PELAKSANAAN ASURANSI KEBAKARAN PADA PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM CABANG PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dipastikan kapan akan terjadinya. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut yaitu

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

BAB V PENUTUP. sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB I PENDAHULUAN. ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

I. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk

Dokumen Perjanjian Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar

ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan produk asuransi berbasis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

(ASURANSI SYARIAH) PADA PT. ASURANSI TAKAFUL DI KANTOR CABANG PERWAKILAN SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Perjalanan hidup manusia di dunia ini dikepung oleh masalah-masalah yang

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

II. LANDASAN TEORI. Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya tersirat pengertian adanya suatu resiko,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah mendapat respon positif dari

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu. Fatwa DSN-MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru

1. PENDAHULUAN. diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. terduga akan terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. moral dan menghargai bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat dan kebutuhan. menjadi dua yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

BAB I PENDAHULUAN. memberatkankalangan yang tidak mampu tetapi, juga memberatkan dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak terduga dimasa depan, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung unsur-unsur perasaan, dorongan itu bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menimpa mereka. Dalam industri jasa yang bergerak di bidang sektor. satu yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

I. PENDAHULUAN. dari penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI DANA PESERTA PRODUK TAKAFUL PENDIDIKAN PADA PT ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG BANJARMASIN

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan reasuransi syariah atau unit reasuransi syariah. 1 Hal ini membuktikan

Transkripsi:

PELAKSANAAN ASURANSI KEBAKARAN PADA PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM CABANG PADANG Novalia Indra Mahasiswa Pascasarjana (S2) STAIN Batusangkar Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Jln. Jendral Sudirman, Batusangkar Abstract: This qualitative descriptive research was purposed at describing the implementation of fire insurance in PT Insurance Takaful Umum Padang branch. The techniques of collecting data in this research were interview and study document. This research found that the implementation of fire insurance in PT insurance Takaful umum Padang branch was begun by filling the data in the application letter of fire insurance (SPPAK). Then PT insurance Takaful umum Padang branch produced the appointment in PSKI. The barrier of claim was happened because the consumer did not read and understand the appointment in PSKI. Keywords: Implementation, Fire Insurance, PT Insurance Takaful Umum Padang Branch PENDAHULUAN Sehubungan dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat menimbulkan banyaknya tuntutan hidup yang harus dipenuhi. Hal inilah yang melatarbelakangi manusia sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk mencari solusi atas semua kebutuhan hidupnya. Salah satu dari banyaknya kebutuhan manusia itu adalah kebutuhan terhadap rasa aman atas kedudukan atau keberadaan harta bendanya. Setiap orang yang memiliki suatu benda tentu menghadapi risiko bahwa nilai dari benda itu akan berkurang, baik karena hilangnya benda itu maupun karena kerusakan atau karena musnah terbakar atau karena sebab lainnya (Prakoso dan Murtika, 2004: 7). Hal ini yang menyebabkan seseorang selalu dalam kekhawatiran dan ketakutan terhadap terjadinya risiko. Untuk mendapatkan rasa aman dan menghilangkan rasa kekhawatiran akan terjadinya risiko, maka dibutuhkan suatu lembaga penjamin (asuransi) yang dapat menjamin harta benda yang mereka miliki melalui pertanggungan yang dilakukan. Berhubungan dengan itu kebutuhan manusia akan asuransi merupakan suatu hal yang sangat pokok. Seseorang tidak akan tenang melaksanakan kegiatan sehari-harinya, apabila pikirannya dihantui

oleh perasaan tentang pristiwa yang mungkin akan menimpa dirinya atau harta kekayaannya, di mana untuk mendapatkan barang itu membutuhkan biaya yang sangat besar dan mungkin saja sulit untuk mendapatkannya. Selain biaya untuk membeli harta benda tersebut, kita juga harus memikirkan bagaimana kita harus menjaganya. Di sini timbul masalah baru lainnya, yaitu bagaimana agar setiap pemilik dari harta benda tersebut dapat terhindar dari kerugian yang lebih dikenal dengan istilah risiko, dan musibah yang tidak satu orang pun yang dapat memprediksi kapan akan terjadi. Misalnya terjadi peristiwa kebakaran menyebabkan orang kehilangan rumah dan harta bendanya, yang mana peristiwa kebakaran tersebut di luar kesalahannya. Dalam hal ini diperlukan usaha antisipasi dalam menghadapi kemungkinan tersebut. Usaha antisipasi yang dapat dilakukan di sini adalah melalui suatu bentuk pertanggungan yang khusus menangani ganti rugi, yang mana saat sekarang lebih dikenal dengan istilah asuransi. Adanya lembaga asuransi di dalam masyarakat adalah sebagai penaggulangan risiko yang mungkin akan terjadi baik terhadap harta maupun jiwa. Dengan cara memperalihkan risiko kepada pihak lain yang bersedia menerimanya dengan syaratsyarat tertentu (Salim, 2000: 8). Untuk mengatasi kerugian yang terjadi akibat peristiwa kebakaran, maka masyarakat dapat mencari pihak-pihak (penanggung) yang sanggup menerima Risiko, yaitu dalam bentuk perjanjianperjanjian asuransi. Perjanjian asuransi dapat dilaksanakan asalkan adanya kesepakatan yang dibuat oleh para pihak, yaitu pihak tertanggung dan pihak penanggung. Tujuan perjanjian pertanggungan itu diadakan untuk mengalihkan risiko yang timbul dari peristiwa yang tidak diharapkan (mengalihkan risiko yang timbul dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung). Banyak para perorangan yang mengadakan pertanggungan-pertanggungan atas barang-barangnya ataupun badan jiwanya lebih menitikberatkan pengertian pertanggungan itu dari segi ekonomisnya. Tetapi apakah mereka mengerti akan apa arti pertanggungan itu dari segi hukumnya, kita juga tidak dapat memastikannya (Simanjutak, 1990: 1). Dari sudut pandang orang yang ditanggung, asuransi adalah alat yang memungkinkannya menukar (substitute) biaya kecil tertentu (premi) dengan 60 Jurnal Tamwil, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2015

kerugian besar yang belum tentu di bawah suatu perjanjian. Di mana mereka (yang banyak) yang beruntung lolos dari kerugian akan membantu mereka (yang sedikit) yang tidak beruntung dengan mengganti kerugian yang mereka derita itu (Ali, 1993: 3). Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil (Darmawi, 2000: 2). Jika dilihat dari pengertian asuransi syariah itu sendiri yang dikemukakan oleh Al- Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at- ta min atau asuransi Syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Sementara dalam fatwa MUI tentang pedoman asuransi Syariah memberikan definisi asuransi syariah (Ta min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau dana tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah (Sula, 2004: 32). Suatu perjanjian yang telah dibuat dengan sah oleh kedua belah pihak, mempunyai kekuatan yang sama dengan Undang-Undang, sebagaimana mereka mentaati Undang-Undang demikian mereka juga harus melaksanakan dan mentaati perjanjian tersebut. Agar sahnya suatu perjanjian maka harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 syarat antara lain 1) sepakat mereka yang mengikatkan diri; 2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) suatu hal tertentu; 4) suatu sebab yang halal. Selain syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 1320 KUH Perdata di atas, dalam perjanjian asuransi juga diperlukan syarat khusus sebagaimana terdapat dalam pasal 251 KUHD yaitu tentang keharusan adanya pemberitahuan dari suatu keadaan yang diketahui tertanggung mengenai benda yang dipertanggungkan, sehingga penanggung dapat mengetahui jelas mengenai risiko yang akan ditanggungnya. Dengan demikian jelas bahwa adanya kewajiban bagi tertanggung untuk memberitahukan atau memberikan keterangan secara detail mengenai barang Pelaksanaan Asuransi Kebakaran Pada PT. Asuransi Takaful... 61

yang akan dialihkan risikonya, baik mengenai keadaan fisik, ancaman risiko dan sebagainya. Asuransi kebakaran sebagai salah satu bentuk pertanggungan yang ada, bertujuan untuk memberikan perlindungan atau penjagaan terhadap harta kekayaan dari suatu risiko yang mungkin terjadi namun belum tentu kapan waktunya, pihak asuransi akan bertanggungjawab dengan memberikan ganti kerugian sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan staff karyawan PT. Asuransi Takaful Umum cabang Padang (Yusril Hasan 5 Mei 2014), bahwasanya pelaksanaan perjanjian dilaksanakan dengan cara meminta nasabah untuk membaca polis, setelah membaca semua isi polis nasabah menandatangani polis tersebut. Tetapi ketika nasabah diminta membaca polis, nasabah tersebut membaca atau tidak terhadap polis itu PT. Asuransi Takaful Umum cabang Padang tidak tahu. Sehingga dengan adanya tanda tangan dari pihak nasabah maka perjanjian antara pihak penanngung dan tertanggung sudah terjadi. Dalam polis asuransi kebakaran takaful umum cabang Padang, polis asuransi kebakaran tersebut hanya sesuai dengan aturan undang-undang asuransi konvensional dan berdasarkan KUHD (Gunanto, 1984). Namun dalam praktiknya apakah pihak asuransi dalam hal ini Asuransi Kebakaran sudah betul-betul memenuhi tanggung jawabnya dalam menanggulangi risiko yang timbul, yaitu dengan memberikan ganti rugi kepada tertanggung secepatnya atau butuh waktu lama, dan apakah aturan-aturan syariah sudah dijalani dalam Asuransi kebakaran yang ada pada PT. Asuransi Takaful Umum cabang Padang. Hal inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif karena 1) dilaksanakan pada kondisi yang alamiah; 2) lebih bersifat deskriptif, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sehingga tidak menekankan pada angka; 3) lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome; 4) analisis data dilakukan secara induktif; dan 5) lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati) (Sugiyono, 2007: 9). Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu data reduction (reduksi data); data display (penyajian data); dan Conclusion 62 Jurnal Tamwil, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2015

Drawing/Verification (Kesimpulan). Menurut Moleong, (2007: 307) aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang di awali dengan pengisian data oleh calon tertanggung pada Surat Permohonan Penutupan Asuransi Kebakaran (SPPAK). Setelah dilakukan kata mufakat oleh kedua belah pihak untuk saling mengikatkan diri dalam asuransi kebakaran, maka berjalanlah pertanggungan objek yang dipertanggungkan. Kemudian, untuk lebih sahnya perjanjian maka PT. Asuransi Takaful Umum menerbitkan atau membuat polis atau Polis Standar Kebakaran Indonesia (PSKI) untuk si tertanggung yang disertai dengan kwitansi premi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung ke penanggung. Risiko-risiko yang dijamin oleh pihak asuransi dalam asuransi kebakaran meliputi jaminan standar dan perluasan jaminan. Jaminan standar berupa kebakaran, petir, peledakan, kejatuhan pesawat terbang dan asap. 2. Pelaksanan pengajuan dan pembayaran klaim pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang dimulai dengan pengisian formulir laporan klaim oleh tertanggung dan penyerahan polis beserta berita acara mengenai peristiwa kebakaran, berikut rincian tentang penyebab kerugian dan kerusakan. Apabila pihak tertanggung telah melengkapi semua persyaratan yang ditetapkan oleh pihak asuransi, maka pihak asuransi akan menindaklanjuti laporan klaim tersebut dengan melakukan penelitian dan pemeriksaan surat-surat dan dokumen terkait. Selanjutnya pihak asuransi akan menetapkan jumlah ganti kerugian sebanding dengan kerugian yang di derita oleh pihak tertanggung. Cepat atau lambatnya proses pembayaran ganti kerugian tersebut biasanya tergantung kepada prosedur yang diikuti oleh si tertanggung serta kelengkapan dokumen yang diperlukan oleh penanggung dalam permintaan ganti kerugian tersebut. 3. Dalam pelaksanaan asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang kendala yang dihadapi biasanya berasal dari peserta Pelaksanaan Asuransi Kebakaran Pada PT. Asuransi Takaful... 63

asuransi kebakaran itu sendiri. Pihak tertanggung sering tidak membaca dan memahami isi dari perjanjian yang terdapat dalam PSKI. Akibatnya pada saat pengajuan klaim banyak tertanggung yang tidak melengkapi persyaratan. Kurang lengkapnya data-data atau dokumen klaim oleh pihak tertanggung yang diajukan kepada penanggung mengakibatkan keterlambatan pembayaran ganti kerugian. PEMBAHASAN Perkembangan asuransi dalam sejarah Islam sudah lama terjadi. Istilah yang digunakan tentunya berbeda-beda, tetapi masing-masing memiliki kesamaan, yaitu adanya pertanggungan oleh sekelompok orang untuk menolong orang lain yang berada dalam kesulitan. Dalam Islam, praktik asuransi pernah dilakukan pada masa Nabi Yusuf as. Yaitu pada saat ia menafsirkan mimpi Raja Firaun. Tafsiran yang ia sampaikan adalah bahwa Mesir akan mengalami masa 7 (tujuh) panen yang melimpah dan diikuti dengan masa 7 (tujuh) tahun paceklik. Untuk menghadapi masa kesulitan (paceklik) itu, Nabi Yusuf as. Menyarankan agar menyisihkan sebagian dari hasil panen pada masa tujuh tahun pertama. Saran dari Nabi Yusuf as. Ini diikuti oleh Raja Firaun, sehingga masa paceklik bisa ditangani dengan baik (Wirdyaningsih, 2005: 179). Pada masyarakat Arab sendiri terdapat sistem aqilah yang sudah menjadi kebiasaan mereka sejak masa pra-islam. Aqilah merupakan cara penutupan (istilah yang digunakan oleh AM. Hasan Ali) dari keluarga pembunuh terhadap keluarga korban yang terbunuh. Ketika terdapat seseorang terbunuh oleh anggota suku lain, maka keluarga pembunuh harus membayar diyat dalam bentuk uang darah. Kebiasaan ini kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW. Praktik aqilah yang dilakukan oleh masyarakat Arab ini sama dengan praktik asuransi pada saat ini, di mana sekelompok orang membantu untuk menanggung orang lain yang tertimpa musibah. Dalam hal kaitannya dengan praktik pertanggungan ini, Nabi Muhammad SAW. juga memuat ketentuan dalam pasal khusus pada Konstitusi Madinah, yaitu pasal 3 yang isinya orang Quraisy yang melakukan perpindahan ke Madinah melakukan pertanggungan bersama akan saling bekerjasama membayar uang darah di antara mereka (Wirdyaningsih, 2005: 180). Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan asuransi syariah tidak dapat dilepaskan dari keberadaan asuransi 64 Jurnal Tamwil, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2015

konvensional yang telah ada sejak lama. Sebelum terwujudnya asuransi syariah, terdapat berbagai macam asuransi konvensional yang rata-rata dikendalikan oleh nonmuslim. Jika ditinjau dari segi hukum perserikatan Islam, asuransi konvensional hukumnya haram. Hal ini dikarenakan dalam operasional asuransi konvensional mengandung unsur gharar, maisir, dan riba. Pendapat ini disepakati oleh banyak ulama. Di Malaysia, pernyataan bahwa asuransi konvensional hukumnya haram diumumkan pada tanggal 15 juni 1972 di mana Jawatan Kuasa Fatwa Malaysia mengeluarkan keputusan bahwa praktik asuransi jiwa di Malaysia hukumnya menurut Islam adalah haram. Selain itu Jawatan kuasa kecil Malaysia dalam kertas kerjanya yang berjudul ke arah insurans secara Islami di Malaysia menyatakan bahwa asuransi masa kini mengikuti cara pengelolaan Barat dan sebagian operasinya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Asuransi konvensional hukumnya haram, kemudian dipikirkan dan dirumuskan dalam bentuk asuransi yang bisa terhindar dari ketiga unsur yang diharamkan Islam. Berdasarkan hasil analisis asuransi yang termuat dalam substansi hukum Islam tersebut dapat menghindarkan prinsip operasional asuransi dari unsur gharar, maisir dan riba. Dengan adanya keyakinan umat Islam di dunia dan keuntungan yang diperoleh melalui konsep asuransi syariah lahirlah berbagai perusahaan asuransi yang mengendalikan asuransi berlandaskan syariah. Perusahaan yang mewujudkan asuransi syariah ini bukan saja perusahaan orang Islam, namun juga berbagai perusahaan bukan Islam ikut terjun ke dalam usaha asuransi syariah (Dewi, 2006: 138). Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) itulah yang kemudian menjadi perumus dan pendiri asuransi takaful Indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) dan PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Kerugian). Pendirian dua perusahaan asuransi tersebut dimaksudkan untuk memenuhi Pasal 3 UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang menyebutkan bahwa perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah. Langkah awal yang dilakukan TEPATI dalam membentuk asuransi takaful di Indonesia adalah melakukan studi banding ke Syarikat Takaful Malaysia pada tanggal 7 sampai dengan 10 September 1993. Hasil studi banding tersebut kemudian diseminarkan di Jakarta pada tanggal 19 Pelaksanaan Asuransi Kebakaran Pada PT. Asuransi Takaful... 65

Oktober 1993 yang merekomendasikan untuk segera dibentuk Asuransi Takaful Indonesia. Langkah selanjutnya, TEPATI merumuskan dan menyusun konsep asuransi takaful serta mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah perusahaan asuransi. Akhirnya pada tanggal 25 Agustus 1994 Asuransi Takaful Indonesia berdiri secara resmi. Pendirian ini dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta. Izin operasional asuransi ini diperoleh dari Departemen Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor: Kep-385/ KMK.017/1994 tertanggal 4 Agustus 1994 (Dewi, 2006: 141). Saat ini perusahaan asuransi yang benar-benar secara penuh beroperasi sebagai perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Takaful Umum, Asuransi Mubarakah. Selain itu ada beberapa perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang syariah seperti MAA, Great Eastern, Tripakarta, Beringin life, Bumi Putra, Dharmala, dan Jasindo. Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta min, penanggung disebut Mu ammin, sedangkan tertanggung disebut mu amman lahu atau musta min. at-ta min memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, bebas dari rasa takut (Sula, 2004: 28), sebagaimana firman Allah dalam surat Quraisy ayat 4 yang berbunyi Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan (Quraisy: 4). Ayat di atas mendefinisikan istilah at-ta min, menta minkan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya, dan mobilnya. Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta min ke dalam tiga bagian, yaitu ta min at-taawuniy, ta min al tijari, dan ta min al hukumiy (Sula, 2004: 29). Menurut Mushtafa Ahmad Zarqa, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam 66 Jurnal Tamwil, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2015

hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya (Sula, 2004: 29). Ruang lingkup asuransi kebakaran meliputi benda-benda bergerak dan benda-benda tidak bergerak. Termasuk di dalamnya benda-benda atau barang-barang bergerak adalah karena kebakaran itu tidak hanya terjadi pada benda- benda tetap saja melainkan juga terjadi pada benda-benda bergerak yang ditempatkan di dalam benda tidak bergerak. Dalam Pasal 295 ayat (1) dan ayat (2) KUHD disebutkan sebagai berikut. Ayat (1) dalam halnya pertanggungan atas barang-barang bergerak dan barang-barang dagangan yang disimpan dalam sebuah rumah, gudang, atau tempat penyimpanan maka apabila alat-alat pembuktian yang disebutkan dalam Pasal 273, 274, dan 275 KUHD tidak ada atau kurang sempurna, dapatlah hakim memerintahkan sumpah kepada si tertanggung. Ayat (2) kerugian harus dihitung menurut harga barang yang dipertanggungkan pada saat terjadinya kebakaran. Maksud dari Pasal 295 ayat (1) KUHD menyatakan adanya perbedaan antara asuransi barang di mana hakim berwenang untuk menyuruh si terjamin bersumpah bahwa keterangannya benar. Kemudian maksud dari Pasal 295 ayat (2) KUHD adalah di mana kerugian yang diderita oleh terjamin adalah harga nilai barangbarang pada waktu terjadi kebakaran tetapi apabila barang-barang itu masih ada sisanya yang berharga, maka kerugian yang diderita itu adalah perbedaan antara harga barang-barang itu sebelum dan sesudah ada kebakaran. Pasal 287 KUHD yang harus dimuat khusus dalam polis asuransi kebakaran oleh pembentuk Undang-Undang diberi arti penting kepada letak bangunan yang dijamin. Di situ dikatakan bahwa dalam polis disebutkan bangunan apa yang menempel atau yang berdekatan dengan barang-barang yang dijamin dan harus disebutkan cara-cara pemakaian bangunan itu, tujuannya agar dapat dipikirkan sampai di mana terdapat risiko terhadap barang-barang yang dijaminkan.pada pertanggungan mengenai hak milik yang berupa gedung, tertanggung dapat minta diperjanjikan bahwa 1) kerugian yang timbul pada gedung itu supaya diganti; 2) gedung itu supaya dibangun kembali; dan 3) gedung itu supaya diperbaiki. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang di awali dengan pengisian data oleh calon tertanggung pada Surat Permohonan Penutupan Asuransi Pelaksanaan Asuransi Kebakaran Pada PT. Asuransi Takaful... 67

Kebakaran (SPPAK). Setelah dilakukan kata mufakat oleh kedua belah pihak PT. Asuransi Takaful Umum menerbitkan atau membuat polis atau Polis Standar kebakaran Indonesia (PSKI) 2. Pelaksanan pengajuan dan pembayaran klaim pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang dimulai dengan pengisian formulir laporan klaim oleh tertanggung dan penyerahan polis beserta berita acara mengenai peristiwa kebakaran, berikut rincian tentang penyebab kerugian dan kerusakan. 3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuransi kebakaran pada PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang biasanya berasal dari peserta asuransi kebakaran itu sendiri. Pihak tertanggung sering tidak membaca dan memahami isi dari perjanjian yang terdapat dalam PSKI. SARAN 1. Dalam pelaksanaan asuransi kebakaran, sebelum perjanjian asuransi kebakaran ditandatangani dan pada saat tertanggung menerima polis agar membaca, memahami dan mengerti isi dari Polis Standar Kebakaran Indonesia yang diterbitkan oleh perusahan asuransi. Hal ini semata-mata untuk menghindari terjadinya salah pengertian dalam pelaksanaan asuransi kebakaran nantinya. 2. Dalam pelaksanaan pembayaran ganti kerugian (klaim), pihak asuransi agar melakukan penyuluhan secara intensif kepada tertanggung sejelas- jelasnya, sehingga apabila terjadi peristiwa kebakaran maka tertanggung dapat segera melengkapi data-data atau dokumen klaim yang diperlukan dalam mengajukan tuntutan ganti kerugian kepada tertanggung. 3. Mengingat sering terjadi peristiwa kebakaran akhir-akhir ini, maka untuk mengurangi beban resiko yang mungkin akan timbul sebaiknya masyarakat mengasuransikan harta bendanya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi. Memang diakui masih sedikit masyarakat yang menggunakan jasa asuransi, maka dari itu pihak asuransi harus lebih mensosialisasikan produk asuransi yang ditawarkan sehingga masyarakat tertarik menjadi peserta asuransi. KEPUSTAKAAN ACUAN Ali, Hasymi. (1993). Pengantar Asuransi. Jakarta: PT. Bumi Aksara 68 Jurnal Tamwil, Vol. I, No. 2, Juli-Desember 2015

Darmawi, Herman. (2000). Manajemen Asuransi. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dewi, Gemala. (2006). Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Kecana Gunanto. (1984). Polis Asuransi Kebakaran Indonesia. Jakarta: Tira Pustaka Moleong, Lexy, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Prakoso, Djoko dan Murtika, I Ketut (2004). Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Simanjutak, Emmy Pangaribuan (1990). Hukum Pertanggungan. Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA Sula, Muhammad Syakir. (2004). Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Wirdyaningsih. (2005). Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Salim, Abbas. (2000). Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Pelaksanaan Asuransi Kebakaran Pada PT. Asuransi Takaful... 69