1. Apakah yang dimaksud dengan keuangan desa? 2. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan desa?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 4 TAHUN 2015

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

KEPALA DESA DURIAN KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

KEPALA DESA BENELAN KIDUL KECAMATAN SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI

Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 15, No. 1, Februari 2015:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

Transkripsi:

1. Apakah yang dimaksud dengan keuangan desa? 2. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan desa?

Pengertian KEUANGAN DESA adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut PENGELOLAAN KEUANGAN DESA adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa.

Manfaat Pengelolaan Keuangan Sebagai sarana untuk memberikan arah terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa dan sekaligus sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap segenap kegiatan pemerintah desa Memberi tanggungjawab kepada pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan pembangunan dan pelayanan publik yang berpihak kepada perempuan, orang miskin, kelompok muda dan kelompok marjinal lainnya di desa Memberikan kuasa kepada kepala desa untuk menyelenggarakan administrasi keuangan desa sesuai dengan batas-batas kewenangannya

Memenuhi kebutuhan pembangunan dengan mengenali secara mendalam sumber-sumber pendapatan desa Menjadi tolok ukur dalam menentukan kebijakan pemerintah desa yang berkeadilan gender dan adil bagi orang miskin. Masyarakat secara jelas dapat menentukan skala prioritas pembangunan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan

PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Partisipatif. Masyarakat terlibat dalam setiap proses pengelolaan keuangan termasuk warga miskin, kelompok marjinal, pemuda dan perempuan. Masyarakat dapat menilai kesesuaian antara kebutuhan, aspirasinya dan berperan aktif melakukan kontrol penggunaan anggaran. Pengelolaannya mengikutsertakan sebanyak mungkin unsur masyarakat. Transparansi. Informasi pengelolaan keuangan terbuka bagi semua warga tanpa kecuali, dapat dilihat dan diketahui oleh warga baik diminta maupun tidak. Masyarakat dapat mengetahui sasaran, hasil, manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan anggaran.

Efektifitas dan Efisiensi. Anggaran dikelola secara hemat dan tepat. Setiap pengeluaran harus mempertimbangkan penghematan pospos anggaran yang dialokasikan. Pemanfaatan dana dimaksudkan menghasilkan tingkat kesejahteraan dan pelayanan publik yang maksimal dengan mempertimbangkan nilai manfaat yang akan dinikmati warga dari setiap pos pembelanjaan anggaran. Akuntabilitas. Pengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh warga setiap saat secara internal maupun eksternal. Siapapun pengelola keuangan yang terlibat didalamnya dapat mempertanggungjawabkan penggunaannya. Masyarakat mudah mengakses informasi, penjelasan, penyelidikan bahkan penolakan berkaitan dengan keabsahan pertanggungjawaban keuangan.

Sistematis dan disiplin. Pengelolaan keuangan dikelola berdasarkan aturan pengelolaan anggaran. Ada kerangka waktu, wewenang dan tanggungjawab pengelolaannya tertata dan jelas. Pemilahan antara belanja untuk aparat dengan pelayanan publik dan klasifikasi yang menyertainya harus jelas. Tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas anggaran yang telah ditentukan apalagi bekerja dengan dana yang belum tersedia dalam rencana penganggaran. Mandiri. Pemerintah desa harus berusaha menggali dan/atau meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa (PA Desa) dan penggunaan dana melalui penerapan strategi pembiayaan yang tepat sehingga mengurangi ketergantungan bantuan pihak luar termasuk dari pemerintah.

Pengertian Penganggaran Penganggaran pembangunan desa yaitu suatu proses untuk menentukan besaran dan sumbersumber anggaran dan menyusunnya secara sistematis guna melaksanakan program/kegiatan dalam kerangka membangun desa sesuai prioritas yang tertuang dalam rencana kerja pembangunan (RKP) Desa untuk jangka waktu 1 tahun

Ruang Lingkup Penganggaran Ruang lingkup yang dimaksudkan yaitu cakupan bahasan dan penyusunannya dalam penganggaran pembangunan desa Ruang lingkup penganggaran pembangunan desa dalam hal ini dapat dipilahkan menjadi dua, yaitu APBDes, yaitu anggaran pembangunan desa yang dana/uangnya masuk ke rekening desa. Non APBDes, yaitu anggaran pembangunan desa yang dana/uangnya tidak masuk ke rekening desa tetapi langsung dikelola oleh organisasi/kelompok warga dan tidak masuk dalam rekening desa (selanjutnya di sebut non APBDes)

Fungsi Penganggaran 1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa penganggaran desa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan, belanja dan pembiayaan pada tahun yang bersangkutan. Artinya keseluruhan pendapatan dengan mengoptimalkan asset-aset desa menjadi modal pembangunan menjadi lebih utama. Prioritas belanja berdasar pada RKP Desa yang merupakan kewenangan desa menjadi bagian penting untuk mendapatkan alokasi dari APBDes. Dengan kata lain pemerintah desa tidak bisa menganggarkan kegiatan diluar yang sudah tertuang dalam APBDes.

2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa penganggaran desa menjadi pedoman bagi aparat desa dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa penganggaran desa menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa penganggaran desa harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa. Penganggaran ini juga harus memberikan ruang kepada kelompok miskin, perempuan dan orang termarjinalkan di desa untuk mendapatkan alokasi (manfaat) dari penganggaran yang ada. 5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan penganggaran desa harus memperhatikan rasa keadilan bagi warga desa terutama untuk kelompok miskin, perempuan, kaum muda dan kelompok termarjinalkan didesa.

6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah desa menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian desa. dengan demikian belanja pembangunan desa juga harus memperhatikan aspek kemanfaatannya dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan melipatgandakan sumberdaya untuk menggerakkan sektor ekonomi yang ada di desa

Aktor Kunci dan Perannya Dalam Pengelolaan Anggaran KPM dan LPM, perannya sebagai fasilitator PTPKD, perannya menyusun rancangan anggaran pembangunan desa dan fasilitator Warga desa (laki-perempuan, tua-muda, kayamiskin dan yang termarjinalkan lainnya), perannya sebagai sumber informasi dan pengambil keputusan Lembaga kemasyarakatan, perannya sebagai sumber informasi, menggerakkan dan mendorong partisipasi dan gotong royong warga Pemerintah desa, perannya sumber informasi dan menyusun rancangan regulasi terkait anggaran BPD, perannya sebagai sumber informasi dan kontrol partisipasi warga pengesahan regulasi terkait anggaran