MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENETAPAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dipandang perlu untuk memberikan model pengelolaan yang lebih luas kepada Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah atas aset tanah yang dikuasainya/dimilikinya; b. bahwa tanah aset Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dalam perkembangannya sering terjadi permasalahan karena penguasaan oleh pihak lain yang mengakibatkan penguasaan dan penggunaan tanahnya tidak sesuai lagi dengan tujuan awal pemberian haknya; c. bahwa penguasaan masyarakat atas tanah aset Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dalam jangka waktu yang cukup lama perlu mendapatkan penyelesaian yang seadil-adilnya;
-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Penetapan Hak Pengelolaan Atas Tanah Aset Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3696); 4. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 18); 5. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21); 6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Periode 2014-2019; 7. Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 8. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; 9. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan;
-3- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PENETAPAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN BADAN USAHA MILIK DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Tanah Negara adalah tanah yang tidak dilekati dengan suatu hak atas tanah, bukan merupakan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat, bukan merupakan tanah wakaf dan/atau bukan merupakan Barang Milik Negara/Daerah/Desa atau BUMN/BUMD atau bukan tanah kawasan hutan/kawasan lindung lainnya. 2. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang sebagian kewenangannya dilimpahkan kepada pemegangnya. 3. Tanah Hak adalah tanah yang telah dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah. 4. Hak Atas Tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 5. Hak Milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat fungsi sosialnya. 6. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah.
-4-7. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri. 8. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau yang diberikan di atas tanah Hak Pengelolaan. 9. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 10. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 11. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang. 12. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang. 13. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah BPN adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri. 14. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri melalui Kepala Kantor Wilayah BPN.
-5- BAB II PENETAPAN HAK PENGELOLAAN ATAS ASET BADAN USAHA MILIK NEGARA/ BADAN USAHA MILIK DAERAH Pasal 2 (1) Tanah yang merupakan aset BUMN/BUMD dapat diberikan dengan Hak Pengelolaan sebagian (enklave) atau keseluruhan bidang tanah yang terdapat penguasaan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian antara pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak yang menguasai. (2) Menteri menetapkan Hak Pengelolaan atas tanah yang merupakan aset BUMN/BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tata cara pemberian dan pembatalan Hak Pengelolaan BUMN/BUMD sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Menteri ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 3 (1) Pemanfaatan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga sepanjang mendukung tugas dan fungsinya. (2) Hak Pengelolaan yang digunakan atau dimanfaatkan sendiri oleh pemegangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan sesuatu hak atas tanah sesuai tujuan peruntukan penggunaan dan pemanfaatannya di atas tanah Hak Pengelolaan tersebut. (3) Hak Pengelolaan yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan sesuatu hak atas tanah sesuai tujuan peruntukan penggunaan dan pemanfaatannya berdasarkan perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
-6- (4) Perjanjian pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat oleh pejabat yang berwenang dan didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Pasal 4 (1) Tanah aset BUMN/BUMD yang terdapat penguasaan oleh masyarakat, maka kepada masyarakat dimaksud dapat diberikan hak atas tanah di atas Hak Pengelolaan sesuai dengan tujuan peruntukan penggunaan dan pemanfaatannya, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemberian hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan. (3) Dalam hal di atas tanah Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan Hak Milik, bagian Tanah Hak Pengelolaan yang diberikan dengan Hak Milik dilepaskan. (4) Persyaratan bagi masyarakat yang diberikan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. menguasai secara fisik paling kurang 10 (sepuluh) tahun atau lebih secara berturut-turut; b. masih mengadakan pemungutan hasil bumi dan/atau pemanfaatan lahan secara langsung di tanah aset BUMN/BUMD dan sekitarnya untuk menjalankan usaha dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari; c. menjadi sumber utama kehidupan dan mata pencaharian masyarakat; dan d. telah membentuk komunitas kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat. Pasal 5 (1) Hak atas tanah yang diberikan di atas tanah Hak Pengelolaan BUMN/BUMD dapat diperpanjang dan/atau diperbarui, serta dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan.
-7- (2) Tata cara pemberian, perpanjangan, pembaruan, pengalihan, pembatalan, dan hapusnya hak atas tanah di atas tanah Hak Pengelolaan BUMN/BUMD dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB III KETENTUAN PERALIHAN Pasal 6 (1) Tanah aset BUMN/BUMD selain Hak Pengelolaan yang ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini diubah menjadi Hak Pengelolaan atas nama BUMN/BUMD sesuai dengan tugas dan fungsinya. (2) Kepala Kantor Pertanahan menarik sertipikat tanah BUMN/BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dilakukan perubahannya. (3) Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah BUMN/BUMD masih dilakukan sendiri, maka cukup dengan mencoret hak atas tanah sebelumnya dan mengubahnya dengan Hak Pengelolaan pada buku tanah dan sertipikat serta daftar umum lainnya, untuk selanjutnya diterbitkan sertipikat Hak Pengelolaan atas nama Kementerian atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa usaha pertanian, peternakan, atau perikanan, maka diberikan dengan dan diterbitkan sertipikat Hak Guna Usaha atas nama BUMN/BUMD di atas tanah Hak Pengelolaan dengan sisa jangka waktu Hak Guna Usaha sebelumnya. Pasal 7 (1) Apabila tanah aset BUMN/BUMD yang akan diubah menjadi Hak Pengelolaan dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan, maka BUMN/BUMD wajib melakukan roya sekaligus pembebanan kembali dengan hak tanggungan dimaksud dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Peraturan Menteri ini berlaku.
-8- (2) Pembebanan kembali hak tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan di atas tanah hak yang ada di atas tanah Hak Pengelolaan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, SOFYAN A. DJALIL Diundangkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR