BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Tugas Akhir. Oleh: Oki Andrean No. BP Melda Latif, MT NIP

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. logam dan nonlogam atau unsur logam dan nonlogam padat, gabungan dari unsur

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemberitahuan : dikumpulkan daftar pustaka yang digunakan dalam penulisan makalah pada waktu ujian

Pembangkit Non Konvensional OTEC

BAB I PENDAHULUAN. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi Sri Handayani (2008)

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W

BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA TUMPUKAN SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Hasil dan Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

Handout. Bahan Ajar Korosi

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK

Tinjauan Pustaka. 2.1 Krisis Energi

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

Konversi ini mengambil tempat dalam sel elektrokimia yang bisa berbentuk

KIMIA ELEKTROLISIS

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padilah Muslim, 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

Penyusun: Djoko Triyono

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

Aplikasi Teknik Sputtering Untuk Deposisi Katalis Pada Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell

KAJIAN TEGANGAN YANG DIBANGKITKAN DAN KONSUMSI HIDROGEN PADA SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

UNIVERSITAS INDONESIA PENGKONDISI TEGANGAN KONSTAN PADA PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) HORIZON H-1000 MENGGUNAKAN BUCK CONVERTER TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

PROSPEK PENGGUNAAN DIRECT METHANOL FUEL CELLS (DMFC) DIBANDINGKAN DENGAN HYDROGEN SOLID POLYMER FUEL CELLS (H2 SPFC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

MASS TRANSFER STUDY ON POLYMER ELECTROLYTE FUEL CELL

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Baterai. Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Oksidasi dan Reduksi

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh. Dari berbagai gejala yang muncul selama proses analisis,

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dibagi menjadi dua yaitu mesin pembangkit energi tidak bergerak. (stationer) dan mesin pembangkit energi bergerak (mobile).

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi listrik. Prinsip kerja Sel Bahan Bakar serupa dengan prinsip kerja baterai. Perbedaan antara baterai dan Sel Bahan Bakar adalah letak sumber energi kimianya. Pada baterai, sumber energinya terletak di dalam baterai, sedangkan sumber energi kimia Sel Bahan Bakar dipasok dari luar. Selama selnya dipasok dengan bahan bakar dan oksidan, daya listrik akan dihasilkan. Sumber energi kimia Sel Bahan Bakar adalah segala macam bahan bakar gas dan oksidan yang dapat dioksidasi dan direduksi secara elektrokimia. Namun, pada umumnya bahan bakar digunakan adalah hidrogen, karena memiliki reaktivitas elektrokimia yang tinggi serta dapat dihasilkan dari hidrokarbon, alkohol, atau batubara. Sedangan oksidan yang digunakan adalah oksigen, baik yang murni maupun yang berasal dari udara bebas. Sel Bahan Bakar memiliki prospek yang baik di masa depan. Keunggulan utama yang dimiliki Sel Bahan Bakar adalah segi efisiensi yang tinggi dan rendahnya polutan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan konversi energi terjadi secara langsung dari energi kimia menjadi energi listrik, sedangkan pada pembangkit biasa, energi kimia diubah menjadi energi kalor, energi mekanik, dan akhirnya menghasilkan energi listrik. Selain itu, energi listrik pada Sel Bahan Bakar dihasilkan dari reaksi elektrokimia sehingga polutan yang dihasilkan relatif amat rendah (bahkan pada jenis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton tidak ada polusi sama sekali) [1]. 6

2.2. Jenis-Jenis Sel Bahan Bakar [1][4] [15] Sel Bahan Bakar memiliki jenis yang beragam dengan tingkat pengembangan dan aplikasi yang berbeda pula. Jenis Sel Bahan Bakar dapat dibedakan berdasarkan beberapa karakteristik, diantaranya adalah jenis elektrolit dan bahan bakar yang digunakan. Pemilihan tipe elektolit mempengaruhi perbedaan temperatur kerja masing-masing Sel Bahan Bakar. Temperatur kerja dari sel tersebut juga akan mempengaruhi tipe material lain yang digunakan seperti elektroda, elektrolit, katalis dan lain-lain. Temperatur kerja juga mempengaruhi tingkat pemrosesan bahan bakar sebelum masuk ke dalam unit cell. Dalam Sel Bahan Bakar bertemperatur rendah, semua bahan bakar harus dikonversikan menjadi hidrogen. Sel Bahan Bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan proses yang terjadi. Sel Bahan Bakar dibagi menjadi langsung, tidak langsung, dan regeneratif. Sel Bahan Bakar langsung dapat diartikan sebagai Sel Bahan Bakar yang langsung menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar yang akan diproses, sedangkan Sel Bahan Bakar tidak langsung memakai bahan bakar hidrokarbon lain yang terlebih dahulu diubah menjadi hidrogen. Sedangkan Sel Bahan Bakar regeneratif adalah tipe Sel Bahan Bakar yang menggunakan kembali produk yang dihasilkan dalam proses selanjutnya. Klasifikasi Sel Bahan Bakar yang umum berdasarkan tipe elektrolit dan bahan bakar diantaranya : Alkaline Fuel Cell (AFC) / Sel Bahan Bakar Alkali Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) / Sel Bahan Bakar Asam Fosfat Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) / Sel Bahan Bakar Karbon Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) / Sel Bahan Bakar Oksida Padat Direct Methanol Fuel Cell Sel (DMFC) / Sel Bahan Bakar Metanol Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) / Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton 7

2.2.1. Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC) Sel Bahan Bakar Alkali menggunakan potasium hidroksida sebagai elektrolit. Konsentrasinya berkisar antara 30-45% tergantung pada sistem. Reaksi kimia yang terjadi ialah : Pada Anoda : 2H (g) + 4(OH) (aq) 4H O(l) + 4e - - 2 2 Pada Katoda : O (g) + 2H O(l) + 4e 2 2 4(OH) (aq) - - Keseluruhan : 2H 2(g) + O 2(g) 2H2O(l) Gambar 2.1 Skema Sel Bahan Bakar Alkali / Alkaline Fuel Cell (AFC) Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa ion hidroksil (OH - ) ditransfer dari katoda ke anoda melalui elektrolit sedangkan elektron mengalir melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Ion hidroksil akan bereaksi dengan hidrogen dan membentuk air serta mengalirkan elektron. 2.2.2. Sel Bahan Bakar Asam Fosfat / Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) Sel Bahan Bakar Asam Fosfat menggunakan asam fosfat sebagai elektrolitnya. Sel Bahan Bakar Asam Fosfat ini merupakan jenis yang paling awal dikomersialkan. Kelebihannya adalah dapat mentoleransi ketidakmurnian hidrogen, Sel Bahan Bakar Asam Fosfat dapat mentoleransi adanya Karbon Monoksida (CO) sebesar 1,5% sehingga jenis bahan bakar yang dapat digunakan beragam. Kekurangannya adalah daya yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan jenis yang lain. Skema kerja PAFC ditunjukkan pada Gambar 2.2. 8

Gambar 2.2 Skema Sel Bahan Bakar Asam Fosfat / Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) 2H (aq) + 2e 2 + - O (g) + 2H (aq) + 2e H O(l) 1 + - 2 2 2 Keseluruhan : H (g) + 1 2 O (g) H O(l) 2 2 2 2.2.3. Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) Sel Bahan Bakar Karbonat menggunakan senyawa sodium/magnesium karbonat bersuhu tinggi sebagai elektrolit. Sel Bahan Bakar ini menggunakan hidrogen, karbon monoksida, gas alam, propana, dan hasil gasifikasi batubara sebagai bahan bakar. Dapat bekerja pada suhu yang tinggi (antara 620-660 o C) sehingga memungkinkan efisiensi yang tinggi jika kalornya dimanfaatkan serta fleksibilitas dalam menggunakan bahan bakar dan katalis. Namun suhu yang tinggi juga menyebabkan risiko karat dan kerusakan komponen yang tinggi serta tidak cocok untuk penggunaan di perumahan. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar 2.3: 9

Gambar 2.3 Skema Sel Bahan Bakar Karbonat / Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) + CO H O(g) + CO (g) + 2e 2- - 2 3 2 2 O (g) + CO (g) + 2e CO 1-2- 2 2 2 3 Keseluruhan : H (g) + 1 2 O (g) + CO (g) H O(g) + CO (g) 2 2 2 2 2 2.2.4. Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Sel Bahan Bakar Oksida Padat menggunakan senyawa keramik seperti Zirkonium Oksida atau Kalsium Oksida sebagai elektrolit. Suhu operasinya bisa mencapai 1000 o C. Sel Bahan Bakar ini sangat cocok untuk pembangkitan daya-daya besar. Suhu operasi yang tinggi menyebabkan efisiensi konversi daya yang tinggi dengan memakai sistem hybrid dimana kalornya dimanfaatkan untuk jenis pembangkit yang lain seperti turbin uap atau turbin gas. Kemampuan ini memungkinkan Sel Bahan Bakar Oksida Padat menghasilkan daya sampai 100MW. Skema kerjanya ditunjukkan pada Gambar 2.4: 10

Gambar 2.4 Skema Sel Bahan Bakar Oksida Padat / Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : H (g) + O H O(g) + 2e 2- - 2 2 O (g) + 2e 1 2 2 O - 2- Keseluruhan : H (g) + 1 2 O (g) H O(g) 2 2 2 2.2.5. Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) Sel Bahan Bakar Metanol menggunakan material elektrolit membran polimer, yang digunakan juga oleh PEMFC. Sel Bahan Bakar ini menggunakan methanol (CH 3 OH) cair sebagai bahan bakar. Methanol dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang lebih mudah disimpan dan berpindah tempat sehingga aplikasinya adalah pada peralatan listrik yang portable. Skema kerja Sel Bahan Bakar Metanol ditunjukkan pada Gambar 2.5: 11

Gambar 2.5 Skema Sel Bahan Bakar Metanol / Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) Reaksi yang terjadi adalah : Pada Anoda : Pada Katoda : CH OH(l) + H O(l) CO (g) + 6H + 2e 3 2 2 6H + O (g) + 6e 3H O(l) + 3-2 2 2 + - Keseluruhan : CH OH(l) + 3 2 O (g) CO (g) + 2H O(l) 3 2 2 2 2.2.6. Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton / Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton mempunyai nama lain, yakni Polymer Electrolyte Fuel Cell karena elektrolitnya terbuat dari polimer. Pada Sel Bahan Bakar jenis ini terjadi pertukaran proton yang ditransfer melalui elektrolit yang berada di antara anoda dan katoda. Elektrolit ini terbuat dari material polimer yang bisa melewatkan ion. PEMFC menggunakan hidrogen murni sebagai bahan bakar utama. Membran polimer yang digunakan oleh PEMFC adalah bersifat isolator terhadap elektron namun bersifat konduktor yang sangat baik terhadap ion hidrogen [4].Konstruksi materialnya mengandung fluorocarbon. Membran polimer ini diproduksi oleh DuPont dengan merek Nafion, dan tipe yang banyak digunakan adalah 1135, 115, dan 117. 12

2.3. Perbandingan Karakteristik Jenis-Jenis Sel Bahan Bakar [1],[11] Setiap jenis Sel Bahan Bakar yang telah dijelaskan di atas memiliki karakteristik masing-masing. Perbedaannya terletak pada bahan bakar yang digunakan, oksidan, elektrolit, ion yang ditransfer, dan lain-lain. Pada Tabel 2.1 menunjukkan perbandingan karakteristik masing-masing Sel Bahan Bakar. Bahan bakar Tabel 2.1 Perbandingan Karakteristik Beberapa Jenis Sel Bahan Bakar PEMFC DMFC AFC PAFC SOFC MCFC H 2 Oksidan O 2, udara Elektrolit Membran (Nafion) Methanol (CH 3 OH)+ H 2 O H 2 H 2 H 2 H 2 O 2,udara O 2, O 2, O 2, CO 2, udara udara Udara O 2,udara Membran (Nafion) Potasium Phosporic hidroksidaacid (liquid) Yttria Stabilized Zirconia (YSZ) Lithium/ sodium/ Potasium karbonat Elektroda Polytetra- Polytetra- Ni dan Polytetra- Yttria Polytetraflouroethylenflouroethy-Nilenflouroethylene Stabilized flouroethy- (PTFE) (PTFE) (PTFE) Zirconia (YSZ) lene (PTFE) Ion yg ditransfer H+ H + OH - H + O - 2 CO 2-3 Suhu operasi 25-100 o C 25-100 o C 25-250 o C 150-220 o C 600-1000 o C 620-660 o C Dari Tabel 2.1, dapat kita lihat bahwa kebanyakan Sel Bahan Bakar menggunakan H 2 sebagai bahan bakarnya, sedangkan Sel Bahan Bakar Metanol memakai campuran metanol (CH 3 OH) dan air (H 2 O). Sedangkan dari sisi oksidan, oksigen murni maupun udara campuran paling banyak digunakan, sedangkan Sel Bahan Bakar Karbonat menggunakan tambahan CO2 sebagai oksidan. PEMFC dan Metanol merupakan Sel Bahan Bakar yang memiliki suhu operasi yang paling rendah dibanding yang lain, sedangkan Sel Bahan Bakar Oksida Padat merupakan memiliki suhu operasi paling tinggi. 13

2.3.1. Perbandingan Aplikasi Sel Bahan Bakar Sel Bahan Bakar memiliki karakteristik tersendiri yang memungkinkan untuk berbagai aplikasi. Desain Sel Bahan Bakar akan sangat berbeda tergantung pada jenis aplikasinya yang memperhitungkan daya keluaran yang dibutuhkan, suhu, efisiensi, ukuran, berat dan suplai bahan bakar. Aplikasi tersebut diantaranya pencatu daya portable, pembangkit daya cadangan, transportasi dan pembangkit daya stasioner. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan aplikasi dan daya Sel Bahan Bakar. Tabel 2.2 Skema Aplikasi Sel Bahan Bakar Jenis Sel Aplikasi Range Power DMFC - Pengganti baterai - Pembangkit listrik portable dibawah 100 Watt sampai 1 kw AFC - Transportasi 500 W sampai 10 kw - Pembangkit listrik cadangan PAFC - Pembangkit listrik stasioner 50 kw sampai 2 MW - transportasi SOFC - Pembangkit listrik stasioner - Transportasi 5 kw sampai lebih dari 10 MW - CHP (Combined Heat Power) MCFC - Pembangkit listrik stasioner - CHP (Combined Heat Power) 200 kw sampai lebih dari 10 MW PEMFC - Transportasi - Pembangkit listrik portable - Pembangkit listrik cadangan Dibawah 100 Watt sampai diatas 1 MW 2.4. Alasan pemilihan PEMFC Setiap jenis Sel Bahan Bakar mempunyai karakteristik yang unik jika dibandingkan satu dengan yang lain. Termasuk jenis PEM, Sel Bahan Bakar jenis ini mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan jenis yang lain. Tabel 2.3 menunjukkan karakteristik keunggulan dan kelemahan PEMFC [11]. 14

Tabel 2.3 Keunggulan dan Kelemahan PEMFC Keunggulan PEMFC Kelemahan PEMFC - Tidak menghasilkan polutan - Manajemen air yang lebih kompleks - Suhu operasi lebih rendah - Manajemen suhu yang lebih kompleks - Jenis aplikasi lebih beragam, - Rentan terhadap polutan di sisi reaktan - Cocok untuk tipe pembangkitan backup dan alat transportasi PEMFC memiliki tingkat kepadatan daya (power density) yang tinggi sehingga memungkinkan untuk mengaplikasikannya pada bidang transportasi dan keperluan mobilitas tinggi lainnya. Elektrolit yang digunakan memilik ketahanan yang tinggi, suhu operasi PEMFC berkisar antara 25-100 o C. Namun PEMFC memiliki kekurangan yakni harus menggunakan hidrogen yang benar-benar murni sebagai bahan bakar sehingga ketidakmurnian sedikit saja akan menurunkan kinerja sangat jauh. Dari uraian perbandingan jenis-jenis Sel Bahan Bakar di atas, dapat dituliskan beberapa kelebihan PEMFC apabila dimodelkan, yaitu : 1. Suhu operasi di bawah 100 o C, sehingga fasa H 2 O yang terlibat hanya dalam bentuk cair 2. Bahan bakar adalah hidrogen murni, sehingga relatif lebih mudah memodelkan reaksinya. 3. PEMFC banyak diaplikasikan dan diproduksi secara komersial, terutama untuk keperluan transportasi. 2.5. Prinsip Kerja PEMFC [1][3] Sebuah PEMFC sederhana terdiri dari beberapa komponen yakni elektroda (anoda dan katoda), elektrolit, katalis, serta tempat mengalir bahan bakar masuk dan keluar juga oksidan yang masuk dan keluar. Anoda adalah bagian elektroda yang bermuatan negatif sedangkan katoda adalah elektroda yang bermuatan positif. Pada elektroda 15

akan terjadi reaksi elektrokimia yang ditandai dengan pelepasan/penggabungan ion dari senyawa Gambar 2.6 Skema Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton / Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) Pada Gambar 2.6 dapat dilihat senyawa hidrogen membentuk ion hidrogen dan mengalir melalui elektrolit. Elektrolit adalah material yang digunakan untuk mengalirkan ion dari anoda ke katoda. Katalis berada di antara anoda dan elektrolit, juga elektrolit dan katoda. Katalis digunakan untuk membantu mempercepat proses pelepasan/penggabungan ion. Reaksi elektrokimia pada PEMFC melibatkan perpindahan muatan dari satu elektroda ke elektroda yang lain., dan perpindahan muatan tersebut akan disertai dengan perpindahan elektron. Namun dalam proses perpindahannya, ion dan elektron tidak melalui jalur yang sama. Ion H + berpindah dari anoda ke katoda melalui elektrolit/mebran, sedangkan elektron (e - ) berpindah melalui konduktor yang mengalirkan listrik. Pada PEMFC, reaksi yang terjadi adalah : Pada anoda : H 2(g) Pada katoda : O (g) + 2H (aq) + 2e + - 2H (aq) + 2e (2.1) 1 + - 2 2 2 H O(l) (2.2) Keseluruhan : H (g) + 1 2 O (g) H O(l) (2.3) 2 2 2 16

Gambar 2.7 Reaksi elektroda dan aliran muatan Pada Gambar 2.7, dapat dilihat bahwa hidrogen masuk ke dalam sebuah Sel Bahan Bakar melalui saluran khusus yang terhubung ke anoda. Dari anoda hidrogen yang telah menjadi ion H + akan berpindah ke katoda melalui elektrolit dengan bantuan katalis (yang digunakan pada PEMFC biasanya platina). Sementara elektron mengalir melalui rangkaian listrik/beban yang terhubung. Pada katoda akan terjadi reaksi antara H +, elektron dan oksigen dan membentuk air. Energi listrik dihasilkan oleh perpindahan elektron melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Penghitungan dan pemodelan energi listrik dan tegangan yang dihasilkan oleh PEMFC membutuhkan pendekatan dari konsep elektrokimia dan termodinamika. Penjelasan mengenai konsep energi listrik yang dihasilkan, tegangan keluaran dan fenomena-fenomena fisik yang mempengaruhinya dari PEMFC akan dibahas di Bab 3 (Perumusan Model Matematis Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton). 17