BAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

I. PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia

Oleh Dwi Budi Mulyono

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan nasional. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

MAKALAH. Oleh ETI SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1995:294) bahwa dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Hal ini juga diungkapkan oleh Tarigan (1984:8) bahwa menulis menuntut gagasan yang tersusun logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik sehingga menulis merupakan kegiatan yang cukup kompleks. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam kehidupan. Dengan menguasai keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan, pikiran/perasaan yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menguasai keterampilan menulis. Siswa beranggapan bahwa menulis merupakan kegiatan yang membutuhkan

2 banyak waktu, pemikiran, serta tingkat konsentrasi yang tinggi. Berdasarkan pengamatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Pasundan 2 Bandung banyak siswa beranggapan bahwa di antara empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis, keterampilan menulis dianggap paling sulit untuk dipahami dan dipraktikkan, serta paling tidak disukai. Hasil tersebut diperoleh dari hasil pengisian angket oleh siswa. Dari pengamatan penelitian yang dilakukan di kelas X SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan hasil bahwa 75,7% siswa menganggap pembelajaran menulis belum mereka pahami dengan maksimal. Sebanyak 58,5% siswa belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menulis di kelas. Persentase hasil angket menunjukkan bahwa pembelajaran menulis menjadi permasalahan utama pada siswa kelas X. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis merupakan materi yang paling sulit untuk diajarkan, karena para siswa cenderung sulit untuk memahami dan mempraktikkan, sehingga penguasaan siswa terhadap materi menulis pun dirasakan lemah. Permasalahan utama dalam pembelajaran menulis adalah siswa kurang mampu untuk menuangkan gagasan, pikiran/perasaan melalui kegiatan menulis. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi menulis paragraf argumentasi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas X semester II, salah satu standar kompetensi dari keterampilan menulis adalah mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun yang menjadi kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk

3 mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi. Pokok bahasan menulis paragraf argumentasi merupakan materi yang bertujuan agar siswa mampu menuliskan gagasan yang mendukung suatu pendapat. Gagasan, ide, dan informasi yang menjadi sumber penulisan paragraf argumentasi dapat diperoleh berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dijumpai sehari-hari dan permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan nyata. Namun kenyataannya materi menulis paragraf argumentasi belum tersampaikan secara maksimal. Hal itu terbukti dari rendahnya pemahaman siswa terhadap paragraf argumentasi itu sendiri, masih sulit untuk menjadikan permasalahan autentik sebagai sumber ide dalam menulis paragraf argumentasi. Kedua hal tersebut berdampak terhadap rendahnya kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis sehingga siswa pun sulit untuk menuangkan gagasan, ide, pikiran/perasaanya dalam sebuah paragraf argumentasi. Permasalahan menulis paragraf argumentasi oleh siswa pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Adie Sapar Sudrajat dalam skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi pada siswa kelas X-7 SMAN 22 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Nunung Kurnia yang dituangkan dalam skripsinya yang berjudul Pembelajaran Menulis Wacana Argumentasi dengan Menggunakan Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran

4 2008/2009. Indriana Mulyanti juga pernah melakukan penelitian mengenai pembelajaran menulis karangan argumentasi untuk skripsinya yang berjudul Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi dengan Menggunakan Model Generatif pada siswa kelas X SMAN 14 Bandung. Kurang menariknya pembelajaran menulis paragraf argumentasi menjadi hambatan utama yang banyak dikeluhkan siswa. Guru seringkali menyampaikan materi menulis paragraf argumentasi dengan gaya yang konvensional. Metode konvensional yang dipergunakan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi selama ini menyebabkan siswa terpaku mendengarkan teori dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat akademik (book oriented) tidak mengacu pada masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran menulis paragraf argumentasi menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini tampak pada rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi juga kurang memuaskan. Kurangnya kolaborasi antara siswa dan guru membuat terhambatnya proses komunikasi dalam pembelajaran, sehingga menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi kurang komunikatif. Dengan situasi pembelajaran yang seperti itu sulit bagi siswa untuk dapat mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru, karena guru lebih menekankan pemahaman terhadap aspek kognitif, ketimbang aspek psikomotorik. Ketidakseimbangan inilah yang menjadikan hasil

5 evaluasi pembelajaran dari keterampilan menulis paragraf argumentasi ini kurang memuaskan atau tidak dapat mencapai target nilai yang maksimal. Keluaran yang diharapkan dari pembelajaran menulis secara umum adalah menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis. Berpikir kritis di sini berarti siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan mengenai suatu permasalahan yang disajikan oleh guru, memberikan pandangannya terhadap suatu pendapat, serta dapat memberikan solusi-solusi, saran-saran terhadap permasalahan tersebut. Untuk dapat merealisasikan semua itu tentunya guru sebagai motivator dan inovator bagi siswa serta dunia pendidikan harusnya mampu menyajikan dan menawarkan suatu pembelajaran yang kreatif, baru, serta menarik, baik bagi siswa maupun bagi dunia pendidikan. Kesadaran para guru untuk dapat menerapkan pembelajaran yang kreatif dan menarik tampaknya masih kurang. Penggunaan metode belajar yang masih bersifat konvensional lebih banyak diminati dan diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keadaan seperti ini sangat merugikan siswa sebagai konsumen dalam dunia pendidikan, karena peran guru sangat dominan, siswa terkesan pasif. Untuk dapat memperbaiki semua itu, hendaknya para guru mulai menyadari, dan berbenah diri. Penerapan strategi pembelajaran yang tepat dan kreatif diharapkan dapat menjadi solusi bagi buruknya sistem intruksional dalam dunia pengajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Mujiono (Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, 2008:8) bahwa hakikat strategi pembelajaran adalah kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan

6 komponen pembentuk sistem intruksional, dimana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena sistem intruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dapat menghambat kemampuan berpikir kritis siswa yang dituangkan dalam bentuk pendapat dan gagasan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan adanya strategi pembelajaran yang dapat memecahkan permasalahan tersebut. Penyajian fenomena nyata, masalah autentik dan bermakna serta dirasakan dapat menantang siswa untuk berpikir kritis merupakan situasi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Model problem based learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dirasa tepat untuk diterapkan, karena PBL menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks belajar bagi siswa tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Dengan menerapkan model PBL diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dan menjadi pembelajar yang mandiri sehingga hasil belajar siswa meningkat. Di samping itu juga dapat membantu

7 siswa belajar keterampilan pemecahan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi nyata ( Ibrahim dan Nur dalam Astiti, 2007:3). Sebelumnya penerapan model PBL sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang, di antaranya oleh Fitri Yuni Astiti dalam skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Simpulan dari penelitian tersebut, yaitu Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 32 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 76,19% dengan nilai rata-rata kelasnya 76,36 dan pada siklus II banyaknya siswa yang tuntas adalah 35 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 88,1% dengan nilai rata-rata kelasnya 81,7 %. Aktivitas siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, dari 61,1% pada siklus pertama menjadi 72,2% pada siklus kedua. Hipotesis tindakan dan indikator kinerja telah tercapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Leny Nurdyaningsih dalam skripsinya yang berjudul Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Pembaca Siswa Kelas XI IPS SMAN 23 Kota Bandung Tahun 2007/2008, diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan adanya perkembangan kemampuan menulis siswa dalam menulis surat pembaca dengan menggunakan pendekatan PBL. Nilai rata-rata pada setiap siklusnya mengalami peningkatan, anatara lain kriteria nilai A pada siklus kedua 5%, pada siklus ketiga menjadi 17%. Kriteria nilai B pada siklus kedua 7%

8 menjadi 27% pada siklus ketiga. Kriteria nilai C pada siklus kedua 42% menjadi 12% pada siklus ketiga dan kriteria nilai D dari 12% pada siklus kedua menjadi 2% pada siklus ketiga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Suci dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Penerapan Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha, simpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pada siklus I penerapan model PBL dengan pendekatan kooperatif telah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pretes 56 menjadi 63 (nilai posttes pada akhir siklus I). Pada siklus II terjadi peningkatan tetapi belum optimal, yaitu rata-rata pretest 68 dan nilai posttest 72,04 (terjadi peningkatan 10,35%). Siklus ke III, terjadi peningkatan pada hasil belajar yang mengalami peningkatan cukup signifikan yakni rata-rata pretes 74,56 menjadi 82,04 (nilai posttest) terjadi peningkatan sekitar 11%. Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.3 Tahun. XXXXI Juli 2008 Hal.684-685, I Ketut Tika dan Ni Ketut Thantris melakukan penelitian mengenai Penerapan Problem Based Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa. Dalam hasil analisis data menunjukkan (1) terdapat peningkatan kompetensi kerja dari siklus I yang berkategori baik dengan nilai rata-rata 78,8 menjadi kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 87,5 pada siklus II; (2) keempat aspek kerja ilmiah, yaitu aspek kegiatan laboratorium, pembuatan paper, penyusunan laporan praktikum, dan aspek

9 penyajian tugas proyek meningkat secara signifikan dari siklus I ke siklus II; dan (3) kompetensi pemahaman konsep fisika kelas XI IPA 3 meningkat dari nilai rata-rata 71,2 pada siklus I menjadi 76,9 pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan PBL berorientasi penilaian kinerja dapat meningkatkan kompetensi kerja ilmiah maupun kompetensi pemahaman konsep Fisika pada siswa kelas XI IPA 3 SMAN 1 Singaraja. Ali Muhson dalam Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Implementasi PBL dalam Pembelajaran Kewirausahaan Vol. 2 No. 3, Mei 2005 Hal. 59-61, efek tindakan terhadap pemahaman mahasiswa pada siklus pertama nilai rata-rata mahasiswa mencapai 74,6 dan pada siklus kedua nilai rata-rata tersebut meningkat menjadi 78,4. Berdasarkan hasil pengakuan mahasiswa yang dijaring melalui angket, pada siklus pertama 57% mahasiswa mengaku bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap materi yang diajarkan, sedangkan pada siklus kedua persentase tersebut meningkat menjadi 62%. Ali Muhson dalam Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan PBL Vol.6 No.1, April 2009 Hal. 93, efek tindakan terhadap pemahaman mahasiswa pada siklus pertama yang masuk kategori tinggi hanya 16%. Pada siklus kedua angka tersebut meningkat menjadi 22%. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran pada siklus kedua sedikit lebih baik dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa. Riki Ferdian dan Ainun Na im dalam Simposium Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006, Pengaruh Problem Based Learning pada Pengetahuan Tentang

10 Kekeliruan dan Kecurangan (Errors and Irregularities), berdasarkan hasil analisis data, peneliti menyimpulkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan antara grup eksperimen dan grup kontrol mengenai jenis kekeliruan dan kecurangan yang dimiliki. Hal ini diluar ekspektasi yang menyatakan sebaliknya. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang metode PBL. Peneliti menduga hal ini dikarenakan tidak spesifiknya metode PBL digunakan untuk mengevaluasi jenis kekeliruan dan kecurangan yang bisa terjadi. Dalam pengaplikasian metode ini, mahasiswa mengevaluasi sistem pengendalian internal (SPI) secara umum yang salah satunya berusaha mengidentifikasi kekeliruan dan kecurangan yang bisa terjadi; (2) tidak terdapat perbedaan antara grup eksperimen dan grup kontrol mengenai ketelitian terhadap kekeliruan dan kecurangan yang dimiliki. Kalau dilihat dari umur, tingkat pendidikan dan pengetahuan, mahasiswa yang di uji mempunyai taraf yang sama. Jadi wajar saja mereka tidak mempunyai perbedaan dalam ketelitian. Dedek dalam jurnal abstrak hasil penelitian 2006 hal. 001, memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa PBL telah meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya aktivitas belajar dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah, memecahkan masalah, berdiskusi, kemampuan melakukan komunikasi ilmiah, dan menghargai pendapat orang lain. Skor rata-rata untuk siklus I adalah 64,65 dan siklus II adalah 69,03. Berdasarkan uraian di atas, peneliti beranggapan bahwa permasalahan yang timbul dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis paragraf argumentasi dapat

11 ditingkatkan dengan menerapkan model PBL. Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun 2010/2011 (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X-2 SMA Pasundan 2 Bandung Tahun 2010/2011). 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran menulis paragraf sering dianggap sebagai kegiatan yang sulit bahkan dijadikan suatu beban. 2) Siswa masih sulit menuangkan gagasannya dalam bentuk paragraf. 3) Siswa kurang memiliki motivasi untuk menulis paragraf. 4) Siswa belum mampu untuk berpikir kritis. 5) Siswa belum terampil menggunakan unsur kebahasaan (diksi, ejaan, kalimat efektif). 6) Siswa selalu diselimuti perasaan takut gagal dalam menulis sehingga mereka sulit untuk mengekspresikan segala bentuk gagasan ke dalam suatu tulisan. 7) Metode yang bersifat konvensional masih sering diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf.

12 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-2 SMA Pasundan 2 Bandung sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model problem based learning (PBL)? 2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-2 SMA Pasundan 2 Bandung sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model problem based learning (PBL)? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut. 1) Memaparkan kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-2 SMA Pasundan 2 Bandung sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model problem based learning (PBL). 2) Memaparkan perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X-2 SMA Pasundan 2 Bandung sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model problem based learning (PBL).

13 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat praktis dan manfaat akademis. Kedua manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Praktis a) Manfaat bagi peneliti, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan menulis, serta mampu menerapkan metode, model, dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. b) Manfaat bagi guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar mampu menarik minat siswa dan dapat menjadi masukkan untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang lebih bervariasi. c) Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya dalam menulis paragraf argumentasi. 2) Manfaat Akademis Manfaat bagi bidang keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya bidang pembelajaran menulis dan model pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

14 1.6 Definisi Operasional Adapun definisi operasional dalam penelitian yang berjudul Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi pada siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun 2010/2011, adalah: 1) Model Problem Based Learning (PBL) Model problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, dan memandirikan siswa serta meningkatkan kepercayaan diri sendiri 2) Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi Pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah suatu pembelajaran menulis paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan sehingga orang akan membenarkan pendapat, sikap, gagasan, dan keyakinan kita.