karena manusia mempunyai pemikiran dan pemahaman bahwa satu-satunya sumber energi di bumi ini adalah batu bara, minyak dan gas alam saja. Sebenarnya jika manusia mau berusaha untuk bekerja keras mempelajari dan berusaha menemukan karunia Allah SWT yang terkandung dalam alam semesta ini, maka apa yang dinamakan kelangkaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidaklah akan pernah terjadi.

Kegiatan produksi dalam pandangan ekonomi islam merupakan salah suatu kegiatan untuk mencari karunia Allah SWT yang terkandung dalam setiap ciptaan-nya, karena kegiatan produksi adalah kegiatan untuk mengolah apa yang telah disediakan oleh Allah SWT dalam alam semesta menjadi berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka beribadah kepada Allah SWT agar kelangsungan dan kemakmuran hidup di dunia dan di akhirat tercapai. Prilaku produksi dalam ekonomi islam berbeda dengan ekonomi konvensional dimana, semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh produsen muslim adalah untuk menghasilkan barang dan jasa yang halal dalam pandangan islam karena orientasi produsen untuk berproduksi adalah mencapai Ridha Allah SWT. Sangat diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah yang shahih dan akhlak yang utama dan segala sesuatu yang melucuti identitas ummat, menggoncangkan nilai-nilai agama dan akhlak, menyibukkan pada hala-hal yang sia-sia dan menjauhkannya dari keseriusan, mendekatkan kepada kebathilan, dan menjaukan dari kebenaran, mendekatkan dunia dan menjauhkan akhirat. Produsen yang seperti ini tidak pernah memikirkan kehalalan dan keharaman tetapi hanya memikirkan kekayaan, uang dan pendapatan semata (Muhammad, 2004 : 231). B. Konsep Distribusi Dalam Pandangan Ekonomi Islam Distribusi yang dibahas dalam tulisan ini merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu sebagai kegiatan menyalurkan barang dan jasa yang telah diproduksi oleh produsen agar sampai kepada konsumen dimana barang atau jasa tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tentunya kegiatan distribusi tersebut sesuai dengan ajaran yang telah diatur dalam Islam yang mempunyai peraturan yang komprehensip. Distribusi dalam pengertian di atas dapat disamakan dengan kegiatan perdagangan, sehingga dalam pembahasan ini mengarah kepada bagaimana Islam mengatur masalah perdagangan agar kemaslahatan manusia dapat terwujud. Dalam pandangan Islam Perdagangan merupakan aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam

masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Sistem ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor yang dimaksud. Keutamaan sistem ekonomi yang mengutamakan sektor riil seperti ini, pertumbuhan bukanlah merupakan ukuran utama dalam melihat perkembangan ekonomi yang terjadi, tetapi pada aspek pemerataan, dan ini memang lebih dimungkinkan dengan pengembangan ekonomi sektor riil. Tentang perdagangan di dalam Alquran dengan jelas disebutkan bahwa perdagangan atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah untuk menghindarkan manusia dari jalan yang bathil dalam pertukaran seuatu yang menjadi milik di antara sesama manusia. Seperti yang tercantum dalam Surat An-Nisa 29. Dalam melakukan perniagaan, Allah juga telah mengatur adab yang perlu dipatuhi dalam perdagangan, di mana apabila telah datang waktunya untuk beribadah, aktivitas perdagangan perlu ditinggalkan untuk beribadah kepada Allah, surat Al-Jum ah 11. Dan dalam ayat lain seperti di surat An-Nur 37, dijelaskan bagaimana orang tidak lalai dalam mengingat Allah hanya karena perniagaan dan jual beli. Demikain pula tata tertib dalam perdagangan juga telah digariskan di dalam Alquran, baik itu perdagangan yang bersifat tidak tunai dengan tata aturannya, maupun cara berdagang tunai, seperti yang tercantum dalam surat Al- Baqarah 282. Adab tentang perniagaan dengan jelas pula diatur, bahwa manusia tidak boleh berlebihan dalam melakukan perdagangan sehingga melupakan kewajibannya terhadap Allah, seperti dijelaskan dalam Surat At-Taubah 24. Dalam melakukan transaksi perdagangan Allah memerintahkan agar manusia melakukan dengan jujur dan Adil. Tata tertib perniagaan ini dijelaskan Allah seperti tercantum dalam Surat Hud 84-85. Demikian pula dalam Surat Al- An am 152, yang mengatur tentang takaran dan timbangan dalam perniagaan. Menurut Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi (1993), beberapa hal

yang dilarang dalam perdagangan meliputi: 1. Menjual Sesuatu yang Haram, Hukumnya Haram 2. Menjual Barang yang Masih Samar, Terlarang 3. Mempermainkan Harga 4. Penimbun Dilaknat 5. Mencampuri Kebebasan Pasar dengan Memalsu 6. Perkosaan dan Penipuan, Hukumnya Haram 7. Siapa yang Menipu, Bukan dari Golongan Kami 8. Banyak Sumpah 9. Mengurangi Takaran dan Timbangan 10. Membeli Barang Rampokan dan Curian sama dengan Perampas dan Pencuri 11. Riba adalah Haram 12. Menjual Kredit dengan Menaikkan Harga C. Konsep Konsumsi Dalam Pandangan Ekonomi Islam Islam sebagai agama yang sempurna mengatur segala prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena Allah SWT sebagai Sang Khaliq Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-qur an dan as-sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-qur an dan as-sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya. Menurut Manan (1997) bahwa prinsip-prinsip Islam tentang pengendalian konsumsi ada lima, yaitu: 1. Prinsip Keadilan 2. Prinsip kebersihan 3. Prinsip Kesederhanaan 4. Prinsip Kemurahan Hati 5. Prinsip Moralitas Allah SWT berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 168 tentang aturan manusia melakukan kegiatan konsumsi, yang artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa untuk melakukan kegiatan konsumsi yaitu kegiatan mengambil manfaat dari suatu barang untuk memenuhi kebutuhan, disamping

zat dari benda tersebut merupakan sesuatu yang halal tetapi juga untuk memperoleh barang tersebut juga dengan cara yang halal, dalam artian uang yang digunakan untuk membeli barang tersebut diperoleh dengan cara yang halal pula, karena barang yang diperoleh dari hasil yang tidak halal tidak akan mendatangkan berkah dan kebaikan bagi yang mengkonsumsinya. Menurut Islam tujuan konsumsi adalah untuk memperoleh maslahah terbesar, sehingga ia dapat mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat (Q.S: Al Qashash : 77). Dengan demikian, pendekatan utilitas (yang berlaku dalam ekonomi konvensional) dimana seorang konsumen akan terus menerus melakukan konsumsi terhadap suatu barang sampai mencapai kepuasan penuh (nilai guna marjinalnya bernilai nol) adalah bertolak belakang dengan formulasi yang telah ditetapkan dalam al-qur an dan Hadis Rasul, dimana seorang muslim akan mencapai tingkat konsumsi yang baik atau mencapai kepuasan maksimal dalam konsumsi apabila konsumsi yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa kaidah yang dapat di acu adalah sebagai berikut (Muhammad :2004) : 1. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi (Q.S. : 2 : 68) 2. Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baikbaik yang kami berikan (Q.S. : 2 : 172) 3. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah (Q.S. : 2 : 173) 4. Diharamkan bagimu (makanan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali sempat menyembelihnya (Q.S. : 5 : 3) 5. dan janganlah kamu berlebihlebihan (dalam berkonsumsi). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q.S. : 5 : 4) 6. sesungguhnya pemborospemboros itu saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu sangat ingkar terhadap tuhannya (Q.S. : 17 : 27) 7. Makanlah dan minumlah, namun jangan berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (Q.S. : 7 : 31) 8. Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah kami berikan. Dan janganlah melampaui batas kepadanya (Q.S. : 20 : 81) 9. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian (Q.S. : 25 : 67) Disamping ayat-ayat al-qur an di atas, Nabi SAW memberikan bimbingan kepada umat muslim dalam melakukan konsumsi, diantara hadisnya dinyatakan: 1. Jauhilah olehmu berfoya-foya karena hamba-hamba Allah (yang taat) itu bukanlah orang-orang yang berfoyafoya (H.R. Ahmad dan Baihaqi) 2. Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi satu kantung pun yang lebih buruk dari pada lambungnya (perutnya). Cukuplah baginya beberapa (suap) makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jika memmang demikian maka sepertiga (perutnya) untuk makannannya; sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya (H. R. Ibnu Majah; Ibnu Hibban; al-hakim) Berdasarkan beberapa ayat al- Qur'an dan Hadis di atas dapat dijadikan pedoman dalam menentukan batas kepuasan maksimum dalam konsumsi dan rasionalitas konsumsi. Menurut kerangka Islam bahwa kepuasan dalam Islam meliputi: kepuasan konsumtif dan kepuasan kreatif. Kepuasan konsumtif akan menghasilkan kepuasan siap kreasi, sebab konsumsi yang dilakukan seorang muslim akan memberikan kekuatan fisiknya, sehingga ia dapat menjadi lebih kreatif. Dengan kata lain, ia akan memperoleh energi setelah mendapat kepuasan konsumtif sehinggga ia siap untuk berkreasi. Fungsi tujuan konsumen muslim yang rasional mencapai maksimum tidak hanya dengan mengkonsumsi sejumlah barang dan menguasai sejumlah barang tahan lama, tetapi juga membelanjakan pendapatnnya untuk amalan shaleh sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT ( Q.S. : 18: 46). KESIMPULAN Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan melakukan kegiatan ekonomi yang terdiri dari kegiatan melakukan produksi,

distribusi dan konsumsi. Sebagai agama yang di dalamnya terpancar segala peraturan baik aturan dalam hubungannya dengan Allah SWT juga dalam berinteraksi dengan sesama makhluk hidup (ibadah mahdhah dan muamallah), termasuk masalah ekonomi, maka Islam juga mempunyai seperangkat aturan yang dapat mengantarkan manusia kepada kemaslahatan. Islam memandang bahwa kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan untuk mencari karunia Allah SWT yang terkandung dalam setiap ciptaan-nya, karena kegiatan produksi adalah kegiatan untuk mengolah apa yang telah disediakan oleh Allah SWT dalam alam semesta menjadi berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam rangka beribadah kepada Allah SWT agar kelangsungan dan kemakmuran hidup di dunia dan di akhirat tercapai. Kegiatan distribusi sangat diperlukan dengan tujuan agar barang dan jasa yang telah dibuat oleh produsen dapat sampai kepada konsumen, kegiatan ini dalam Islam dikenal dengan kegiatan perdagangan yang pelaksanaannya harus sesuai dengan aturan Islam. Dengan kejujuran dan aspek spiritual yang senantiasa melekat pada perdagangan akan mendatangkan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat. Seorang muslim akan mencapai tingkat konsumsi yang baik atau mencapai kepuasan maksimal dalam konsumsi apabila konsumsi yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. Kemaslahatan bagi manusia akan tercapai apabila Islam sebagai agama yang didalamnya terpancar segenap peraturan yang komprehensif dapat diterapkan dalam segala bidang kehidupan, akan tetapi peraturan Islam dilaksnakan bukan karena factor kemaslahatannya akan tetapi karena kesadaran manusia bahwa dia sebagai hamba Allah harus tunduk kepada Allah SWT sebagai penciptanya Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-nya yang nantinya setiap manusia akan kembali kapada Sang Pencipta dengan mempertanggungjawabkan semua yang telah dipebuatnya di dunia, apakah melaksanakan atau ingkar terhadap aturan Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur an Nul Karim. Muhammad Abdul Mannan. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Dana Bakti Wakaf. Yogyakarta.

Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Edisi I. BPFE. Yogyakarta. Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. 1993. Halal dan Haram dalam Islam, Bab IV point 4.2, bagian Muamalah Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy, Penerbit: PT. Bina Ilmu.