Runtuhnya Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pancasila. Dosen Pengampu DR. Abidarin Rosyidi, Mma.

dokumen-dokumen yang mirip
MAKNA SESUNGGUHNYA DI BALIK SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

PANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

PANCASILA DAN HAM. Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA

PANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

Y O G Y A K A R T A. : Amri Arifin Hidayat NPM : Kelompok : F Program Studi : Strata 1 Jurusan : Teknik Informatika

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

Makalah Pendidikan Pancasila

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

PENGAMALAN PANCASILA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

Presiden Seumur Hidup

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

PENDIDIKAN PANCASILA

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

BAHAN TAYANG MODUL 9

PENGAMALAN SILA KE LIMA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PANCASILA PANDU JOKO PRASETYO KELOMPOK F S1 TEKNIK INFORMATIKA. DOSEN : Dr. ABIDARIN ROSYIDI, MMa.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Pancasila era Orde Lama reformasi

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA MODEL PEMBELAJARAN DAN PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DIKALANGAN MAHASISWA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA PRODI: ILMU KOMUNIKASI FISIP UNIVERSITAS MALIKUSSALEH Semester: Genap 2010/2011 Pertemuan 9

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Pancasila Terpandang Secara Yuridis

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

Sosialisme Indonesia

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

Ujian Akhir Sekolah Tahun 2005 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP RAKYAT DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

BAB IV TANTANGAN DAN RESPON UMAT ISLAM TERHADAP ALIRAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA DI DESA BALONGDOWO

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MORAL SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM ETIKA PROFESI GURU DI SMP NEGERI 2 BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat!

Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

Transkripsi:

Runtuhnya Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pancasila Dosen Pengampu DR. Abidarin Rosyidi, Mma. Disusun oleh: Taufiq Hidayat 11-11-5357 PRODI TEKNIK INFORMATIKA S1 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA S1 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

1. Latar Belakang Pada jaman modern saat ini,globalisasi mengambil peran penting dalam berbagai hal dalam hidup kita. Mulai dari cara bersikap, perilaku, gaya berbicara, berpakaian sampai dalam hal pergaulan. Termasuk dalam hal sikap bernegara dan bermasyarakat. Pancasila khususnya sila ke 1 sebagai substansi negara Indonesia,dasar negara ini semestinya menjadi acuan dalam pelaksanaan bernegara dan bermasyarakat,namun dalam kenyataannya telah terjadi lunturnya penghayatan masyarakat terhadap sila Ketuhanan yang Maha Esa itu sendiri. Pengaruh dari Globalisasi sangat berperan penting dalam kaitannya terhadap melunturnya penghayatan masyarakat terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa,contohnya sikap arogan terhadap pemimpin masyarakat,berkurangnya sikap saling tolong menolong didalam masyarakat,berkurangnya rasa persaudaraan antar kelompok masyarakat. Dimana hal-hal tersebut sebagai bukti/dampak dari pengaruh globalisasi termasuk menurunnya pengamalan nilainilai luhur pancasila dalam masyarakat kita. 2. Rumusan Masalah Dapatkah pelaksanaan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila khususnya sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat membantu mengurangi penyimpanganpenyimpangan sikap atau perilaku masyarakat ataupun kelompok masyarakat.

3. Pendekatan Historis: Dasar pemikiran kenapa Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari Pancasila dikarenakan pencetus ide Pancasila Bung Karno mempunyai keyakinan bahwa masyarakat bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, mayoritas bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan satu dan lain cara menghayati kehidupan beragama sejak dia masih lahir sampai dewasa yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka. Bahkan sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia sudah beragama secara traditional yang sudah mengenal Tuhan Yang Maha Esa walaupun dengan sebutan yang beraneka ragam. Kemudian kedatangan Islam dan Kristen makin membuat keanekaan ragaman agama bangsa Indonesia. Pada umumnya bangsa Indonesia menerima kedatangan agama-agama dengan damai baik itu Hindu, Budha, Islam dan Kristen bahkan budaya yang dikembangkan cenderung budaya sinkretis yang merupakan perpaduaan budaya local yang berumur sangat tua berbaur dengan budaya yang dibawa oleh pengaruh agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Oleh karena itu berkembang adanya aliran kepercayaan yang sebetulnya berasal dari kepercayaan lama sebelum kedatangan agama besar Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Sebagai contoh ketika penulis masih kecil pernah diajarkan oleh almarhumah ibu saya tentang doa-doa yang sepenuhnya dalam bahasa Jawa (bukan terjemahan doa-doa dari agama yang ada kemudian Hindu, Budha, Islam atau Kristen), seperti doa mau tidur, doa mau pergi, doa mau makan dsb. Tuhan disebut sebagai Gusti Pangeran kemudian dengan pengaruh Islam menjadi Gusti Allah. Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari Pancasila

adalah disarikan dari hakekat kehidupan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke bahwa bangsa Indonesia pada hakekatnya adalah bangsa yang religius apapun agamanya, apapun kepercayaannya semua mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah realitas dalam kehidupan bermasyarakat dengan keragaman agama dan kepercayaan tapi masih tetap bisa hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati satu sama lain, bahkan bisa berhasil secara bersamasama mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. PEMBAHASAN Kembali ke pertanyaan awal apakah Ketuhanan Yang Maha Esa masih menjadi kerangka berpikir dan bertindak bangsa Indonesia dalam menghadapi keragaman beragama di Indonesia (dalam kata lain apakah masih percaya pada dasar negara Pancasila dengan sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa). Kecenderungan adanya teror dan kekerasan dengan motif berlatar belakang agama, tentu kita juga bertanya-tanya apakah para pelaku tidak pernah membaca Pancasila atau apakah mereka memang dengan sengaja tidak mengakui keberadaan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia? Berarti pula refleksi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai kerangka berpikir dan bertindak dalam menyikapi dalam perbedaan keragaman beragama dan kepercayaan yang dari awal kemerdekaan Indonesia memang sudah ada tidak pernah terlintas dalam kerangka dan bertindak mereka. Jadi apa sebetulnya motif pelaku teror dan kekerasan dengan latar belakang agama? Memang secara umum Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila mengalami berbagai tantangan dan kemerosotan penghayatan dikarenakan oleh: 1. Pengaruh budaya barat: A. Berkembangnya paham atheisme atau tidak percaya akan adanya Tuhan. Biasanya seseorang tidak percaya adanya Tuhan berdasarkan pengalaman hidup seseorang yang sangat kecewa dengan kehidupan ini. Mungkin kecewa akan kegagalan dirinya sendiri ataupun kecewa dengan keadaan sekitarnya, keadaan masyarakat pada umumnya. Menurut logika mereka kalau Tuhan itu ada hal-hal yang membuat mereka kecewa itu tidak akan terjadi. Hal lain yang menyebabkan adanya paham atheisme adalah kemajuan ilmu fisika dan revolusi industri di Eropa dari tahun 1800 yang

rationalisme sangat mencuat dan manusia terlalu yakin bahwa tidak ada sesuatu yang tidak bisa dipikirkan, apa yang diluar penalaran tidak ada. Tuhan dianggap sesuatu yang diluar penalaran. Tapi paham atheisme ini pengaruhnya tidak terlalu besar di Indonesia untuk bisa melakukan perubahan terhadap Pancasila. B. Berkembangnya paham pragmatisme yang bisa jadi berbahaya kalau orientasi seseorang menjadi kepada kebendaan semata karena harta benda (uang) yang paling berguna untuk menunjang kehidupan yang bisa menimbulkan kemunduran kehidupan spirituil keagamaan seseorang. Ini bisa menjadikan seseorang bertuhankan harta benda (uang) dan menghalalkan segala cara untuk mencari harta benda (uang) yang menimbulkan meluasnya tingkah laku korupsi di Indonesia. Paham ini juga sangat berbahaya apabila para pragmatis menganggap keberadaan Pancasila tidak ada gunanya jadi tidak perlu dipedulikan. Paham pragmatisme ini mula mencuat pada awal orde baru ketika pengaruh model perekonomian Amerika atau kapitalisme mulai merebak di Indonesia. 1. Pengaruh radikalisme agama: radikalisme agama berasal dari pemahamam tentang kebenaran agama dan kepercayaan masing-masing, sesuatu yang mereka pahami sebagai kebenaran yang bersifat mutlak sehingga apapun diluar jalur pemikiran mereka dianggap sebagai suatu tantangan yang harus diperangi. Jelas radikalisme agama adalah sangat berbahaya bagi kehidupan ber-pancasila, karena kalau Pancasila ini bertentangan dengan kerangka berpikir mereka harus ditentang dan diperangi. Sedangkan Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan ruang kepada keragaman beragama menurut kepercayaan masing-masing tanpa harus melakukan intervensi kepada agama dan kepercayaan lain yang tercantum di UUD 45 pasal 29 ayat 2. Apakah kondisi masyarakat Indonesia sudah membahayakan keberadaan Pancasila melihat keadaan tersebut diatas? Menurut pendapat penulis sebetulnya

tidak ada yang perlu dikhawatirkan bahwa ada pihak-pihak yang akan merubah konsep Ketuhanan Yang Maha Esa secara formal juridis dikarenakan: 1. Memang masyarakat Indonesia dari dulu sudah mempratekkan toleransi beragama dengan baik. Kecenderungan budaya sinkretik yang bisa menerima agama dan budaya apa saja menyebabkan secara umum bangsa Indonesa adalah berjiwa moderat. Sesuatu yang bersifat radikal atau ekstrem dengan sendirinya akan mendapatkan perlawanan mayoritas masyarakat. Kekuatan ekstrem selalu tersingkir dalam kehidupan bangsa seperti kekuatan komunis, DI/TII, dan militer pada masa orde baru. 2. Pergantian haluan Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa harus melalui proses amandemen UUD 45 yang harus disetujui mayoritas anggota MPR yang terdiri dari DPR dan DPD dan ini bukan proses yang mudah. Kalaupun kelihatannya ada peningkatan aktifitas Islam radikal akhir-akhir ini, menurut pendapat penulis disebabkan oleh: 1. Meningkatkan suhu politik menjelang pemilu 2009, kalangan Islam radikal yang mecoba melakukan test case, seberapa dukungan yang mereka dapat dari berbagai kalangan maupun partai politik yang mana saja yang kira-kira cenderung pada gerakan Islam radikal. 2. Setiap menjelang Pemilu, issue gender, agama, Pancasila, negara Islam vs Negara Sekuler selalu dihembuskan oleh partai politik tertentu untuk mendapatan dukungan dari berbagai kalangan. Peningkatan aktifitas kekerasan dari para pengikut Islam radikal sebetulnya malahan merugikan mereka dalam proses demokrasi dan Pemilu 2009. Kalau sifat kekerasan dan tidak menghargai hukum ini berlanjut, rakyat akan berpikir dua kali untuk mendukung atau memilih partai-partai politik berhaluan keras yang tanpa terasa mereka sudah mencuat kepermukaan, maksudnya untuk mendapatkan dukungan lebih luas tapi akibatnya malahan terbalik yang akan menimbulkan

antipati dari masyarakat pada umumnya yang akan bisa menyurutkan penghasilan suara kalangan partai politik Islam yang dianggap masyarakat luas berhaluan keras. Karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah massa mengambang yang bersifat moderat dan bukan aktivis partai. Sebetulnya pemerintah tidak sulit untuk mengendalikan Islam radikal yaitu dengan: 1. Konsistensi dalam penerapan hukum terhadap pelaku kekerasan dan premanime. Apabila setiap kekerasan yang dilakukan dihukum setimpal dengan perbuatannya lama-lama mereka akan kapok melakukan kekerasan. Setiap pembiaran hanya akan merugikan pemerintah sendiri yang bisa memperluas gerakan Islam radikal yang sama saja pemerintah membiarkan mereka menyusun kekuatan untuk mendirikan negara Islam. Sudah bisa dipastikan muara dari gerakan Islam radikal adalah untuk mendirikan Negara Islam yang tidak sesuai dengan semangat Pancasila. 2.. Pemerintah bisa melakukan operasi intelejen untuk melakukan mapping pesantren atau organisasi radikal Islam maupun partai-partai politik pendukungnya sehingga gerakan mereka bisa diawasi agar tidak meluas menjadi gerakan yang bersifat makar. Kenapa sampai sekarang Polri tidak berhasil menangkap Noordin M. Top, karena banyak pesantren-pesantren kecil yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga diluar Jawa yang dengan sukarela memberikan perlindungan kepadanya karena punya haluan yang sama yaitu haluan Islam radikal. Ini adalah kegagalan intelejen melakukan mapping kekuatan pendukung Islam radikal. Hal yang sama terjadi ketika Polri tidak berhasil menemukan Munarman Panglima Laskar Islam FPI ketika menghilang waktu mau ditangkap. 3. Pemerintah harus konsisten dan taat kepada UUD 45 yang berkaitan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa dan kebebasan masyarakat

menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing tanpa harus melakukan intervensi dalam koridor ini. Bisa disimpulkan bahwa mayoritas bangsa Indonesia menurut pendapat penulis masih berhaluan moderat yang Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan pegangan yang memang sudah hidup lama dikalangan masyarakat Indonesia dalam menyikapi keragaman dalam beragama dan berkepercayaan. Memang ada akses pengaruh budaya Barat maupun Islam radikal dengan adanya globalisasi, tapi pengaruh ini tidak akan mudah menghilangkan begitu saja sifat dasar bangsa Indonesia yang cenderung sinkretik dan moderat yang sikap ekstrem tidak terlalu mendapat tempat dan akan tetap memakai Pancasila sebagai kerangka dasar bernegara dan berbangsa. Justru yang berbahaya adalah berkembangnya paham pragmatisme dalam masyarakat yang sudah mentuhankan harta benda (uang) yang secara praktis memang paling berguna untuk menunjang kehidupan. Jadi pemahaman Ketuhanan Yang Maha Esa atau beragama dalam bentuk ketaatan dengan etika dan moral yang baik tidak tercermin dalam tingkah laku sehari-hari yang mayoritas bangsa Indonesia begitu mudahnya melakukan perilaku korupsi yang merugikan mayoritas masyarakat lainnya terutama lapisan bawah sehingga bangsa Indonesia sulit untuk menghilangkan sesama bangsa Indonesia lainnya yang berada dalam kehidupan dibawah garis kemiskinan. Jadi agama dijalankan secara formal ceremonial tanpa terkait dengan hakekat pendalaman agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa dengan berperilaku terpuji dengan etika dan moral yang baik, penuh kasih sayang kepada sesamanya, dan tidak merugikan siapapun juga. Bentuk kemerosotan penghayatan Ketuhanan Yang Maha Esa seperti saya sebutkan diatas yang sedang melanda bangsa Indonesia, baik pemerintahnya maupun rakyatnya saat ini, sehingga sepertinya Pancasila memang secara formal juridis tetap sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi dalam realitas sehari-hari mayoritas bangsa Indonesia dalam menghayati pelaksanaan

Ketuhanan Maha Esa atau berperilaku beragama baru sebatas formal ceremonial tanpa harus mentaati etika dan moral yang diajarkan oleh agama-agama.

5. KESIMPULAN Penyebab dari lunturnya penghayatan masyarakat terhadap sila ke 1 pancasila adalah karena adanya masyarakat yang memiliki pandangan sendiri terhadap nilai ajaran agamanya. Serta adanya suatu kelompok yang menginkan suatu gagasan/pandangan dari kelompok itu sendiri. Jadi pemerintah Indonesia harus mengambil jalan keluar dari adanya pandangan-pandangan dari sekelompok/masayarakat yang menginkan suatu gagasan baru itu dengan car memusyawarahkan secara nasional apa yang perlu dirubah dari butir-butir atau inti dari sila ke 1 pancasila yaitu Ketuhan Yang Maha Esa.

6. REFERENSI http://www.facebook.com/group.php?gid=109896751414&v=app_2373072738