PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Penempatan marka jalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN TANAH DAN PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

Pengertian Lalu Lintas

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2014 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAMBU LALU LINTAS JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 53 TAHUN 2000 TENTANG PERPOTONGAN DAN/ATAU PERSINGGUNGAN ANTARA JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 37 TAHUN : 1997 SERI : D

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

Transkripsi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, MENIMBANG : a. bahwa untuk mengoptimalkan penggunaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, perlu disusun petunjuk teknis perlengkapan jalan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan. MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);

5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas di Jalan sebagaimana telah diubah yang kedua dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2006; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. 2. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna jalan. 3. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas. 4. Alat Penerangan Jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian m edian jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun ling kungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan ( intersection), jalan layang

(interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah ( underpass, terowongan). 5. Alat pembatas kecepatan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membuat pengemudi kendaraan bermotor mengurangi kecepatan kendaraannya. 6. Alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan beserta muatannya memasuki suatu ruas jalan tertentu. BAB II PERSYARATAN TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Pasal 2 (1) Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan dalam Peraturan ini merupakan pedoman dalam pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan. (2) Perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. alat pemberi isyarat lalu lintas; b. rambu lalu lintas; c. marka jalan; d. alat penerangan jalan; e. pagar pengaman; f. cermin tikungan; g. tanda patok tikungan (delineator) h. pita penggaduh; i. alat pengendali pemakai jalan. (3) Spesifikasi dan gambar teknis perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Bagian Kedua Jenis Perlengkapan Jalan Pasal 3 (1) Alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf a berfungsi untuk pengaturan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. (2) Alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan tenaga listrik dan/atau tenaga surya. (3) Alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. alat pemberi isyarat lalu lintas untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki; dan b. alat pemberi isyarat lalu lintas untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan (warning light). (4) Alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis 5 (lima) tahun. Pasal 4 (1) Rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf b berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan. (2) Rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. daun rambu; dan b. tiang rambu. (3) Rambu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun.

Pasal 5 (1) Marka jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf c berfungsi untuk mengatur lalu lintas, memperingatkan, atau menuntun Pengguna Jalan dalam berlalu lintas. (2) Marka Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peralatan; atau b. tanda. (3) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa: a. paku jalan; b. alat pengarah lalu lintas sementara; dan c. pembagi lajur atau jalur sementara. (4) Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa: a. marka membujur; b. marka melintang; c. marka serong; d. marka lambang; e. marka kotak kuning; dan f. marka lainnya. (5) Marka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 2 (dua) tahun. (6) Khusus untuk paku jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun. Pasal 6 (1) Alat penerangan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf d berfungsi untuk untuk menerangi jalan maupun lingkungan disekitar jalan. (2) Alat penerangan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan tenaga listrik dan/atau tenaga surya. (3) Alat penerangan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun.

Pasal 7 (1) Pagar pengaman jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf e berfungsi sebagai peringatan bagi pengemudi akan adanya bahaya (jurang) dan melindungi pemakai jalan agar tidak terperosok. (2) Pagar pengaman jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipasang pada jalan yang menikung disertai dengan pemasangan rambu pengarah tikungan (chevron). (3) Pagar pengaman jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun. Pasal 8 (1) Cermin tikungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. (2) Cermin tikungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipasang di te pi jalan pada lokasi pandangan pengemudi sangat terbatas atau terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan. (3) Cermin tikungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki um ur teknis selama 5 (lima) tahun. Pasal 9 (1) Tanda patok tikungan atau delineator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf g berfungsi sebagai pengarah dan peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi kiri atau kanan delineator daerah berbahaya. (2) Lokasi serta jarak pengulangan penempatan Tanda patok tikungan atau delineator disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas. (3) Tanda patok tikungan atau delineator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun. Pasal 10 (1) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf h berfungsi untuk meningkatkan kewaspadaan bagi pengemudi menjelang lokasi yang berpotensi terjadinya kecelakaan lalu lintas. (2) Jumlah dan jarak pita penggaduh yang dipasang disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

(3) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 2 (dua) tahun. Pasal 11 (1) Alat pengendali pemakai jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 2) huruf i berfungsi untuk pengendalian atau pembatasan terhadap kecepatan, ukuran muatan kendaraan pada ruas-ruas jalan tertentu. (2) Alat pengendali pemakai jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. alat pembatas kecepatan; dan b. alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan. (3) Alat pembatas kecepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hu ruf a, berupa Road Hump. (4) alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, berupa portal. (5) Alat pengendali pemakai jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki umur teknis selama 5 (lima) tahun BAB III TATA CARA PENGADAAN, PEMASANGAN, PERBAIKAN, DAN PEMELIHARAAN Pasal 12 (1) Kegiatan pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), meliputi : a. inventarisasi kebutuhan perlengkapan jalan sesuai dengan kebijakan penggunaan jaringan jalandan gerakan lalu lintas yang telah ditetapkan; b. penetapan jumlah kebutuhan dan lokasi pemasangan perlengkapan jalan; c. penetapan lokasi rinci pemasangan perlengkapan jalan: d. penyusunan spesifikasi teknis yang dilengkapi dengan gambar teknis perlengkapan jalan; dan e. pemasangan perlengkapan jalan sesuai dengan kebijakan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas yang telah ditetapkan.

(2) Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), meliputi : a. pemantauan dan pemeriksaan terhadap keberadaan dan kinerja perlengkapan jalan; b. penentuan dan penetapan jenis serta jumlah perlengkapan jalan yang memerlukan pemeliharaan; c. menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda yang dapat mengurangi atau menghilangkan fungsi/kinerja perlengkapan jalan; d. memperbaiki atau mengembalikan pada posisi sebenarnya apabila terjadi perubahan atau pergeseran posisi perlengkapan jalan; e. mengganti perlengkapan jalan yang rusak, cacat, atau hilang. Pasal 13 (1) Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan pembuatan perlengkapan jalan hanya boleh dilakukan oleh badan usaha yang telah memenuhi persyaratan : a. bahan, perlengkapan, dan peralatan produksi; dan b. sumber daya manusia yang berkompetensi di bidang perlengkapan jalan. (2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pasal 14 Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan pemasangan perlengkapan jalan di jalan wajib menggunakan perlengkapan jalan yang diproduksi oleh badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. BAB IV PENGAWASAN Pasal 15 Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16

Seluruh perlengkapan jalan yang telah dipasang atau ditempatkan di jalan paling lama 1 (satu) tahun wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK. 116/AJ.404/DRJD/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Drs. SUROYO ALIMOESO Pembina Utama (IV/e) NIP. 19531018 197602 1 001

Terlebih dahulu : 1. Kepala bagian Hukum dan Kerjasama : 2. Kepala Subdit Lalu Lintas Jalan : 3. Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :