BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik


DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

B ab I P endahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

MODEL KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

: Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama ( BOS ). Menurut Duha (2015:3) Program Bantuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat terangkat harkat dan derajadnya. pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BEASISWA SISWA DAN MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen Pasal 31 ayat satu, dua, tiga dan empat. Ayat 1 berbunyi Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ayat 2 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat 3 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Ayat 4 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang inilah yang kemudian menjadi landasan bagi terselenggaranya program BOS pada Tahun 2005. Realitanya yang terjadi di SMPN 29 Kota Bandung dalam merealisasikan dana BOS. Salah satu alasan rasa simpati saya untuk menciptakan solusi untuk salah satu penyebab tidak berkembangnya dan malah menjadi suatu kemunduran pendidikan di Kota Bandung adalah karena pemerintah tidak serius untuk 1

2 menuntaskan masalah ini. Hingga saat ini, belum ada sebuah itikad baik dari pemerintah untuk menjadikan pendidikan di Kota Bandung lebih baik. Adanya program dana BOS Kota, sekolah dituntut kemampuannya untuk dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggung Jawabkan pengelolaan biaya-biaya pendidikan secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan pembiayaan pendidikan akan berpengaruh secara langsung terhadap mutu pendidikan sekolah, terutama berkaitan dengan sarana prasarana dan sumber belajar. Untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dalam penyaluran maupun penggunaan dana BOS di tingkat sekolah diperlukan evaluasi pelaksanaan program BOS tersebut. Adapun peraturan lainnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang wajib belajar sembilan tahun. Pada hakikatnya wajib belajar memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau. Wajib belajar merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. Pada Tahun 2011 legalitas mengenai bantuan hibah berupa dana BOS diperkuat oleh Keputusan Walikota Bandung No.190 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kota Bandung Pada Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis Tahun 2011. Keputusan Walikota Bandung tersebut menjadi hal yang suistainable terhadap evaluasi kebijakan program BOS Kota Bandung bagi siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung. Seperti halnya pada masalah mengenai efektivitas penyaluran dana BOS Kota Bandung yaitu mekanisme penyalurannya

3 berawal dari walikota bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, setelah itu Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai penerima dana bantuan dalam bentuk cek. Kemudian anggaran yang diberikan oleh dinas pendidikan melalui cek tersebut dikelola oleh komite sekolah diantaranya yang bertanggung jawab langsung yaitu kepala sekolah. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 telah disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan ada peran masyarakat. Perwujudan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan di Kota Bandung yaitu dalam bentuk komite sekolah. Komite sekolah merupakan wujud dari media yang berperan dalam menampung aspirasi masyarakat yaitu dalam hal ini orang tua siswa. Melalui komite sekolah ini lah hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dibahas bersama-sama dengan kepala sekolah selaku pimpinan yang ada di sekolah. Komite sekolah bersifat independen oleh karena itu komite sekolah dilibatkan dalam tanggung jawab menerima cek dari dinas pendidikan untuk dikelola bersama-sama atas sepengetahuan kepala sekolah. Kebutuhan siswa dirinci oleh komite sekolah secara administrasi selanjutnya diberikan laporan administrasi tersebut kepada kepala sekolah. Keberadaan komite sekolah belum memberikan dampak yang maksimal seperti halnya anggaran yang terdapat dalam daftar laporan rekapitulasi rencana penggunaan dana BOS APBD Tahun Anggaran 2012 dimana alokasi dana untuk biaya transportasi siswa miskin sebesar 0%. Itu artinya kepentingan siswa belum diutamakan. Seperti yang tertulis pada daftar laporan tersebut bahwa salah satu penggunaan biaya operasional sekolah tersebut terpakai untuk gaji guru honorer.

4 Dalam hal ini kepala sekolah dan komite sekolah berkerja samadalam membuat rencana program dana BOS yang akan digunakan oleh SMPN 29 Kota Bandung, penggunaan dana BOS harus diketahui oleh komite sekolah, Komite sekolah disini bertindak sebagai pengawas terhadap alokasi dana BOS yang dilakukan oleh SMPN 29. pemberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai; kebijakan dan program pendidikan, rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan. Menurut peneliti, permasalahannya yaitu apabila sekolah sudah memiliki komite sekolah dimana komite sekolah ini menjadi bagian dari wujud partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya pendidikan tetapi ada saja orang tua siswa maupun kebutuhan siswa yang kurang mampu masih belum menemukan solusi yang tepat. Ada beberapa permasalahan dalam proses evaluasi kebijakan program BOS diantaranya yaitu berkaitan dengan indikator efektivitas, efisiensi, perataan, responsivitas dan ketepatan yang akan dibahas pada pembahasan berikut ini: Permasalahan pertama, yaitu masalah mengenai efektivitas dimana keberadaan komite sekolah belum cukup menjawab tantangan yang ada di lapangan secara menyeluruh. Pendekatan yang digunakan komite sekolah dalam menyelesaikan permasalahan orang tua siswa untuk menyekolahkan anak nya belum terlihat optimal. Misalnya contoh kasus di lapangan yaitu ibu rumah tangga yang memiliki tiga orang anak yang statusnya bersekolah merasa masih kesusahan untuk menyekolahkan anak mereka karena biaya operasional lain di luar dana BOS yang masih memberatkan pengeluran rumah tangga mereka.

5 Kedua, yaitu mengenai efisiensi berkaitan dengan biaya-biaya operasional lain tersebut yang masih menjadi hambatan orang tua siswa dan masih dirasakan berat yaitu seperti biaya konsumsi, biaya transportasi, biaya ekstrakulikuler, biaya pembelian alat tulis siswa. Ketiga, masalah yang berkaitan dengan perataan. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa penerima dana BOS Kota Bandung bagi siswa-siswi SMPN 29 Kota Bandung tidak diklasifikasikan berdasarkan latar belakang pekerjaan orang tua mereka sehingga siswa miskin dan kaya menerima jumlah dana bantuan BOS yang sama. Dunn menyinggung mengenai definisi perataan bahwa kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan Keempat, masalah yang berkaitan dengan responsivitas masyarakat mengenai program dana BOS Kota Bandung. Berdasarkan respon dari beberapa orang tua siswa bahwa program dana BOS Kota Bandung ini belum terasa manfaatnya karena ada sebagian orang tua siswa yang merasakan biaya sekolah terasa mahal karena masih ada pengeluaran-pengeluaran seperti pembelian buku Cetak dan uang transportasi yang cukup besar bagi beberapa siswa SMPN 29 Kota Bandung diakibatkan akses menuju SMPN 29 minim transportasi angkutan kota. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap biaya transportasi siswa karena harus menggunakan ojek yang biayanya dua kali lipat lebih besar daripada menggunakan angkutan kota. Kelima, masalah yang berkaitan dengan ketepatan. Pendataan dan manajemen yang kurang akurat sehingga dana BOS ini benar-benar dipergunakan bagi siswa yang membutuhkannya. Terutama dalam hal besaran jumlah untuk

6 diklasifikasi siswa-siswi SMPN 29 Kota Bandung yang memiliki prestasi untuk diberikan dana BOS lebih besar. Evaluasi program dana BOS dinilai tidak hanya dari keberhasilan program tersebut mencapai sasaran dan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meringankan beban orang tua siswa mengingat biaya pendidikan begitu mahal, melainkan juga diukur dari segi efisiensi pengelolaan program BOS. Sejalan dengan peningkatan kuantitas program dana BOS, sebagai wujud dari hasil yang dicapai (output), akan ada perubahan-perubahan pada kelompok sasaran yang mengiringnya. Meningkatnya mutu pendidikan dasar 9 tahun merupakan salah satu perwujudan manfaat dari program BOS. Akan tetapi, jika ternyata setelah ada program BOS, mutu pendidikan tidak jauh lebih baik itu yang dinamakan masalah. Penggunaan dana BOS di sekolah harus di dasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah yang harus di daftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) atau Rencana Anggaran pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS), di samping dana yang diperoleh dari Pemerintah daerah atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan penggunaan dana BOS (dan dana lainnya tersebut) harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini berjudul sebagai berikut: Evaluasi Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 29 Kota Bandung.

7 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu, bagaimana evaluasi kebijakan program dana BOS di Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) Kota Bandung pada tahun 2012? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Evaluasi Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 29 Kota Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektivitas program dana bantuan operasional sekolah 2. Untuk mengetahui efisiensi program dana bantuan operasional sekolah 3. Untuk mengetahui kecukupan program dana bantuan operasional sekolah 4. Untuk mengetahui perataan program dana bantuan operasional sekolah 5. Untuk mengetahui responsivitas program dana bantuan operasional sekolah 6. Untuk mengetahui ketepatan program dana bantuan operasional sekolah

8 1.4 Kegunaan Penelitian Sejalan dengan permasalahan di atas diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Bagi penulis, yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan dan informasi mengenai Evaluasi Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 29 Kota Bandung. 2. Bagi kegunaan teoritis, yaitu dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan memberikan sumbangan keilmuan khususnya Ilmu Evaluasi Kebijakan, Analisis Kebijakan Publik, Administrasi Pembangunan. 3. Kegunaan Praktis, yaitu kegunaan bagi Dinas Pendidikan, peraturan pemerintah dapat dijadikan pedoman bagi terselenggaranya program BOS di Kota Bandung yang akuntabel. Bagi SMPN 29 Kota Bandung peraturan pemerintah dapat dijadikan pedoman bagi komite sekolah terutama kepala sekolah agar dapat menggunakan dana BOS untuk keperluan akomodasi siswa.