LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

P E N D A H U L U A N

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

Transkripsi:

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran dengan segala macam potensi alamnya merupakan aset yang sangat berharga bagi negara. Banyak hal yang menjadi pertimbangan mengapa kawasan Baluran ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan status menejemen taman nasional. Diantaranya yaitu keanekaragaman tipe ekosistem, kekayaaan flora dan fauna serta potensi ekowisata yang berpeluang untuk dikembangkan. Wisata alam merupakan salah satu cara memanfaatkan kawasan hutan secara lestari, dan dapat memberikan dampak manfaat ekonomi bagi masyarakat (disekitar hutan khususnya) maupun bagi pengelola kawasan, yang selanjutnya dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Suatu obyek wisata akan mempunyai akses pasar apabila dapat dikemas dalam suatu paket wisata bersama obyek obyek lain di lokasi tersebut ataupun bersama obyek lain yang dapat dikaitkan menjadi satu kemasan / paket kunjungan bagi orang yang berwisata. Dengan dikemasnya beberapa obyek wisata, akan memudahkan bagi para penyelenggara kegiatan wisata (tour operators) maupun para wisatawan (tourist) untuk memilih membeli sesuai dengan waktu yang tersedia maupun persiapan yang dimiliki. Dalam upaya penyusunan paket wisata, pengelola suatu kawasan konservasi maupun kawasan hutan yang lain perlu terlebih dahulu mengidentifikasi dan menginventarisasi daya tarik maupun obyek wisata yang ada di wilayahnya. Hasil identifikasi dan inventarisasi tersebut kemudian disusun menjadi paket paket wisata guna mempromosikan pemanfaatan kawasan beserta obyek yang ada di dalamnya, agar mendapat apresiasi dari masyarakat maupun dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan. Karangtekok merupakan salah satu bagian dari kawasan Taman Nasional Baluran yang pengelolaannya lebih ditekankan dalam hal pengamanan. Melihat akses yang cukup sulit dan permasalahannya yang kompleks (penyerobotan lahan) terasa bahwa potensi wisata di wilayah tersebut masih belum tergali dan dimanfaatkan secara optimal untuk menarik para pengunjung. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan potensi wisata di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya tanpa mengganggu prioritas dan menambah permasalahan baru dalam pengelolaannya.

Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi daya tarik wisata maupun obyek wisata di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Setiap kawasan taman nasional ( dan juga kawasan hutan yang lain, hutan produksi, hutan lindung, taman hutan raya, taman wisata, taman buru, suaka margasatwa), ditunjuk karena mempunyai potensi yang penting untuk pengembangan wisata serta potensi lain (untuk kepentingan ekologi / lingkungan, ilmu pengetahuan, pendidikan, pengembangan budidaya, budaya). Untuk kepentingan pengembangan wisata, potensi yang dapat dimanfaatkan biasanya berupa : 1. pemandangan indah 2. udara segar / sejuk 3. fenomena alam (air panas, air mineral dsb) 4. tumbuhan serta satwa liar yang mudah dilihat 5. peninggalan sejarah / obyek budaya 6. danau, sungai, air terjun, pantai dll. Letak obyek wisata (yang berupa pemandangan indah, fenomena alam, tumbuhan dan satwa liar) di dalam Taman Nasional dapat mengumpul di satu lokasi ataupun menyebar ke beberapa lokasi. Setelah diketahui potensi, letak / penyebaran obyek wisata, sarana dan prasarana apa yang ada guna memungkinkan pemanfaatan obyek obyek wisata tersebut, baru dapat disusun kemasan / paket kunjungan wisata. Kemasan / paket dapat dibedakan berdasar segmen / pangsa pasar atau kelompok tertentu dengan bidang yang diminati, misalnya : (a) anak sekolah dasar sampai SMP; (b) anak sekolah lanjutan menengah atas; (c) mahasiswa; (d) kelompok kelompok pecinta alam; (e) kelompok lanjut usia; (f) kelompok dengan keterbatasan fisik; (g) masyarakat umum; (h) wisatawan mancanegara dsb. Wisata alam sebaiknya adalah terbatas dengan memperhatikan prinsip prinsip : rekreasi merupakan kegiatan pendidikan di alam konservasi memberdayakan perekonomian masyarakat setempat.

Di suatu tempat sering terjadi kunjungan wisata yang bersifat massal sejak lama dilakukan. Kegiatan tersebut biasanya merupakan kegiatan rekreasi di alam terbuka, massal. Kegiatan ini tidak dicakup dalam pedoman ini. Setelah obyek diketahui (jenis dan penyebarannya) serta prasarana dan sarana yang mendukung diketahui, dapat dirancang kemasan / paket wisata dengan beberapa informasi dan interpretasi secara umum mengenai obyek obyek yang ada di dalam kawasan. Dalam pelaksanaan kegiatan wisata oleh para penyelenggara perjalanan wisata ataupun wisatawan sendiri, akan diperlukan interpreter baik yang berbahasa indonesia maupun yang berbahasa asing sesuai kebutuhan. Bagi yang berbahasa asing nantinya dalam melakukan interpretasi dapat bekerjasama Dengan guide dari penyelenggara perjalanan wisata atau penterjemah. Pembangunan sarana dan prasarana akan dilakukan oleh pengelola sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Berdasarkan bentuk kegiatannya, secara umum kegiatan wisata alam yang dapat dikembangkan di kawasan pelestarian alam, adalah sebagai berikut : 1. Wisata alam hutan (wisata hutan, mendaki, berkemah, photo hunting, dll) 2. Wisata laut (berenang, snorkling, diving, sailing, berkano, memancing, dll) 3. Wisata buru ( berburu satwa liar atau hasil penangkaran) 4. Wisata budaya (atraksi budaya tradisional, peninggalan sejarah, dll) 5. Wisata remaja (aspek lingkungan, ekologi, sosekbud, dll) 6. wisata konvensi (rapat, pertemuan, seminar, workshop, dll) 7. Wisata agro (pengembangan daerah penyangga untuk wisata alam). Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan wisata alam, antara lain : 1. Kelayakan pasar dan kapasitas kunjungan yang layak, 2. Aksesibilitas dan kemungkinan pengembangan cukup baik, 3. Potensi kawasan menunjang aktivitas pariwisata alam, 4. Mendukung pengembangan wilayah bagi daerah setempat, 5. Dapat membuka peluang bagi pengembangan sosekbud setempat, 6. Saling mendukung dalam pengembangan kepariwisataan daerah, 7. Saling mendukung pengembangan pelestarian kawasan hutan bagi saerah setempat 8. Promosi dan informasi. Pengembangan wisata alam di Taman Nasional dilakukan oleh para tenaga fungsional dan selanjutnya rencana / panduan pelaksanaannya akan ditetapkan oleh Kepala Taman Nasional atau pejabat struktural yang diberi kewenangan untuk itu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan paket wisata, adalah : 1. Identifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh Taman Nasional. 2. Identifikasi potensi obyek wisata yang terletak di sekitar Taman Nasional. 3. Identifikasi sarana penghubung antar obyek wisata baik yang di dalam maupun di sekitar kawasan Taman Nasional. 4. Inventarisasi sarana dan prasarana wisata alam yang tersedia, kondisi, dan berapa banyak yang mungkin dimanfaatkan. 5. Identifikasi segmen pasar sasaran, dengan mempelajari sumberdaya, karakteristik, selera dan kebutuhannya, sehingga dikenali wisatawan yang potensial, dan yang akan datang berkunjung. 6. Prakirakan proyeksi segmen pasar yang akan berkunjung, dengan proyeksi ini akan dapat diperkirakan produk wisata alam permintaan pasar. 7. Susun rancangan paket wisata, yaitu : a. Paket wisata perjalanan, yaitu kemasan paket perjalanan untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata alam di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional. Dalam penyusunan paket wisata jenis ini perlu diperhitungkan antara lain : 1. Kepastian waktu yang diperlukan harus tepat, sehingga pengunjung dengan waktu terbatas dapat memilih paket yang tepat dengan ketersediaan waktu, 2. Obyek yang dikunjungi tidak sejenis, sehingga memberikan pengalaman tersendiri dan tidak membosankan, 3. Perlu dikembangkan alternatif paket khusus, yaitu paket wisata yang disusun sendiri oleh pengunjung, untuk itu perlu disediakan prakiraan waktu untuk mengunjungi tiap obyek wisata, atau antar obyek wisata. 4. Perlu diinventarisasi fasilitas penginapan bagi paket yang memerlukan bermalam untuk melakukan paket tersebut. 5. Perlu kejelasan dimana pengunjung dapat memulai perjalanan. 6. lakukan kerjasama dengan biro biro perjalanan dan penginapan, 7. Siapkan pemandu pemandu wisata alam yang terlatih 8. Siapkan buku interpretasi obyek wisata alam 9. Lakukan promosi wisata b. Paket kegiatan wisata alam, yaitu kemasan paket kegiatan wisata di suatu obyek wisata alam. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan paket wisata jenis ini, antara lain adalah :

1. Prakiraan waktu yang diperlukan harus jelas, kalau perlu dapat dikembangkan paket dengan waktu yang berbeda untuk kegiatan yang sama. 2. Perlu kejelasan segmen pasar sasarannya, misalnya : Segmen pasar pelajar (TK, SD, SMP, SMA), sesuai dengan tingkatan pendidikannya akan lebih menyenangi misalnya kegiatan pendidikan konservasi, kegiatan tantangan, pendakian, berkemah, panjat tebing, dsb. Segmen pasar perusahaan, mungkin memerlukan kegiatan seperti pendidikan kepemimpinan di alam terbuka (outbound training). Segmen pasar mahasiswa, mungkin akan lebih menyenangi kegiatan pengamatan satwa liar, pendakian, panjat tebing, berkemah, pendidikan lingkungan dsb. 3. Rancang jenis jenis kegiatan dan lokasi kegiatannya. 4. Kembangkan alternatif untuk setiap kegiatan dengan pertimbangan waktu yang diperlukan, tingkat kesulitan, tingkat tantangan dan bobot kondisi lapangan (ringan, sedang, dan berat). 5. Kembangkan permainan permainan di alam terbuka. 6. Siapkan buku interpretasi obyek wisata alam. 7. Persiapkan pemandu pemandu kegiatan yang terlatih, yang mampu menyesuaikan diri dengan segmen pasar yang dihadapi. 8. Siapkan sarana dan prasarana pendukung.

BAB III MATERI DAN METODE A. Materi Materi yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : 1. Alat tulis 2. Tally sheet 3. Kompas 4. Altimeter 5. Binoculair B. Metode Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah pengamatan dengan mencatat dan mengisi lembar tally sheet yang telah disediakan. C. Data yang dibutuhkan 1. Jarak dari pintu gerbang / masuk kawasan menuju lokasi 2. Lama tempuh dari pintu gerbang ke lokasi (dengan jalan kaki, sepeda motor, perahu dll). 3. Tingkat aksesibilitas pada musim kemarau dan penghujan. 4. Kondisi jalan 5. Waktu yang tepat untuk berkunjung 6. Topografi menuju lokasi 7. Tipe ekosistem yang dilewati 8. Kondisi lokasi 9. Tipe vegetasi dominan di lokasi dan sekitarnya 10. Jenis satwa yang sering dijumpai di lokasi 11. Topografi lokasi 12. Kondisi spesifik yang dijumpai atau terdapat di lokasi (misalnya mata air, jenis vegetasi langka, tugu prasasti dll). 13. Sarana penunjang wisata alam yang tersedia 14. Sarana yang diharapkan tersedia di lokasi 15. Prakiraan luas lokasi 16. Alternatif kegiatan yang bisa dilaksanakan di lokasi

17. Lokasi lain (yang mempunyai daya tarik wisata alam) yang berada di sekitar lokasi Jarak dari lokasi Lama tempuh dari lokasi 18. Kondisi spesifik lain yang dijumpai di lokasi D. Lokasi Pengamatan dilaksanakan di Seksi Konservasi Wilayah III Karangtekok blok Jeding atas, Balai Taman Nasional Baluran. E. Waktu Pengamatan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Agustus 2004

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil I. GUNUNG MALANG 1. Jarak dari pintu gerbang / masuk kawasan menuju lokasi : Pintu Gerbang Pandean Kantor Seksi Karangtekok = ± 22 Km Kantor Seksi Karangtekok Pelabuhan Ketapang = ± 3 Km Pelabuhan Ketapang Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ± 1 jam Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ± 12Km. Pos Resort Labuhan Merak Gunung Malang = ± 4 Km 2. Lama tempuh dari pintu gerbang ke lokasi (dengan jalan kaki, sepeda motor, perahu dll). Pintu Gerbang Pandean Kantor Seksi Karangtekok = ± 30 menit. Kantor Seksi Karangtekok Pelabuhan Ketapang = ± 10 menit. Pelabuhan Ketapang Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ± 1 jam Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ± 30 menit. Pos Resort Labuhan Merak Gunung Malang = ± 1 1,5 jam (jalan kaki). 3. Tingkat aksesibilitas pada musim kemarau dan penghujan. Pada musim penghujan disarankan perjalanan lewat laut. Pada musim kemarau perjalanan dapat dilakukan lewat laut atau darat. 4. Kondisi jalan Pintu Gerbang Pandean Kantor Seksi Karangtekok = aspal (jalan provinsi). Kantor Seksi Karangtekok Pelabuhan Ketapang = aspal dan tanah (jalan desa) Pelabuhan Ketapang Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = laut pesisir. Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = jalan setapak / trail. Pos Resort Labuhan Merak Gunung Malang = menanjak berbatu batu. 5. Waktu yang tepat untuk berkunjung Awal musim kemarau Awal musim penghujan 6. Topografi menuju lokasi Pintu Gerbang Pandean Kantor Seksi Karangtekok = datar berkelok kelok. Kantor Seksi Karangtekok Pelabuhan Ketapang = datar. Pelabuhan Ketapang Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = datar bergelombang. Pos Resort Labuhan Merak Gunung Malang = menanjak berbatu batu. 7. Tipe ekosistem yang dilewati Pintu Gerbang Pandean Kantor Seksi Karangtekok = hutan jati

Kantor Seksi Karangtekok Pelabuhan Ketapang = pemukiman penduduk. Pelabuhan Ketapang Pos Resort Labuhan Merak (via perahu) = ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang. Kantor Seksi Karangtekok - Pos Resort Labuhan Merak (sepeda motor) = ekosistem gebang, mangrove, savana, hutan pantai. Pos Resort Labuhan Merak Gunung Malang = savana (undulating). 8. Kondisi lokasi Berada di ketinggian ± 200 300 meter dpl. Berupa bukit dengan tebing curam yang menghadap savana Ketinggian tersebut memungkinkan untuk menikmati pemandangan ke arah lembah lembah dan gunung Baluran serta pemandangan ke arah laut. 9. Tipe vegetasi dominan di lokasi dan sekitarnya Ekosistem savana yang didominasi oleh rumput Merakan, pohon ketapang dan mimbo. 10. Jenis satwa yang sering dijumpai di lokasi Berbagai jenis burung, antara lain : derkuku, raja udang, elang dll. 11. Topografi lokasi Datar dengan batu batuan besar. 12. Kondisi spesifik yang dijumpai atau terdapat di lokasi (misalnya mata air, jenis vegetasi langka, tugu prasasti dll). Selama perjalanan mendaki pemandangan ke arah laut sangat indah. Kontasnya warna antara birunya laut, hijaunya hutan dan kuningnya savana memberikan panorama yang mempesona. Aktivitas nelayan juga dapat teramati dengan menggunakan binocular. Pohon pohon besar yang terdapat dilokasi dapat digunakan sebagai tempat berteduh sambil menikmati pemandangan ke arah lembah. 13. Sarana penunjang wisata alam yang tersedia Perahu penduduk yang dapat disewa sewaktu waktu meskipun dengan jumlah perjalanan yang terbatas. Pos Resort Labuhan Merak dapat menjadi tempat istirahat (halamannya dapat digunakan untuk berkemah) dan sekaligus sumber air tawar. 14. Sarana yang diharapkan tersedia di lokasi Papan petunjuk Penataan batu batuan untuk duduk - duduk 15. Prakiraan luas lokasi ±300 m 2 16. Alternatif kegiatan yang bisa dilaksanakan di lokasi Hiking Bird Watching Photo hunting 17. Lokasi lain (yang mempunyai daya tarik wisata alam) yang berada di sekitar lokasi Jarak dari lokasi Lama tempuh dari lokasi 18. Kondisi spesifik lain yang dijumpai di lokasi 19. Pangsa pasar pengunjung Pelajar, mahasiswa dan pecinta alam.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kegiatan pengamatan untuk menggali peluang potensi obyek wisata alam ini dilaksanakan meliputi lokasi : Jeding atas. 2. Tingkat aksesibilitas ke masing-masing lokasi cukup tinggi akan tetapi dipengaruhi oleh musim. 3. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata alam di lokasi pengamatan masih sangat minim. 4. Alternatif aktivitas obyek wisata alam yang ada berupa : Perjalanan darat : Hiking, Photo hunting dan Bird watching. Perjalanan perairan : Snorkeling, Diving, Kanoing, Photo Hunting dan Bird watching. 5. Pangsa pasar yang dituju adalah : Kelompok pecinta alam, pelajar/mahasiswa, wisatawan minat khusus dan lain-lain. Saran 1. Perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam terhadap peluang potensi obyek wisata alam di Karangtekok tersebut. 2. Melakukan penataan obyek dan penentuan jalur-jalur/lokasi yang secara khusus dikembangkan untuk tujuan wisata alam. 3. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang kegiatan wisata alam di lokasi-lokasi yang telah ditentukan. 4. Mengadakan uji coba/simulasi kegiatan wisata alam untuk mengetahui kelayakan suatu lokasi menjadi suatu obyek wisata alam.