BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

PENDAHULUAN. berorientasi kepada produk ( product oriented), juga berorientasi kepada pasien

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KERJA INSTALASI FARMASI PERIODE 2014

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. 1 Rumah sakit Permata Medika adalah rumah sakit tipe C di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Konsep upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif) ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit adalah salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk tenaga pendidikan kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pedoman organisasi rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit harus melaksanakan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medis yaitu pelayanan kefarmasian.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai peran penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas. Suatu pelayanan kefarmasian yang baik harus menyelenggarakan suatu sistem jaminan mutu sehingga obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahannya sampai ke tangan konsumen. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, menyatakan bahwa tujuan pelayanan kefarmasian adalah melangsungkan pelayanan kefarmasian yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat yang sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi, melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat, menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan, mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan serta mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 tentang kebijakan obat nasional, obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Menurut Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008), menyatakan bahwa instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh dibidang pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit yang di kepalai oleh apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional serta dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Kegiatan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit tidak lepas dari kegiatan manajemen obat. Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan paliatif, simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit serta berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Adapun unsur tahapan dalam manajemen obat adalah perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat dan pendistribusian obat serta menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat (Aditama, 2003).

Manajemen obat di instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu aspek yang menentukan untuk suksesnya program pengobatan secara rasional di rumah sakit, serta merupakan aspek penting karena ketidakefektifannya dan ketidakefisiennya akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, seperti biaya operasional rumah sakit dan keberhasilan manajemen obat di suatu rumah sakit secara keseluruhan (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas mengenai ketidakefektifannya dan ketidakefisiennya suatu manajemen obat di rumah sakit akan memberi dampak yang negatif terhadap salah satunya biaya operasional rumah sakit karena biaya untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit, hal ini mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Kondisi ini tentunya harus disikapi dengan sebaik-baiknya karena di banyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Maka saat ini pada tataran global telah dirintis program tata kelola obat yang baik di sektor farmasi. Indonesia termasuk salah satu negara yang berpartisipasi dalam program ini bersama 19 negara lainnya. Pemikiran tentang perlunya tata kelola obat yang baik di sektor farmasi berkembang mengingat banyaknya praktek ilegal di lingkungan kefarmasian mulai dari percobaan klinis, riset dan pengembangan,

registrasi, pendaftaran, paten, produksi, penetapan harga, pengadaan, seleksi, distribusi, pemalsuan data, keamanan dan transportasi. Maka dari itu pelaksanaan manajemen obat yang efektif dan efesien merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efesisensi dan efektifitas anggaran yang tersedia, mengurangi beban biaya bagi rumah sakit maupun pasien dan meningkatkan cakupan serta mutu pelayanan kefarmasian yang akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Rumah Sakit Haji merupakan salah satu rumah sakit yang ada di Kota Medan. Sejak bulan Desember tahun 2011 Rumah Sakit Haji dikelola oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Haji memiliki beberapa unit-unit dalam pemberian pelayanan kesehatan. Instalasi farmasi merupakan salah satu unit yang memberikan pelayanan kesehatan, berupa pemberian obat bebas atau pemberian obat dengan resep dari dokter, pengolahan obat racikan/campuran, penyimpanan perbekalan berupa obat jadi dan bahan habis pakai serta bahan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit termasuk pasien rawat inap yang ada di rumah sakit atau pasien yang melakukan rawat jalan. Karyawan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan berjumlah 17 orang, yaitu 12 orang di bagian instalasi farmasi, 2 orang di bagian administrasi dan 3 orang di bagian gudang obat. Penelitian tentang gambaran pelaksanaan manajemen obat di instalasi farmasi rumah sakit telah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Pamungkas (2011), tentang pengendalian intern persediaan obat untuk pasien dinas di Rumah Sakit

Tingkat II Dr. Soedjono Magelang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur organisasi Rumah Sakit Tingkat II Dr. Soedjono Magelang khususnya bagian instalasi farmasi berbentuk fungsional yang terdiri atas fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi akuntasi dan fungsi bendahara. Penetapan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota sudah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011), tentang evaluasi proses operasional manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Banyumanik Semarang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan dibuat sendiri oleh kepala instalasi farmasi rumah sakit dengan menggunakan metode konsumsi, belum ada Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), belum ada pedoman khusus untuk perencanaan, pengadaan obat dengan cara pembelian langsung dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), pengadaan tidak terencana, sistem penyimpanan First Expired date First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) dan disusun alphabetis, ditemukan Turn Over Ratio (TOR) obat rendah, adanya stok mati (5,6%), obat kadaluarsa (5% dan1%), nilai stok akhir obat masih tinggi (45,52%-54,94%), distribusi menggunakan metode kombinasi, persentase obat yang tidak bisa dilayani tinggi dan penggunaan obat cenderung tidak rasional. Berdasarkan studi pendahuluan dalam bentuk wawancara dengan kepala instalasi farmasi dan kepala gudang farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan didapat bahwa pelaksanaan manajemen obat yang belum optimal, seperti: (1) instalasi farmasi tidak melaksanakan perencanaan obat, tim perencanaan obat tidak terpadu dan tidak memiliki jadwal kegiatan penyusunan rencana kerja operasional

sehingga ketika melakukan perencanaan obat berdasarkan perintah dari kepala instalasi farmasi; (2) instalasi farmasi dari segi pengadaan obat sering terjadi kekosongan obat, yaitu obat yang dipesan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan tidak tersedia sehingga pasien rawat inap dan rawat jalan harus membeli obat ke apotek luar; (3) gudang penyimpanan obat belum sesuai dengan persyaratan kefarmasian rumah sakit seperti ruangan sempit, ventilasi yang belum memadai, jendela yang tidak ada, rak yang masih kurang untuk penyimpanan dan penyusunan obat serta sarana penyimpanan yang belum lengkap; (4) pendistribusian obat yang tidak teratur karena kekosongan obat sering terjadi pada pasien rawat inap dan rawat jalan ; (5) tidak ada tupoksi kerja karyawan, sehingga ketika karyawan melaksanakan kerja tidak sesuai dengan bidang yang dimilikinya; (6) struktur organisasi yang dimiliki oleh instalasi farmasi belum memenuhi standar dan; (7) pengaturan kerja karyawan belum sesuai dengan beban kerja yang ada, terlihat pada jumlah resep yang harus dilayanani rata-rata 250 resep setiap harinya dengan jumlah karyawan 3 5 orang/shiftnya. Dampak dari pelaksanaan manajemen obat yang belum optimal yaitu banyak pasien atau keluarga pasien yang mengeluh terhadap pelayanan di instalasi farmasi seperti, lamanya dalam waktu pelayanan resep sehingga banyak pasien rawat jalan yang mengantri lebih dari setengah jam, pengantaran obat untuk pasien rawat inap lama dan keluhan yang berkaitan dengan instalasi farmasi terhadap ketidaktersediaannya obat-obat yang diresepkan oleh dokter. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran pelaksanaan manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain: 1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Haji Medan agar melaksanakan manajemen obat di instalasi farmasi sesuai dengan pedoman yang berlaku serta meningkatkan pembinaan dan pengawasan agar manajemen obat dapat terlaksanan dengan optimal. 2. Bagi peneliti lain dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman, dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini. 3. Sebagai tambahan informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.