Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

dokumen-dokumen yang mirip
III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

Perselisihan Hubungan Industrial

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

Kasus Drydocks, Batam

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

BAB III PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beragam seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja, dan lain-lain.

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

Prinsip Dasar PPHI dan Macam-Macam Perselisihan. Disusun oleh : M. Fandrian Hadistianto

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Labor and Industrial Relations

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB II PENGATURAN HUKUM KETENAGAKERJAAN TERHADAP HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

HUKUM KETENAGAKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

copyright by Elok Hikmawati 1

- 1 - LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

I. PENDAHULUAN. pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PENGANTAR Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi pembahasan manusia sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama dan diantara mereka saling berinteraksi. Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain. Ada faktor yang dimiliki bersama sebagai pengikat sehingga hubungan antar mereka menjadi erat, seperyti suku, agama, nasib dan sebagainya Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Bersistem dan berproses.

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok. Kelompok tersebut dapat berbentuk kelompok formal maupun kelompok informal. Kelompok informal dalam perusahaan akan memberikan status, perhatian, bantuan, dsb Kelompok formal (Serikat Pekerja) bermanfaat dalam tujuan untuk berhubungan dengan pihak perusahaan/ pemilik yang menyangkut hubungan kerja maupun kondisi kerja.

HUBUNGAN KERJA Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. PERJANJIAN KERJA Konkrit HUBUNGAN KERJA Abstrak

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak Syarat sahnya perjanjian kerja, yakni : 1. adanya kesepakatan antara para pihak (tidak ada paksaan, penyesatan/kekhilafan atau penipuan): 2. pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum (cakap usia dan tidak dibawah perwalian); 3. ada (obyek) pekerjaan yang diperjanjikan; dan 4. (causa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 52 ayat (1) UUK).

BATASAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Adalah sistem hubungan yang dinamis antara pelaku proses produksi yang terdiri dari unsur pengusaha, buruh, dan pemerintah Bersifat dinamis, dalam arti bahwa bentuk, sifat dan mekanisme hubungan industrial dipengaruhi oleh lingkungannya sebagai supra sistem, dan sistem yang lain spt; sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum dsb baik yang berdimensi lokal, nasional, maupun internasional

HIP Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/ buruh dan pemerintah yang didasarkan pada nilainilai Pancasila dan UUD RI Tahun 1945

HIP =HUBUNGAN KEMITRAAN Mitra dalam proses produksi yang berarti pekerja dan pengusaha bekerja sama sebaik-baiknya dalam mencapai target produksi yang telah ditentukan; Mitra dalam menikmati hasil perusahaan yang berarti pekerja dapat ikut menikmati hasil perusahaan berupa peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dan pengusaha dapat lebih mengembangkan usahanya; Mitra dalam tanggung jawab yang berarti pekerja dan pengusaha bersama-sama bertanggung jawab tidak hanya untuk kemajuan perusahaan, tetapi juga kepada pekerja dan keluarganya, masyarakat dan lingkungan, nusa dan bangsa, serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa,

FUNGSI PELAKU HI Pemerintah Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan dan melakukan penindakan terhadap peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan Pekerja/Serikat Pekerja Menjalankan pekerjaan sesuai kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahlian serta ikut memajukan perusahaan dan Memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Pengusaha dan Organisasi Pengusaha Menciptakan kemitraan, menghembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, berkedadilan dan demokratis.

HUBUNGAN INDUSTRIAL SARANA HI Serikat Pekerja/ Buruh Lembaga Kerjasama Bipartit Organisasi Pengusaha Lembaga Kerjasama Tripartit Peraturan Perusahaan Per-UU Ketenagakerjaan Perjanian Kerja Bersama Lembaga PPHI TUJUAN HI Kelancaran Proses Produksi Menghindari Keputusan Sepihak Mencipyakan Ketenangan berusaha Meningkatkan Kesejahteraan Buruh

Serikat Pekerja/Buruh Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh Serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB) dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh. SP/SB, federasi dan konfederasi SP/SB bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.

ORGANISASI PENGUSAHA Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menciptakan kemitraan, menghembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, berkeadilan dan demokratis.

LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT Wajib dibentuk di setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 orang/lebih Lembaga kerja sama bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. Keanggotaan terdiri dari unsur pengusaha dan unsur perwakilan pekerja. Anggota Bipartit ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan keahlian. Hasil kerja Lembaga Bipartit menjadi masukan bagi semua pihak dalam usaha untuk menciptakan ketenangan kerja, ketenangan usaha, produktivitas kerja dan peningkatan kesejahteraan

L K TRIPARTIT Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. Terdapat di tingkat nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota Keanggotaan terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha dan Serikat Pekerja.

PERATURAN PERUSAHAAN Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh. Pengusaha mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 orang, wajib membuat peraturan perusahaan dengan memperhatikan saran wakil pekerja Memuat sekurang-kurangnya: Hak dan kewajiban pengusaha Hak dan kewajiban pekerja Syarat kerja Tata tertib perusahaan Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan Kewajiban membuat peraturan perusahaan tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PKB dibuat oleh satu/beberapa Serikat Pekerja dengan pengusaha secara musyawarah PKB memuat sekurang-kurangnya; Hak dan kewajiban pengusaha Hak dan kewajiban pekerja serta Serikat Pekerja Syarat kerja Tata tertib perusahaan Jangka waktu berlakunya PKB Tanda tangan pihak pembuat PKB

ISU-ISU DALAM PKB ISU NORMATIF Upah Minimum Cuti PHK Jamsostek Kerja kontrak Perjanjian kerja ISU NON NORMATIF kenaikan gaji/bonus, tunjangan makan, pembayaran insentif tunjangan transportasi Uang kehadiran Katering

Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka para pihak wajib menyelesaikan melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004

UU NO 2 TAHUN 2004 undang-undang ini mengatur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang disebabkan oleh: Perbedaan pendapat atau kepentingan keadaan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau peraturan perundang-undangan; Kelalaian atau ketidakpatuhan salah satu atau para pihak dalam melaksanakan ketentuan normatif yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau peraturan perundang-undangan; Pengakhiran hubungan kerja; Perbedaan pendapat antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

POKOK-POKOK DALAM UU NO 2 TH 2004 pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang terjadi baik di perusahaan swasta maupun perusahaan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara. pihak yang berperkara adalah pekerja/buruh secara perorangan maupun organisasi serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau organisasi pengusaha. Pihak yang berperkara dapat juga terjadi antara serikat Pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain dalam satu perusahaan. setiap perselisihan hubungan industrial pada awalnya diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh para pihak yang berselisih (bipartit). dalam hal perundingan oleh para pihak yang berselisih (bipartit) gagal, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan persel isihannya pada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat.

Penyelesaian perselisihan yang sudah dicatat di instansi yg bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, dpt diselesaikan melalui konsiliasi atau arbitrase, sebelum diajukan ke pengadialan HI dapat dilakukan mediasi dalam hal mediasi atau konsiliasi tidak mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian bersama, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial. penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui arbitrase dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan tidak dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial karena putusan arbitrase bersifat akhir dan tetap, kecuali dalam hal -hal tertentu dapat diajukan pembatalan ke Mahkamah Agung.

Jenis Perselisihan Hubungan Industrial a. Perselisihan hak; b. Perselisihan kepentingan; c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja; d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

PENYELESAIANNYA (BIPARTIT / MEDIASI) Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat Mediasi Hubungan Industrial adalah perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.

KONSILIASI Konsiliasi Hubungan Industrial adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral, dengan memberikan anjuran tertulis kpd pihak yang berselisih.

ARBITRASE Arbitrase Hubungan Industrial adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

PERATURAN PER UU AN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3989); Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang RI, Nomor 2 Tahun 2004, Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial