BAB II DASAR TEORI BATAS DARAT

dokumen-dokumen yang mirip
2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan

BAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG STANDARDISASI SARANA, PRASARANA DAN PELAYANAN LINTAS BATAS ANTAR NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI PENGANTAR

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Rencana Strategis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI BATAS DARAT 2.1 Konsep Dasar Pasal 1 Montevideo Convention on The Right and Duty of The States tahun 1993, menetapkan bahwa sebagai suatu kesatuan negara harus memiliki empat kualifikasi yaitu memiliki penduduk yang tetap, wilayah dengan batas-batas yang jelas, pemerintahan yang efektif, dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain. Muatan produk hukum tersebut diatas dapat diletakkan pada perspektif kedaulatan sebuah negara, dimana penegasan batas wilayah negara merupakan manifestasi dari kedaulatan sebuah negara. Dalam batas-batas tersebut, sebuah negara memiliki hak berdaulat yang dilaksanakan secara penuh (complete and exclusive souvereignty ) dalam upaya mewujudkan visi dan tujuannya. Pasal 1 ayat 4 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA Batas Wilayah Negara adalah garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional.perbatasan sebuah negara (state s border) dapat dipandang dalam konsep batas negara sebagai sebuah ruang geografis (geographical space) dan atau batas negara sebagai ruang sosial-budaya (socialculture space). Berdasarkan konsepbatas negara tersebut dilakukan kajian-kajian dan analisis berkaitan dengan permasalahan batas wilayah antar negara. Permasalahan batas wilayah antar negara dapat meliputi permasalahan batas darat dan atau batas laut yang dapat meliputi permasalahan teknis dan non-teknis. Terdapat tiga aspek pokok dalam menyikapi permasalahan batas wilayah negara dalam kerangka penyelesaian masalah secara terpadu, ketiga aspek tersebut adalah aspek kelembagaan, aspek hukum dan aspek teknis. Ketiga aspek tersebut 6

memiliki keterkaitan dan perlu difungsikan secara optimal dalam menyelesaikan permasalahan perbatasan khususnya dalam memberikan kerangka penataan kawasan perbatasan yang mengedepankan aspek kesejahteraan (prosperity) selain aspek keamanan (security). Perbatasan (borders) dipahami sebagai suatu garis yang dibentuk oleh alam atau unsur buatan manusia yang memisahkan wilayah suatu negara yang secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah negara lain. Namun sesungguhnya pengertian mengenai perbatasan tidak sesederhana itu, karena di dalamnya juga mengandung beberapa dimensi lain, yaitu antara lain garis batas (border lines), sepadan (boundary) dan perhinggaan (frontier), yang tentu merupakan persoalan politik. Secara umum, konsep garis batas tidak hanya merupakan garis demarkasi yang memisahkan sistem hukum yang berlaku antar negara, tetapi juga merupakan contact point (titik singgung) struktur kekuatan teritorial nasional dari negaranegara yang berbatasan. Garis batas ini pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu [May. Inf. Slamet, 2011]: ke dalam, untuk pengaturan administrasi pemerintahan dan penerapan hukum nasional dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara, dan keluar, berkaitan dengan hubungan internasional, untuk menunjukan hakhak dan kewajiban menyangkut perjanjian bilateral, regional maupun internasional dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep kedua, perbatasan sebagai boundary merujuk pada tapal batas yang pasti, misalnya penghalang fisik atau segala sesuatu yang kasat mata.beberapa bentukan geologis menentukan batas alami seperti gunung, danau atau sungai.di samping itu benda-benda buatan manusia seperti pilar tugu, kawat berduri, dinding beton atau Border Sign Post (BSP) juga dapat digunakan sebagai penanda batas antarnegara. 7

Konsep terakhir merujuk pada pemahaman perbatasan sebagai frontier yang bermakna daerah depan. Pada zaman dahulu, frontier ini dianalogikan sebagai daerah tempur, sehingga harus dikosongkan karena akan digunakan sebagai daerah tempat dilaksanakannya pertempuran. Garis perbatasan negara memiliki empat ciri dan tipe yaitu : tipe aliniasi, coexistent, interdependent dan integrated. Perbatasan negara Republik Indonesia (RI) dengan negara tetangga dalam hal ini adalah negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) memiliki ciri dan tipe interdependent, coexistent, dan integrated. Negara memiliki batas yang jelas dengan negara tetangga dan bila terdapat sengketa batas harus diselesaikan melalui perundingan dengan mengacu pada semangat kerjasama, persahabatan dalam pergaulan antar bangsa, dan berdasarkan prinsip-prinsip hukum nasional dan hukum internasional.secara sosio-kultural dan historis, dalam ciri dan tipe perbatasan RI dengan RDTL, masyarakat perbatasan nyaris tidak mengenal batas demarkasi yang jelas.ciri dan tipe perbatasan demikian tercermin dalam hubungan antara masyarakat perbatasan terutama di wilayah Timor. 2.2 Jenis-Jenis Garis Batas Darat Penarikan garis batas darat suatu negara ditetapkan berdasarkan koordinat titiktitik yang telah disepakati dalam perundingan batas antar negara yang terkait.garis batas tersebut ditetapkan secara alami (natural) dan secara buatan (artificial).jenis-jenis garis batas ini merujuk ke konsep garis batas yang kedua, yaitu perbatasan sebagai boundary merujuk pada tapal batas yang pasti, misalnya penghalang fisik atau segala sesuatu yang kasat mata.secara pasti disini bahwa garis batas darat antar negara harus jelas, dan harus ada penampakan yang mudah dideskripsikan. 8

2.2.1 Garis Batas Darat Alami (Natural) Garis batas darat alami merupakan bentukan bentang alam yang digunakan untuk tanda batas suatu negara.beberapa bentukan alami yang digunakan sebagai penanda batas adalah sungai dan atau gunung atau perbukitan. 1) Sungai Sungai merupakan bentukan alam alami yang dapat digunakan untuk penanda batas darat antar negara.spesifikasi sungai yang dapat digunakan sebagai penanda garis batas yaitu sungai yang panjang dan lebar, dan secara kasat mata dapat menunjukan tapal batas yang pasti. Jika yang digunakan sebagai tanda batas negara adalah sungai, maka penarikan garis batas antar negara dapat menggunakan dua metode, yaitu : Thalwegh sungai, yaitu garis batas yang ditetapkan berdasarkan garis yang menghubungkan angka-angka kedalaman maksimum sungai tersebut (Djunarsjah E, 2007). Gambar 2.1 Thalwegh Sungai Kedalaman sungai diukur menggunakan alat pengukur kedalaman, misalnya adalah echosounder. Titik kedalaman maksimum sungai tersebut jika ditarik garis terhadap titik-titik kedalaman maksimum 9

yang lainnya pada sungai tersebut, maka akan terbentuk sebuah garis. Garis yang terbentuk tersebut adalah garis batas antar negara yang ditandai oleh sungai tersebut. Median sungai, yaitu garis batas yang ditetapkan berdasarkan garis yang membagi lebar sungai sama panjang. Gambar 2.2 Median Sungai Median sungai membagi lebar sungai dari tepi kiri dan tepi kanan sungai sama panjang, dan garis yang terbentuk digunakan sebagai garis batas antar negara yang ditandai oleh sungai tersebut. 2) Gunung atau Punggung Bukit Gunung atau bukit adalah bentukan alami geologis yang secara kasat mata dapat menjadi pemisah antar negara.gunung atau bukit yang dijadikan sebagai tanda pemisah antar negara yang bersebelahan adalah gunung atau bukit yang tertinggi diantara gunung-gunung atau bukit-bukit yang lainnya.titik penanda garis batas biasanya terletak di punggungan gunung atau bukit.garis batas ditarik secara lurus dengan menghubungkan titiktitik (Bench Mark atau pilar) yang berada di punggungan gunung atau bukit.garis tersebut kemudian diproyeksikan ke permukaan tanah. 10

2.2.2 Garis Batas Darat Buatan (Artificial) Garis batas darat buatan adalah benda-benda buatan manusia yang digunakan sebagai penanda batas darat antar negara seperti pilar atau tugu, kawat berduri, dinding beton atau Border Sign Post (BSP). Gambar 2.3 Pilar Batas Gambar 2.4 Border Sign Post Koordinat titik-titik penanda ini telah disepakati secara bersama oleh negaranegara yang terkait dalam forum perundingan batas. 2.3 Fungsi Perbatasan Dari uraian subbab 2.1 diatas, menunjukan bahwa perbatasan darat memiliki arti yang sangat strategis. Perbatasan sebagai beranda terdepan yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain dan memiliki fungsi-fungsi yang melekat sangat kuat, yaitu pertahanan-keamanan, kesejahteraan dan lingkungan. [May. Inf. Slamet, 2011] Fungsi pertahanan-keamanan sangat terkait dengan pemahaman perbatasan secara geostrategis yang diyakini sebagai penjelmaan dari kedaulatan politik suatu negara. Makna yang terkait di dalamnya sangat luas, tidak hanya memberikan kepastian hukum atas yuridiksi wilayah teritorial Indonesia, tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek lain seperti kewenangan administrasi 11

pemerintahan nasional dan lokal, kebebasan navigasi, lalu lintas perdagangan, serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Sebagai wilayah batas antar negara, perbatasan juga merupakan sabuk keamanan (security belt) yang berada pada lingkaran prioritas pertama dalam strategi pertahanan keamanan Indonesia terhadap segala bentuk potensi ancaman dari luar.wilayah perbatasan sangat rentan terhadap pengaruh dari luar, baik dalam bentuk idiologi, politik, serta sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Perbatasan juga memiliki fungsi kesejahteraan.sebagai pintu gerbang negara, wilayah perbatasan tentu memiliki keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan negara tetangga.dalam konteks ini, wilayah perbatasan dipandang dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi perdagangan. Sehingga perbatasan dapat dilihat sebagai daerah kerja sama antar negara bersebelahan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di daerah perbatasan kedua negara. Fungsi ini sangat penting mengingat realitas kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan darat dengan Republik Demokratik Timor Leste masih terbelakang, dengan kondisi wilayah yang umumnya terpencil, tingkat pendidikan dan kesehatan rendah dan banyak dijumpai penduduk miskin. Apabila fungsi kesejahteraan dapat diwujudkan akan berdampak positif terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat perbatasan. Terciptanya kesejahteraan masyarakat akan berdampak langsung terhadap daya tangkal terhadap berbagai kegiatan illegal maupun provokasi pihak lawan yang dapat membahayakan kedaulatan negara. Dengan kata lain, terlaksananya fungsi kesejahteraan di wilayah perbatasan dapat secara efektif membantu menciptakan suatu kekuatan ipoleksosbud dan pertahanan keamanan. Fungsi ketiga adalah fungsi lingkungan dimana fungsi ini terkait dengan karakteristik di wilayah perbatasan sebagai pintu gerbang negara yang mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan di wilayah lainnya yang berbatasan baik dalam lingkup nasional maupun regional. 12

2.4 Masalah Demarkasi dan Ancaman di Wilayah Perbatasan Perbatasan suatu negara memiliki peran yang sangat strategis dimana perbatasan adalah sebagai pintu gerbang antar negara.segala kegiatan di wilayah perbatasan dapat mempengaruhi kedaulatan dan yuridiksi negara baik di darat maupun di laut, serta mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan keamanan suatu negara.atas dasar hal tersebut, perbatasan negara perlu mendapat perhatian dan dicermati perkembangannya.salah satu aspek penting yang perlu diamati lebih lanjut dalam kerangka hubungan bilateral kedua negara yang bersebelahan adalah masalah keamanan di wilayah perbatasan kedua negara.persoalan-persoalan keamanan di wilayah perbatasan berkaitan dengan hal utama yang menyangkut persoalan keamanan konvensional.persoalan keamanan konvensional lebih berfokus pada isu-isu yang merupakan ancaman terhadap wilayah, kedaulatan, ideologi dan identitas negara terutama yang bersumber dari faktor-faktor eksternal. Secara garis besar, ancaman keamanan konvensional di perbatasan suatu negara terutama batas darat, dapat disebabkan oleh demarkasi dan segmen yang bermasalah, dan infiltrasi yang disebabkan oleh konflik internal dan situasi politik dan keberadaan eks-pengungsi. 2.4.1 Demarkasi dan Segmen yang Bermasalah Kejelasan mengenai garis batas wilayah darat dan laut merupakan suatu masalah yang penting bagi kedua negara. Demarkasi memberikan kepastian hukum atas yuridiksi wilayah teritorial suatu negara, yang di dalamnya terkait kedaulatan wilayah negara. Kedaulatan wilayah negara tidak hanya menyangkut batas teritorial negara, tetapi juga menyangkut aspek lainnya, seperti pertahanan keamanan, kebebasan navigasi, lalu lintas perdagangan, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan lain sebagainya.kejelasan garis batas wilayah juga penting untuk menghindari potensi konflik perebutan atas klaim suatu wilayah 13

tertentu.secara teoritis ada sembilan aspek yang sering menjadi alasan klaimsuatu wilayah oleh sebuah negara, yakni [Batara A. G.] : 1. Perjanjian (treaties), merupakan klaim paling umum yang didasarkanoleh perjanjian internasional dan cenderung melahirkan minimalisasikonflik dan lebih persuasif. 2. Geografi (geography), merupakan klaim klasik berdasarkan batas alam. 3. Ekonomi (economy), merupakan klaim berdasarkan kepastian untukkelangsungan hidup atau pembangunan negara. 4. Kebudayaan (culture), merupakan klaim berdasarkan batasan etnikbangsa yang mencakup bahasa, keturunan, atau karakteristik budayalainnya. 5. Kontrol efektif (effective control), merupakan klaim berdasarkaneksistensi administrasi wilayah dan populasi penduduk. Seringkali disebutklaim wilayah yang terkuat dibawah hukum internasional. 6. Sejarah (history), merupakan klaim berdasarkan penentuan sejarahkepemilikan pertama atau durasi (lamanya kepemilikan). 7. Utis posidetis, klaim wilayah yang didasarkan pada doktrin Utis posidetis,artinya negara yang baru merdeka mewarisi batas administratif yangdibentuk oleh penguasa kolonial. 8. Elitisme (elitism), merupakan klaim berdasarkan kemampuan teknologi. 9. Ideologi (Ideology), merupakan klaim yang didasarkan pada identifikasiunik dengan wilayah atau dengan kata lain ekspansi ideologi. 2.4.2 Infiltrasi Infiltrasi dalam hal ini adalah masuknya penduduk dari suatu negara tanpa adanya ijin secara resmi dengan maksud tertentu dan sebagian besar karena faktor-faktor politik dan ekonomi.beberapa alasan adanya infiltrasi dikarenakan masalahmasalah politik internal dan masalah pengungsi. 2.4.2.1 Konflik Internal dan Situasi Politik 14

Konflik internal dan situasi politik suatu negara dapat menyebabkan sebagian masyarakat perbatasan menyeberang ke negara tetangga. Penduduk suatu negara akan merasa terancam jika negaranya mengalami konflik internal dan situasi politik yang memanas, sehingga penduduk akan mencari tempat yang aman untuk hidup mereka, salah satunya adalah masuk ke wilayah negara lain. Masuknya penduduk negara lain akan mengganggu stabilitas wilayah suatu negara, terutama bila wilayah negara tetangga tersebut dijadikan sebagai basis perlawanan bagi salah satu pihak yang berkonflik di negara asalnya. Antisipasi konflik internal secara berkelanjutan dapat mencegah hal yang demikian, karena konflik internal di suatu negara juga akan berimbas ke negara di sebelahnya. 2.4.2.2 Keberadaan Eks-pengungsi Persoalan eks-pengungsi dan milisi suatu negara yang bermukim di wilayah negara tetangga merupakan salah satu permasalahan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.keterbatasan ekonomi dan keterbatasan perhatian pemerintah terhadap eks-pengungsi di wilayah perbatasan yang saat ini kondisinya masih kurang terperhatikan, berpotensi menimbulkan gangguan keamanan di masa mendatang yang harus diantisipasi. 2.5 Pengelolaan Perbatasan Pengelolaan perbatasan negara secara konseptual memiliki tiga domain pokok yaitu dalam kerangka menjamin keutuhan wilayah negara, kedaulatan negara, dan ketertiban di kawasan perbatasan negara demi kepentingan kesejahteraan segenap bangsa, menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara dan kawasan perbatasan, termasuk pengawasan batas-batasnya. Pengelolaan perbatasan negara sifatnya sistemik dan integral mengacu pada sejumlah prinsip utama, yaitu : kedaulatan, kebangsaan, kenusantaraan, keadilan, keamanan, ketertiban dan kepastian hukum, kerjasama, kemanfaatan dan pengayoman. 15

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 43 tentang Wilayah Negara. Beberapa hal pokok yang diatur antara lain : 1. Pengaturan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam pengelolaan batas wilayah dan kawasan negara. Pemda memiliki kewenangan besar dalam upaya pembangunan sosial dan ekonomi; 2. Mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola di tingkat Pusat dan Daerah sebagai upaya untuk meningkatkan sinergitas pembangunan antarsektor dan antara pusat-daerah. Badan ini yang diberi tugas untuk mengelola Batas Wilayah dan Kawasan Perbatasan dalam hal penetapan kebijakan dan program, penetapan rencana kebutuhan anggaran, pengkoordinasian pelaksanaan dan pelakanaan evaluasi, dan pengawasan; serta 3. Perumusan keikutsertaan masyarakat asli pribumi dalam menjaga dan mempertahankan wilayah negara termasuk kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan dikelola oleh instansi berwenang yang ditetapkan oleh Undang-Undang.Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA Pasal 1 ayat 11, Badan Pengelola adalah badan yang diberi kewenangan oleh Undang-Undang ini di bidang pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan.Dalam hal ini badan pengelola adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berwenang dalam mengatur kawasan perbatasan. Adapun kewenangan Pemerintah Pusat dalam mengelola kawasan perbatasan sesuai dengan pasal 10 ayat 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA adalah : 16

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan; b. Mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional; c. Membangun atau membuat tanda Batas Wilayah Negara; d. Melakukan pendataan dan pemberian nama pulau dan kepulauan serta unsur geografis lainnya; e. Memberikan izin kepada penerbangan internasional untuk melintasi wilayah udara teritorial pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; f. Memberikan izin lintas damai kepada kapal-kapal asing untuk melintasi laut teritorial dan perairan kepulauan pada jalur yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan; g. Melaksanakan pengawasan di zona tambahan yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan perundangundangan di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi, atau saniter di dalam Wilayah Negara atau laut teritorial; h. Menetapkan wilayah udara yang dilarang dilintasi oleh penerbangan internasional untuk pertahanan dan keamanan; i. Membuat dan memperbarui peta Wilayah Negara dan menyampaikannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali; dan j. Menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan Wilayah Negara serta Kawasan Perbatasan. Kewenangan-kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola kawasan perbatasan sesuai dengan Pasal 11 ayat 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA adalah : 17

a. Melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b. Melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan; c. Melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar Pemerintah Daerah dan/atau antara Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga; dan d. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota. 2.5.1 Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan Untuk menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan beranda depan yang berinteraksi positif dengan negara tetangga, diperlukan upaya dan komitmen dari seluruh komponen bangsa, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, legislatif, dunia usaha, masyarakat adat dan sebagainya. Dari pemerintah diperlukan adanya kebijakan nasional dan strategi pengembangan serta investasi sarana dan prasarana fisik dasar seperti jalan, pelabuhan, air bersih, listrik dan sebagainya.pihak legislatif perlu mendukung setiap kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan perbatasan, sedangkan dari dunia usaha diperlukan dukungan investasi bagi pengembangan pertumbuhan ekonomi seperti kawasan-kawasan perdagangan, industri, pariwisata, dan kawasan lainnya.bagi masyarakat di sekitar wilayah perbatasan seperti masyarakat adat, perlu diikutsertakan secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan karena mereka merasa memiliki hak-hak ulayat yang telah ada sejak sebelum Republik ini berdiri. Namun pengorbanan masyarakat adat ini perlu disertai dengan reward kepada mereka yang diatur secara adil dan transparan. Strategi pengembangan kawasan perbatasan secara umum meliputi : 1. Menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang ke negara tetangga 2. Membangun kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity), keamanan (security), dan lingkungan (environment) secara serasi. 18

3. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatankecamatan yang langsung berbatasan secara selektif dan bertahap sesuai prioritas dan kebutuhan. 4. Meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis (tropical forest) dan kawasan konservasi, serta mengembangkan kawasan budidaya secara produktif bagi kesejahteraan masyarakat lokal. 5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, perhubungan dan informasi. 6. Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan dan ekonomi dengan negara tetangga. Sedangkan strategi pengembangan kawasan perbatasan secara khusus harus disesuaikan dengan kondisi potensi dan masalah di masing-masing kawasan perbatasan. Beberapa model pengembangan kawasan perbatasan darat yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi kawasan perbatasan yang ada antara lain sebagai pusat pertumbuhan, transito, stasiun riset dan pariwisata alam, serta agropolitan. 2.5.2 Kinerja Pembangunan Kawasan Perbatasan Kinerja pembangunan kawasan perbatasan merupakan kerangka utama dalam upaya mempertahankan wilayah kedaulatan negara. Adapun kinerja-kinerja pembangunan kawasan perbatasan antara lain : a. Penetapan garis batas, meliputi kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut : 1. Perundingan dan penetapan batas dengan negara tetangga. 2. Survei dan pemetaan bersama. 3. Pembuatan, perapatan, penegasan, dan pemeliharaan patok-patok perbatasan. 4. Penyelesaian masalah perbatasan. 19

b. Pengamanan wilayah perbatasan, meliputi kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut : 1. Pembukaan dan peningkatan pelayanan imigrasi, bea cukai, dan karantina di Pos Lintas Batas; 2. Pembangunan dan peningkatan pos pengamanan perbatasan dan pos polisi beserta sarana pendukungnya; 3. Pembangunan tugu batas, dermaga, suar, sarana komunikasi; 4. Patroli darat, laut dan udara, dan; 5. Penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan ilegal. c. Pengembangan wilayah, meliputi kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut (dilaksanakan Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah terkait) : 1. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan, jaringan irigasi, prasarana air baku dan sarana permukiman di beberapa wilayah perbatasan. 2. Peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan. 3. Pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana transportasi darat, laut dan udara, penyediaan subsidi angkutan di wilayah perbatasan tertentu. 4. Penyediaan layanan pos, telekomunikasi, dan informasi di sejumlah desa perbatasan. 5. Pemberian insentif untuk pendirian wilayah ekonomi khusus (seperti wilayah perdagangan bebas, wilayah industri, dll.). 6. Pembangunan pasar dan marketing point/sarana promosi ekspor pada beberapa daerah. 7. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana ketenagalistrikan. 8. Penyediaan air bersih dari sumur bor/air bawah tanah. 9. Pemberian bantuan sarana produksi kepada masyarakat. 20

10. Pemberdayaan sosial ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial Komunitas Adat Terpencil. 11. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 12. Pembinaan sentra-sentra produksi. 13. Kerjasama pembangunan sosial ekonomi dengan negara tetangga. 14. Pelaksanaan koordinasi pembangunan wilayah perbatasan. 15. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah perbatasan. 16. Penyiapan permukiman, perpindahan, dan penempatan transmigran. BAB III 21