KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia mencapai 1 juta unit per tahun, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai salah satu cabang dari bidang ilmiah (disiplin ilmu). Transportasi

BAB I PENDAHULUAN.

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGARUH LETAK MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION PADA SEPEDA MOTOR ABSTRAK

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UJI KERJA INJEKTOR TERHADAP PUTARAN DAN JENIS SEMPROTAN MENGGUNAKAN ALAT UJI INJEKTOR ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini mobil telah menjadi lebih penting, mobil telah menjadi faktor

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

STUDI PENGARUH JARAK TEMPUH DAN UMUR MESIN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPATTERHADAP KONSENTRASI EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN OKSIDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN FILTER ASAP PADA INCINERATOR SAMPAH (RJ01)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

Cyndia Putri Lupita *), Sudarno, Titik Istirokhatun PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dilingkungan sekitar, pengembangan teknologi di Indonesia masih terus

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

OP-023 PENINGKATAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) AKIBAT PENINGKATAN KENDARAAN BERMOTOR KOTA PADANG SELAMA SATU DEKADE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

Transkripsi:

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT Vera Surtia Bachtiar Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Unand Kampus Limau Manis Padang. Telp: 751 72564. Fax: 751-72564. Email: vera_sb @ft.unand.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi gas CO, NO 2 dan SO 2 yang dilepaskan dari beberapa kendaraan roda empat saat kecepatan, 2, 4, 6, 8 km/jam. Melalui pengukuran menggunakan alat impinger yang menyerap gas CO, NO 2 dan SO 2 dari knalpot kendaraan-kendaraan sampel. Pelaksanaannya di lapangan adalah dengan meletakkan impinger di bagian belakang kendaraan, yang akan menyerap gas CO, NO 2 dan SO 2 selama lebih kurang 2 menit untuk setiap sampel. Kendaraan-kendaraan sampel adalah kendaraan bensin dan solar yang diproduksi pada rentang tahun 1991 1995, 1996 2, dan 21 25. Dari penelitian terhadap gas CO, secara umum didapatkan bahwa kecenderungan yang muncul adalah semakin cepat laju kendaraan maka gas CO yang dilepaskan akan semakin besar. Dari penelitianterhadap NO 2 diketahui bahwa konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan akan meningkat seiring bertambahnya kecepatan kendaraan. Hasil pengukuran konsentrasi SO 2 pada mesin diesel mempunyai kecendrungan bahwa semakin tinggi kecepatan kenaraan, maka konsentrasi yang dihasilkan juga semakin besar. Sedangkan untuk kendaraan mesin bensin, konsentrasi SO 2 tidak terdeteksi, karena sangat kecil. Dan hubungan konsentrasi SO 2 dengan kecepatan kendaraan adalah hubungan linear.. Kata kunci: Konsentrasi, CO, NO 2, SO 2, Kecepatan PENDAHULUAN Sumber utama polusi udara di kota besar adalah kendaraan bermotor (Republika, 26). Tiap kendaraan bermotor akan mengeluarkan emisi yang banyaknya antara lain tergantung kepada tahun kendaraan, jenis bahan bakar yang digunakan. Kendaraan dengan tahun pembuatan yang lebih lama akan mengeluarkan emisi yang lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan baru. Demikian juga kendaraan dengan bahan bakar bensin akan mengeluarkan jenis emisi yang berbeda dengan kendaraan berbahan bakar solar (Marlok, 1991). Kecepatan juga akan mempengaruhi jumlah emisi yang dikeluarkan oleh suatu kendaraan. Menurut Marlok (1992) yang melakukan uji emisi di Amerika Serikat, semakin tinggi kecepatan yang digunakan pada suatu kendaraan, maka jumlah CO yang dikeluarkan akan semakin kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan NO 2, dimana semakin tinggi kecepatan yang digunakan maka NO 2 yang dikeluarkan akan semakin besar. Di Indonesia sendiri terutama untuk Kota Padang, belum pernah dilakukan pengujian terhadap hubungan antara kecepatan yang digunakan dengan emisi yang dikeluarkan 1

pada suatu kendaraan bermotor. Berdasarkan hal itu, perlu diadakan penelitian untuk melihat hubungan yang terjadi antara kecepatan kendaraan yang dipergunakan pengemudi dengan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan tersebut. Dalam penelitian tentang hubungan kecepatan kedaraan terhadap emisi ini, kendaraan yang akan digunakan adalah jenis kendaran yang banyak terdapat di Kota Padang dan mudah utuk didapatkan. Hal ini dapat dilihat dari Dinas Lalu Lintas da Angkutan Jalan Raya (DLLAJR). Jenis kendaraan bermotor yang diamati adalah kendaraan bermotor dengan bhan bakar bensin dan kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar. Kendaraan yang dipergunakan juga memperhitungkan tahun pembuatan kendaraan dari tahun 199 sampai dengan tahun 25. Dalam pengambilan sampel gas CO, NO2 dan SO2, kendaraan dijalankan di jalan raya dengan peralatan sampling diempatkan dalam kendaraan. Knalpot kendaraan dihubungkan dengan peralatan sampling dengan menggunakan slang penghubung sehingga emisi yang dikeluarkan knalpot kendaraan dapat dibaca oleh peralatan sampling. Pada tiap kecepatan yang ditetapkan, ditentukan emisi gas CO, NO2 dan SO2 yang dikeluarkan oleh kendaraan tersebut. Setelah dianalisis variasi kecepatan terhadap konsentrasi emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor melalui analisis statistik, rnaka dilakukan kajian terhadap hubungan variasi kecepatan dengan konsentrasi gas CO, NO2 clan SO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Morlok (1991), keberadaan gas polutan di udara yang dihasilkan dari kegiatan transportasi sangat dipengaruhi oleh bentuk atau kebiasaaan berkendaraan dari pengguna jasa lalu lintas, seperti volume dan kecepatan lalu lintas tersebut. Kecepatan kendaraan didefinisikan sebagai tingkat pergerakan yaitu jarak yang ditempuh kendaraan dalam satu satuan waktu tertentu. Umumnya dinyatakan dengan satuan kilometer per jam (km/jam). Karena dalam arus lalu lintas akan terdapat berbagai jenis kendaraan dengan berbagai kecepatan juga, maka kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan rata-rata. Dari penelitian yang dilakukan oleh Morlok (1991), meningkatnya kecepatan kendaraan akan menghasilkan emisi yang makin rendah dari karbon monoksida dan hidrokarbon per kendaraan-mil, sedangkan emisi oksida dari nitrogen akan bertambah per kendaraan-mil dengan bertambahnya kecepatan. Karena ketiga jenis polutan di atas sama sekali tidak diinginkan, maka tidak terdapat aturan umum mengenai kecepatan terbaik dari sudut pandang kualitas udara. Hal yang sama juga sudah dibuktikan oleh Bachtiar (23) dalam pemodelan kualitas udara Kota Padang. Dalam penelitian lain tentang perbandingan beberapa model untuk menghitung konsentrasi polutan, didapat konsentrasi CO sebanding dengan kenaikan volume lalu lintas dan penurunan kecepatan kendaraan (Bachtiar, 22) 2

METODE PENELITIAN Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA), serta instansi lainnya. Data yang diperoleh adalah jenis kendaraan terbanyak yang ada di Kota Padang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data ini dapat ditentukan jenis kendaraan yang digunakan untuk kegiatan sampling. Dalam pelaksanaan penelitian ini, jenis kendaraan yang digunakan terbagi dua, yaitu kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin dan yang menggunakan bahan bakar solar. Data primer yang dipakai dalam penelitian ini berupa sample gas CO, NO2 dan SO 2 yang diuji langsung di lapangan. Sampling dilakukan dengan menggunakan alat impinger. Kendaraan dijalankan dengan variasi kecepatan yang ditetapkan dan gas buang yang dihasilkan kendaraan ditangkap oleh slang yang dihubungkan langsung ke impinger. Kegiatan pengambilan sampel gas dilakukan dengan cara menangkap gas buangan yang berasal dari knalpot dengan menggunakan pipa besi. Pipa penyalur gas ini dibuat berbentuk siku-siku dan pada salah satu ujungnya disambungkan dengan selang plastik agar dapat bergerak fleksibel. Pada selang ini kemudian disambungkan dengan tiga pipa kecil yang akan dipasangkan ke tabung penampung berisi silica gel pada impinger. Ujung pipa yang masuk ke dalam knalpot diikatkan kabel probe termokopel untuk pengukuran suhu. Impinger kemudian diletakkan di bagian belakang dalam kendaraan bersama-sama dengan peralatan lainnya. Sebaiknya atur agar impinger tidak berdekatan dengan generator untuk mencegah terhisapnya gas buangan dari knalpot generator. Sebelum impinger digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengaturan flow rate pada impinger sesuai kebutuhan. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam tabung penampung yang telah dibilas dengan aquadest dan letakkan di dalam impinger. Kendaraan sampel kemudian dijalankan dengan laju yang diinginkan dan pada saat laju kendaraan telah stabil, kemudian impinger dihidupkan selama beberapa menit. Penentuan lama waktu pengukuran pada penelitian ini rata-rata selama dua menit. Gas yang berasal dari knalpot kemudian dialirkan ke dalam tabung penampung yang berisi silica gel untuk menyaring partikulat dan air. Lalu gas yang telah bebas partikulat dan air dialirkan ke dalam tabung yang telah berisi larutan penyerap. Setelah alat dimatikan, larutan penyerap kemudian disimpan ke dalam botol kecil yang telah di beri nomor urut dan dimasukkan ke dalam termos yang berisi es untuk pengawetan larutan sampel. Untuk menentukan konsentrasi CO, NO2 dan SO2, dilakukan analisis laboratorium terhadap sampel yang telah diambil. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data CO, NO 2 dan SO 2. Langkah terakhir adalah melakukan analisis dan kajian dari hasil pengolahan data yan telah dilakukan sehingga diketahui hubungan antara variasi kecepatan kendaraan bermotor dengan konsentrasi CO, NO 2 dan SO 2 yang dihasilkan. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Konsentrasi Gas CO dengan Kecepatan a. Tingkat Emisi CO pada Kendaraan Bensin Pada kendaraan-kendaraan sampel bensin untuk produksi 1991 1995 dengan 1996-2, tahun produksi kendaraan tidak terlalu mempengaruhi besar tingkat CO yang diemisikan. Kendaraan 1991 1995 pada kecepatan 2 km/jam, 6 km/jam, dan 8 km/jam kenyataannya memiliki tingkat emisi CO yang lebih rendah dibanding kendaraan 1996 2. Pengaruh variasi kecepatan kendaraan bensin terhadap gas CO yang diemisikan dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini. [CO] 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 kecepatan(km/jam) [CO] 1991-1995 [CO] 1996-2 [CO] 21-25 Gambar 9. Pengaruh Variasi Kecepatan Kendaraan Bensin Terhadap Emisi CO Namun jika tingkat emisi kendaraan 1991 1995 dibandingkan dengan kendaraan 21 25, emisi kendaraan 1991 1995 selalu dalam jumlah yang lebih besar. Begitu juga jika kendaraan 1996 2 dibandingkan dengan kendaraan 21 25. Kendaraan 21 25 secara umum mengemisikan CO dalam jumlah yang lebih besar, kecuali dalam kondisi idle yang perbedaannya tidaklah terlalu besar. Berikut kecenderungan dari hubungan antara kecepatan kendaraan bensin dengan emisi CO yang dilepaskan dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini. 4

8. 7. 6. [CO] 5. 4. 3. 2. 1.. 4 8 4 6 2 6 8 2 2 4 6 8 kecepatan,km/jam 1991-1995 1996-2 21-25 Gambar 1. Kecenderungan dari Hubungan Variasi Kecepatan Kendaraan Bensin Terhadap CO yang Dilepaskan Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa secara umum semakin cepat laju kendaraan maka emisi CO yang dilepaskan akan semakin besar. Akan tetapi pengecualian untuk kendaraan 1991-1995 di kecepatan 4 km/jam, dan pada kendaraan 21 25 saat kondisi idle ke kecepatan 2 km/jam. Terkait dengan pengaruh cc terhadap besar emisi CO yang dilepaskan, pada beberapa kecepatan memperlihatkan pengaruh tersebut. Untuk kendaraan-kendaraan sampel bensin ini, kendaraan 1996 2 memiliki cc yang paling besar. Di kecepatan 2, 6, dan 8 km/jam kendaraan dengan cc paling besar ini memiliki emisi CO yang paling besar. Kemudian mengenai hubungan dengan baku mutu emisi untuk kendaraan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 1993 disebutkan bahwa untuk kendaraan roda empat berbahan bakar bensin, tingkat emisi CO yang diperbolehkan adalah sebesar 4,5 %. Apabila dibandingkan dengan keseluruhan CO yang diemisikan dari kendaraan sampel bensin ini terlihat bahwa tidak ada satu kendaraan pun yang emisinya melewati baku mutu. b. Tingkat Emisi CO pada Kendaraan Solar Pada kendaraan-kendaraan sampel solar jelas sekali terlihat ada pengaruh tahun produksi kendaraan terhadap CO yang diemisikan. Semakin baru kendaraan solar maka tingkat emisi CO yang dihasilkan pun semakin kecil. Pengaruh variasi kecepatan kendaraan solar terhadap gas CO yang diemisikan dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini. 5

[CO] (µg/m3) 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.. 2 4 6 8 Kecepatan (km/jam) [CO] 1991-1995 [CO] 1996-2 [CO] 21-25 Gambar 11. Pengaruh Variasi Kecepatan Kendaraan Solar Terhadap Emisi CO Dari gambar 11 terlihat bahwa semakin tinggi tahun produksi kendaraan solar, maka emisi CO yang dilepaskan semakin sedikit. Mulai kendaraan periode 1991 1995, 1996 2, dan kendaraan 21 25 terlihat CO yang dilepaskan semakin rendah. Kemudian dihubungkan dengan pengaruh cc terhadap emisi CO yang dilepaskan, didapatkan bahwa kendaraan dengan cc terbesar mengemisikan CO dalam jumlah yang paling besar pula. Dalam hal ini adalah kendaraan periode 1991 1995. Selanjutnya untuk melihat kecenderungan yang timbul dari variasi kecepatan kendaraan terhadap CO yang dilepaskan pada kendaraan solar ini maka dapat diperhatikan gambar 12 berikut ini. 8. 7. 6. 6 8 [CO] 5. 4. 3. 2 4 2. 1.. 2 2 4 4 6 8 8 kecepatan,km/jam 1991-1995 1996-2 21-25 Gambar 12. Kecenderungan dari Hubungan Variasi Kecepatan Kendaraan Solar Terhadap CO yang Dilepaskan 6

Dari gambar 12 dapat disaksikan bahwa secara umum untuk kendaraan solar semakin kencang laju sebuah kendaraan, maka semakin meningkat CO yang diemisikan. Hal ini terjadi hampir pada kendaraan-kendaraan solar yang disampling. Walaupun pada kendaraan 1991 1995 dan 1996 2 hal itu tidak terjadi semua. Namun sebab ketidakjadian itu terjadi akibat faktor-faktor lain yang menyebabkan pula terjadi kenaikan gas CO yang diemisikan. Mengenai penjelasan pada masing-masing kendaraan ini dapat disaksikan pada analisis gas CO yang diemisikan oleh tiap kendaraan sebelum ini. Hubungan Konsentrasi Gas NO 2 dengan Kecepatan a. Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Gambar 13 menunjukkan hubungan konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan oleh mobil 1 terhadap kecepatan kendaraan. Konsentrasi Gas NO2 (ug/m 3 ) 5 4 3 2 1 2.894 3.371 2 y = 2,913e,1223x R 2 =,978 14.98 7.811 4 6 8 29.19 Kecepatan (km/jam) Gambar 13 Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 1 Meskipun hampir 15 tahun digunakan, namun kendaraan ini memiliki jarak tempuh jalan yang relatif rendah. Hal itu dikarenakan kendaraan ini merupakan kendaraan pribadi yang lebih sering digunakan untuk keperluan dalam kota dan digunakan untuk aktivitas seharihari, sementara jarak antara rumah dengan tempat aktivitas tidak terlalu jauh. Kondisi mobil juga terawat cukup baik. Berdasarkan Gambar 13 diketahui konsentrasi gas NO 2 saat km/jam (idle) telah terdeteksi. Saat mobil bergerak kekecepatan 2 dan 4 km/jam, kenaikan konsentrasi gas NO 2 sangat kecil. Kenaikan konsentrasi NO 2 yang cukup besar baru terjadi saat mobil bergerak 6 km/jam dan kenaikan yang signifikan terjadi saat mobil bergerak dengan kecepatan 8 km/jam. Salah satu penyebab tingginya konsentrasi NO 2 karena tingginya suhu dan tekanan pada ruang pembakaran yang menyebabkan meningkatnya pembentukan gas NO 2. Mobil 2 merupakan kendaraan dinas yang memiliki jarak tempuh terjauh. Hal ini disebabkan kendaraan merupakan mobil yang digunakan bersama untuk keperluan dinas. 7

Kendaraan ini kurang mendapat perawatan yang baik. Gambar 14 menunjukkan hubungan konsentrasi gas NO 2 terhadap kecepatan kendaraan. 35, 3, y = 8,152e,1431x R 2 =,899 Konsentrasi Gas NO 2 (ug/m 3 ) 25, 2, 15, 1, 5, 12,279 12,188 35,774 131,888 133,736, 4 8 Kecepatan (km/jam) Gambar 14. Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 2 Pada saat dilakukan pengukuran suhu pada knalpot, tercatat suhu yang cukup tinggi pada kondisi idle namun konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan masih rendah. Saat mobil bergerak dengan kecepatan 2 km/jam, diketahui konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan hampir tidak mengalami perubahan dan peningkatan konsentrasi NO 2 yang cukup tinggi baru terjadi pada saat mobil bergerak dengan kecepatan 4 km/jam. Konsentrasi NO 2 tertinggi dihasilkan saat mobil mulai bergerak dengan kecepatan sedang (6 km/jam) kekecepatan tinggi (8 km/jam) dimana pada grafik dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi yang dihasilkan saat mobil bergerak dengan kecepatan sedang kekecepatan tinggi sangat signifikan. Karena kondisi mesin yang sangat tidak stabil, waktu pengambilan sampel pada kecepatan 8 km/jam dikurangi menjadi 1 menit. Mobil 3 merupakan kendaraan milik pribadi. Kendaraan ini termasuk kendaraan baru (24) dan kondisi kendaraan terawat dengan baik. Konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan pada berbagai variasi kecepatan dapat dilihat pada Gambar 15. 8

Konsentrasi Gas NO2 (ug/m 3 ) 14 12 y = 17,268e,81x R 2 =,7857 1 8 69,998 68,84 71,543 6 4 2 17,558 2,84 2 4 6 8 Kecepatan (km/jam) Gambar 15. Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 3 Pada kondisi idle dan bergerak 2 km/jam, telah dihasilkan gas NO 2 dengan konsentrasi yang rendah. Tidak terjadi peningkatan konsentrasi yang signifikan saat bergerak 2 km/jam. Perubahan konsentrasi yang tinggi terjadi saat mobil mulai bergerak dengan kecepatan 4 km/jam. Karena belum terjadi perubahan warna penyerap saat pengambilan sampel pada kecepatan 4 km/jam, waktu pengambilan diperpanjang menjadi 4 menit. Diketahui bahwa perubahan konsentrasi yang relatif stabil meskipun mobil telah bergerak dengan kecepatan tinggi (8 km/jam). b. Kendaraan Berbahan Bakar Solar Mobil 4 adalah kendaraan pribadi berbahan bakar solar keluaran tahun 1991. Tidak diketahui kilometer perjalanannya karena alat pengukur sudah tidak berfungsi namun bisa diperkirakan bahwa kendaraan tersebut memiliki jarak tempuh yang tinggi. Hubungan konsentrasi gas NO 2 terhadap kecepatan kendaraan diperlihatkan pada Gambar 16. Konsentrasi Gas NO2 (ug/m 3 ) 8 7 6 5 4 3 2 1 66,22 2 64,49 4 68,229 y = 73,136e -,198x R 2 =,756 55,499 43,451 6 8 Kecepatan (km/jam) Gambar 16. Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 4 9

Dari gambar 16 diketahui bahwa saat mobil dalam kondisi idle telah menghasilkan NO 2 dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Perubahan konsentrasi saat kecepatan 2 hingga 8 km/jam relatif stabil, namun terjadi penurunan saat mobil bergerak dengan kecepatan 6 dan 8 km/jam. Kondisi ini diperkirakan karena mobil menghasilkan asap yang sangat tebal sehingga terdapat partikulat yang terhisap ke dalam impinger dan tercampur ke dalam larutan sampel. Sampel yang tercampur partikulat ini menyebabkan terganggunya pembacaan T oleh impinger. Mobil 5 merupakan kendaraan milik perusahaan yang diperuntukkan untuk seorang staf sehingga penggunaannya sama dengan kendaraan pribadi. Meskipun berbahan bakar solar namun asap yang dikeluarkan dari knalpot tidak begitu tebal. Gambar 17 menunjukkan hubungan konsentrasi gas NO 2 terhadap kecepatan kendaraan. Konsentrasi Gas NO2 (ug/m 3 ) 5, 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5,, y =,7821x + 24,484 R 2 =,96 27,72 26,265 2 4 32,289 6 37,583 8 41,595 Kecepatan (km/jam) Gambar 17. Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 5 Saat mobil dalam kondisi idle, NO 2 telah dihasilkan dengan konsentrasi cukup rendah. Kenaikan konsentrasi gas NO 2 terjadi saat mobil mulai bergerak dengan kecepatan 4 km/jam hingga kekecepatan tinggi (8 km/jam). Namun peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Mobil 6 merupakan kendaraan milik perusahaan yang telah menempuh perjalanan cukup tinggi untuk kendaraan yang tergolong baru. Kendaraan ini pada saat pengambilan sampel gas NO 2, baru saja menjalani servis penggantian oli. Asap yang dikeluarkan dari knalpot sudah sangat sedikit. Meskipun tergolong kendaraan yang sudah memiliki teknologi lebih baik, asap hitam masih tetap menjadi ciri khas kendaraan berbahan bakar solar, terbukti dengan menghitamnya permukaan bagian dalam selang dan pipa besi yang digunakan sebagai penangkap gas knalpot. Hubungan konsentrasi terhadap kecepatan kendaraan diperlihatkan pada Gambar 18 berikut. 1

y = -,1873x 2 + 4,639x + 17,614 R 2 =,9717 Konsentrasi Gas NO2 (ug/m 3 ) 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 45,538 43,542 4, 31,752 21,777 2 4 6 8 Kecepatan (km/jam) Gambar 18. Hubungan Variasi Kecepatan terhadap Konsentrasi Gas NO 2 Mobil 6 Saat mobil dalam kondisi idle, telah dihasilkan NO 2 dengan konsentrasi rendah. Perubahan yang signifikan terjadi pada saat mobil mulai bergerak dengan kecepatan 2 km/jam dan konsentrasi NO 2 terus meningkat hingga mobil bergerak dengan kecepatan 6 km/jam. Pada gambar diketahui terjadi penurunan konsentrasi NO 2 saat mobil bergerak dengan kecepatan 8 km/jam. Hal ini diperkirakan karena terlalu tingginya dorongan udara knalpot yang menyebabkan larutan sampel dalam tabung impinger terbuang dan telah dilakukan pengulangan pengambilan sampel baru namun kondisi pengambilan sampel tetap tidak mendukung terambilnya data sampel yang baik. Dari pembahasan sebelumnya, dapat dilakukan perbandingan konsentrasi gas NO 2 yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin dengan kendaraan berbahan bakar solar. Perbandingan dapat dilihat pada Tabel 4. berikut. 11

Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisis antara Kendaraan Berbahan BakarBensin dengan Kendaraan Berbahan Bakar Solar Kendaraan Berbahan Bakar Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Solar Mobil dalam kondisi Gas NO 2 yang dihasilkan Gas NO 2 yang dihasilkan sudah idle ( km/jam) rendah relatif tinggi Kecepatan mobil Kenaikan konsentrasi NO 2 Kenaikan konsentrasi NO 2 tidak sedang cukup signifikan signifikan dan perubahan yang (4-6 km/jam) terjadi relatif stabil Kecepatan kendaraan Konsentrasi NO 2 yang Perubahan konsentrasi NO 2 yang tinggi (8 km/jam) dihasilkan tinggi dihasilkan relatif stabil Perubahan konsentrasi Terjadi perubahan konsentrasi Peningkatan konsentrasi gas NO 2 terhadap yang sangat signifikan saat NO 2 yang terjadi tidak begitu kecepatan kendaraan kendaraan melaju dari signifikan kecepatan rendah ke tinggi Hubungan Konsentrasi Gas SO 2 dengan Kecepatan Karena data yang didapat hanya pada kendaraan dengan bahan bakar solar, maka data yang dapat dianalisis hanya ada tiga buah. Dari perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada mobil 4 sampai dengan mobil 6, maka didapat hasil berupa grafik yang menggambarkan hubungan antara kecepatan kendaraan dengan konsentrasi SO 2 yang diperlihatkan pada gambar 19 sampai dengan gambar 21. konsentrasi SO2 (ug/m3) 4 3 2 y =,4877x 2,4514 R 2 =,9836 1 2 4 6 8 konsentrasi,528 2,51 7,5 11,99 33,248 kecepatan (km/jam) Gambar 19. Hubungan variasi kecepatan terhadap konsentrasi SO 2 pada mobil 4 12

Konsentrasi SO2 (ug/m3) 3 25 2 15 1 5 y = 6,3256x - 5,614 R 2 =,999 2 4 6 8 konsentrasi 1,194 6,916 15,493 19,388 26,586 kecepatan (km/jam) Gambar 2. Hubungan variasi kecepatan terhadap konsentrasi SO 2 pada mobil 5 Konsentrasi SO2 (ug/m3) 35 3 25 2 15 1 5 y =,161x 4,7326 R 2 =,9913 1 2 3 4 5 konsentrasi,13,532 3,527 13,752 22,117 Kecepatan (km/jam) Gambar 21. Hubungan variasi kecepatan terhadap konsentrasi SO 2 pada mobil 6 Hasil pengukuran konsentrasi SO 2 pada ketiga mobil yang berbahan bakar solar dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 22 berikut : Tabel 5. Hasil Pengukuran Konsentrasi SO 2 Ketiga Mobil Kecepatan Kons. SO 2 (μg/m 3 ) (km/jam) mobil 4 mobil 5 Mobil 6,528 1,194,13 2 2,51 6,916,532 4 7,5 15,493 3,527 6 11,99 19,388 13,752 8 33,248 26,586 22,117 13

Konsentrasi SO2 (ug/m3) 35 3 25 2 15 1 5 2 4 6 8 mobil 1 mobil 2 mobil 3 Kecepatan (km/jam) Gambar 22. Hubungan variasi kecepatan terhadap konsentrasi pada ketiga mobil. Pada kecepatan, 2, 4 dan 6 km/jam konsentrasi yang tertinggi antara ketiga mobil adalah mobil ke 5. Sedangkan pada kecepatan 8 km/jam mobil 4 menghasilkan konsentrasi tertinggi diantara 3 mobil lainnya. Mobil 6 sebagai mobil keluaran terbaru menghasilkan konsentrasi SO 2 yang paling rendah di tiap variasi kecepatan dibanding mobil lainnya. Hanya pada kecepatan 6 km/jam konsentrasi mobil 6 sedikit lebih tinggi dari pada mobil 4. Selain itu, seperti yang telah dibahas sebelumnya, konsentrasi SO 2 yang dihasilkan ketiga mobil memiliki hubungan linear dengan variasi kecepatan kendaraan. Hubungan linear yang didapat adalah sebanding, dimana semakin cepat kendaraan dijalankan maka konsentrasi SO 2 yang dihasilkan semakin besar. Terkait dengan perbedaan yang dimiliki oleh ketiga mobil, dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Perbedaan ketiga mobil sample Mobil 4 Mobil 5 Mobil 6 Tahun produksi 1991 2 22 Kapasitas silinder 2238 cc 25 cc 2477 cc Sistem BBM Karburator Karburator EFI Sumber: Data di lapangan Perbedaan yang dimiliki oleh ketiga mobil tersebut tentu saja mempengaruhi konsentrasi SO 2 yang dihasilkannya. Tahun produksi mobil yang berbeda akan berpengaruh besar. Idealnya, semakin tua umur mobil maka kualitas mesinnya juga akan menurun. Begitu juga dengan gas buangan yang dihasilkannya, akan semakin besar. Akan tetapi hasil yang didapat tidak menunjukkan demikian. Mobil 4 dengan tahun produksi yang lebih lama, menghasilkan gas buangan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan mobil 5 dengan tahun produksi yang lebih tinggi. Mobil 4 menghasilkan konsentrasi yang lebih rendah untuk empat variasi kecepatan, yaitu:, 2, 4 dan 6 km/jam. Hanya pada kecepatan 8 km/jam, konsentrasi yang dihasilkan mobil 4 lebih tinggi daripada mobil 5. Sedangkan jika dibandingkan dengan mobil 6 yang merupakan mobil keluaran terbaru, mobil 4 menghasillkan konsentrasi yang lebih rendah pada kecepatan 6 km/jam. Jadi dari hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa tahun produksi kendaraan tidak mempengaruhi konsentrasi gas buangan yang dihasilkannya. 14

Selanjutnya perbedaan kapasitas silinder mempengaruhi konsentrasi emisi gas buangnya. Hal ini dapat dibandingkan pada mobil 4 dan mobil 5 yang memiliki sistem BBM yang sama, tapi berbeda kapasitas silindernya. Mesin kendaraan dengan kapasitas silinder lebih besar akan mengeluarkan zat pencemar yang lebih besar. Ini terbukti pada mobil 5 yang memiliki kapasitas silinder lebih besar menghasilkan emisi gas buang SO 2 yang lebih besar. Dikaitkan dengan sistem BBM yang dimiliki oleh ketiga mobil, dapat disimpulkan bahwa kendaraan dengan sistem BBM EFI (Electronic Fuel Injection) terbukti lebih baik daripada kendaraan yang menggunakan karburator. Mobil 6 sebagai kendaraan dengan sistem BBM EFI menghasilkan gas buang yang lebih baik daripada dua mobil lain yang memakai sistem BBM karburator. Hal ini disebabkan oleh kelemahan pencampuran bahan bakar dengan udara yang diproses oleh karburator. Yaitu rendahnya akurasi campuran dalam karburator mempengaruhi rasio campurannya (A/F ratio). Sementara pada mesin kendaraan dengan sistem BBM EFI akan bekerja secara computerized dalam mengatur campuran bahan bakar dengan udara atas informasi dari beberapa sensor, mengatur saat pembakaran (ignition timing) dan tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit)(gunawan, 24). Tambahan lagi untuk kendaraan dengan sistem BBM EFI, begitu mesin membutuhkan bahan bakar, maka solar bertekanan tinggi langsung diinjeksikan ke ruangan pembakaran. Hasilnya proses pembakaran menjadi jauh lebih cepat dan sempurna. Suhu pembakaran yang lebih tinggi pun ternyata dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk memanaskan catalytic converter. Hasilnya adalah pembakaran yang lebih ramah lingkungan (www.pikiranrakyat.com, 24). Selain itu, perawatan mesin kendaraan juga memegang peranan penting. Mobil 1 yang kondisinya lebih terawat, lebih baik daripada mobil 2 yang memiliki tahun produksi yang lebih tinggi. Apalagi kedua mobil ini memakai sistem BBM karburator. Karburator yang tidak terawat, tidak dapat mencampur bahan bakar dengan udara dengan baik, sehingga pembakaran yang terjadi tidak sempurna. Kondisi lalu lintas juga mempengaruhi emisi SO 2 yang dihasilkan kendaraan. Ketika kendaraan melakukan rem mendadak karena padatnya lalu lintas, konsentrasi SO 2 yang dihasilkan akan lebih kecil. Karena ketika kendaraan melakukan rem mendadak, maka kecepatan akan berkurang, sehingga kerja mesin juga berkurang. Saat itulah pembakaran bahan bakar dalam mesin berkurang yang mengakibatkan emisi gas buang SO 2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar juga berkurang. Sedangkan ketika kendaraan dijalankan pada jalan yang menanjak, konsentrasi SO 2 akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena ketika kendaraan berjalan di jalan yang menanjak, mesin kendaraan akan bekerja lebih dipaksakan dari yang seharusnya. Sehingga menyebabkan pembakaran bahan bakar dalam mesin juga akan semakin lebih besar, maka emisi gas buang SO 2 akan lebih besar. 15

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengaruh variasi kecepatan kendaraan terhadap emisi gas CO yang dilepaskan secara umum adalah, semakin cepat laju kendaraan, maka gas CO yang diemisikan akan semakin besar. 2. Menyangkut masalah jenis bahan bakar, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kendaraan bensin umumnya akan mengeluarkan emisi CO lebih tinggi dibandingkan kendaraan solar. 3. Kecepatan kendaraan mempengaruhi emisi gas NO 2 yang dihasilkan. Apabila kecepatan kendaraan meningkat maka konsentrasi gas NO 2 juga akan meningkat; 4. Kendaraan pada kondisi idle ( km/jam) telah menghasilkan gas NO 2 dengan konsentrasi yang rendah; 5. Perubahan konsentrasi NO 2 saat mobil dalam kondisi idle kekecepatan lambat tidak begitu signifikan; 6. Perubahan konsentrasi NO 2 yang signifikan terjadi saat mobil bergerak dari kecepatan sedang kekecepatan tinggi; 7. Pada kendaraan berbahan berbahan bakar bensin, perubahan konsentrasi gas NO 2 meningkat signifikan saat kendaraan mulai melaju dengan kecepatan sedang (4-6 km/jam); 8. Kendaraan berbahan bakar solar telah menghasilkan konsentrasi gas NO 2 yang relatif tinggi saat kondisi idle, namun kenaikannya terhadap variasi kecepatan kendaraan tidak begitu signifikan; 9. Konsentrasi NO 2 yang dihasilkan dapat juga dipengaruhi oleh usia kendaraan, perawatan mesin, kelancaran lalu lintas, cara mengemudi, dan perbedaan penggunaan bahan bakar; 1. Uji emisi gas NO 2 dari kendaraan bermotor (mobil) dapat dilakukan dengan menggunakan impinger. 11. Bahan bakar solar menghasilkan emisi gas buang SO 2 yang lebih besar daripada bahan bakar premium/bensin. 12. Kecepatan kendaraan mempengaruhi emisi gas buang SO 2 yang dihasilkannya, dimana semakin cepat kecepatan kendaraan maka semakin besar emisi gas buang SO 2 yang dihasilkannya. 13. Tahun produksi kendaraan yang lebih tinggi tidak menjamin apakah emisi yang dihasilkan akan lebih baik. 14. Perbedaan kapasitas silinder mempengaruhi emisi gas buang SO 2 yang dihasilkan. Mesin kendaraan dengan kapasitas silinder lebih besar menghasilkan emisi yang lebih besar. 15. Sistem BBM EFI (Electronic Fuel Injection) menghasilkan emisi yang lebih baik daripada sistem BBM karburator. 16. Perawatan yang dilakukan terhadap mesin kendaraan berpengaruh terhadap emisi yang dihasilkan. Semakin baik perawatan maka semakin sedikit emisi yang dihasilkan. 16

Saran Setelah melakukan penelitian ini, ada beberapa hal yang disarankan yaitu : 1. Walaupun uji emisi gas dapat dilakukan dengan menggunakan alat impinger, namun dalam penggunaannya alat ini kurang efektif. Karena alat ini memiliki keterbatasan untuk pengukuran dengan berbagai kondisi di jalan raya. Selain itu alat ini cukup rentan sehingga sangat riskan akan rusak bila digunakan di atas kendaraan yang melaju kencang. Sebaiknya digunakan alat dengan teknologi lebih canggih yang lebih efektif dan aman untuk melakukan pengukuran emisi gas buang kendaraan. Seperti alat Testo 325-I atau alat gas analyzer. 2. Sebaiknya digunakan alat spektrofotometer dengan ketelitian yang lebih tinggi, agar dapat membaca nilai konsentrasi yang sangat rendah sekalipun; 3. Untuk kendaraan diesel yang biasanya memakai bahan bakar solar, sebaiknya menggunakan bahan bakar alternatif lainnya yang lebih ramah lingkungan seperti biodiesel. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengukur tekanan knalpot dengan alat yang memungkinkan. 5. Sebaiknya lakukan kegiatan uji coba sebelum melakukan kegiatan pengambilan data untuk menghindari dan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi pada saat kegiatan pengambilan sampel; 6. Alat-alat yang digunakan sebaiknya dari bahan yang tahan panas karena uji emisi biasanya identik dengan suhu yang tinggi. Dalam pengukuran suhu, sebaiknya menggunakan termokopel dengan probe berbentuk kabel untuk menghindari kerusakan alat akibat suhu yang tinggi; DAFTAR PUSTAKA Anonim, 23, "Dampak Polusi Asap Kendaraan Bagi Kesehatan" www.suaramerdeka.com Bachtiar, 23, "Modeling of Air Quality in Padang City" HEDS-JICA, SDPF-23. Bachtiar, 22, "Comparison of Air Quality Dispersion Models for Air Quality Management" MSc. Thesis, Univ. of Salford Cooper, David dan Alley. 1994. Air Pollution Engineering, A Design Approach. Second Edition. Waveland Press, Inc. Defrinaldo, 23, "Analisis Korelasi Sumber Pencemar Kendaraan Bermotor terhadap Hasil Pemantauan Parameter NO2 dan SO2 Stasiun Pemantau Kualitas Udara Sukajadi di Kota Pekan Baru Tugas Akhir, Universitas Andalas. Fardiaz, Srikandi, 1992, "Polusi Air dan Udara", ITB, Bandung. Gunawan, T. 24. Uji Emisi Bisa Mendeteksi Kerusakan Mobil. http://www.kompas.com 17

http://id.pikiranrakyat.com/otokirplus/mesin_diesel_merambah_dunia, 24. Intisari, 1998. Merenda Birunya Langit Kota. Morlok, K Edward, 1991, "Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi" Erlangga, jakarta,. Nevers, Noel de. 1995. Air Pollution Control Engineering. University of Utah. McGraw- Hill,Inc. Oktriviyondra, T., 24, "Analisis Pencemaran Karbon Monoksida (CO) Kota Padang Akibat Emisi Kendaraan Bermotor dengan Program Caline4 Tugas Akhir, Universitas Andalas. Republika, 1 Februari 26. Uji Emisi Mulai Sabtu Ini, halaman 6. Soedomo, et al. 1992, "Pencemaran Udara" ITB. 18