OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.04/2017 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

No fungsi pengawasan Transaksi Efek bersifat utang dan Sukuk, para Pihak tersebut diwajibkan untuk menyampaikan laporan atas Transaksi Efek ya

TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA. Nomor : Kep-00405/BEI/ Perihal : Pelaporan Transaksi Efek Melalui Centralized Trading

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2017 TENTANG SUBREKENING EFEK PADA LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUMUMAN HARIAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA TERBUKA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH BURSA EFEK

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. /2015 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Peraturan KSEI No. I-C Tentang Sub Rekening Efek (Lampiran Surat Keputusan Direksi KSEI No. KEP- 0029/DIR/KSEI/1217 tanggal 22 Desember 2017)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN OLEH LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN BULANAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET. BAB I KETENTUAN UMUM

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN PEMERINGKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan integritas pasar, memperbaiki kualitas pembentukan harga di pasar dan memperkuat fungsi pengawasan Transaksi Efek bersifat utang dan Sukuk, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pelaporan Transaksi Efek. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4236); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4852); 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 2. Partisipan adalah Perantara Pedagang Efek, Bank, atau Pihak lain yang disetujui Otoritas Jasa Keuangan, yang menggunakan sistem dan/atau sarana pelaporan Transaksi Efek dan terdaftar pada Penerima Laporan Transaksi Efek. 3. Penerima Laporan Transaksi Efek, yang selanjutnya disingkat PLTE, adalah Pihak yang ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk menyediakan sistem dan/atau sarana dan menerima pelaporan Transaksi Efek. 4. Transaksi Efek adalah setiap aktivitas atau kontrak dalam rangka memperoleh, melepaskan, atau menggunakan Efek yang mengakibatkan terjadinya pengalihan kepemilikan atau tidak mengakibatkan terjadinya pengalihan kepemilikan. Pasal 2 Setiap Pihak dapat melakukan Transaksi Efek di pasar sekunder, baik di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek. BAB II PELAPORAN TRANSAKSI EFEK

-3- Bagian Kesatu Transaksi Efek Yang Wajib Dilaporkan Pasal 3 Transaksi Efek yang wajib dilaporkan sesuai dengan peraturan ini adalah transaksi atas: (1) Efek bersifat utang dan Sukuk yang telah dijual melalui Penawaran Umum; (2) obligasi konversi yang diterbitkan dalam rangka penambahan modal dengan atau tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; (3) Surat Berharga Negara; dan (4) Efek lain yang ditetapkan oleh OJK untuk dilaporkan, yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Pasal 4 Transaksi Efek yang wajib dilaporkan mencakup jenis transaksi sebagai berikut: a. jual beli putus (outright); b. hibah atau hibah wasiat; c. hadiah, sumbangan, gratifikasi, dan sejenisnya; d. warisan; e. tukar menukar; f. pengalihan karena penetapan pengadilan; g. pengalihan karena penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan; h. pinjam meminjam; i. transaksi Repurchase Agreement; j. pemindahbukuan Efek yang dilakukan oleh Pihak dengan identitas yang sama; k. pembelian kembali (buy back); l. peralihan Efek dalam rangka penciptaan dan pembelian kembali (pelunasan) Unit Penyertaan Reksa Dana yang diperdagangkan di Bursa Efek;

-4- m. konversi menjadi Efek lain; n. penjaminan Efek selain dalam rangka Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa yang ditempatkan pada Lembaga Kliring dan Penjaminan; dan o. jenis transaksi lain yang ditetapkan oleh OJK. Bagian Kedua Mekanisme Pelaporan Pasal 5 Laporan atas Transaksi Efek wajib disampaikan secara elektronik dengan menggunakan sistem dan/atau sarana yang disediakan oleh PLTE. Pasal 6 Hal-hal yang wajib dilaporkan dalam sistem dan/atau sarana sebagaimana dimaksud Pasal 5 mencakup: a. nama dan seri Efek; b. nama dan nomor tunggal identitas Pemodal (single investor identification) Pihak penjual/ pemilik awal/ pemilik rekening serah; c. nama dan nomor tunggal identitas Pemodal (single investor identification) Pihak pembeli/ pemilik akhir/ pemilik rekening terima; d. jenis rekening Efek (rekening sendiri atau rekening nasabah); e. harga transaksi; f. imbal hasil (yield to maturity); g. volume transaksi; h. nilai transaksi; i. Waktu transaksi (tanggal, jam, menit dan detik) transaksi; j. waktu pelaporan atau waktu instruksi kepada Partisipan;

-5- k. jenis transaksi; l. tanggal penyelesaian transaksi; m. status kepemilikan; n. nama Kustodian; o. nama Perantara Pedagang Efek; p. identitas Partisipan; q. NPWP (jika ada); r. tingkat harga dan jangka waktu transaksi khusus untuk transaksi pinjam meminjam; dan s. jenis Transaksi Repurchase Agreement, tanggal kontrak, mata uang kontrak, tingkat harga, jangka waktu transaksi, marjin awal atau haircut Efek, dan status sebagai prinsipal/agen khusus untuk Transaksi Repurchase Agreement. Pasal 7 Setiap Pihak yang melakukan Transaksi Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib menyampaikan laporan atas setiap Transaksi Efek yang dilakukannya kepada OJK melalui PLTE, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan di Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, pelaporan atas Transaksi Efek tersebut dilakukan oleh : (1) Partisipan melalui Bursa Efek atau penyelenggara pasar lainnya; dan (2) Partisipan atas informasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 yang belum dilaporkan melalui Bursa Efek atau penyelenggara pasar lainnya. b. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, dan Transaksi Efek tersebut dilakukan oleh atau melalui Partisipan, pelaporan atas Transaksi Efek tersebut otomatis dilakukan oleh Partisipan. c. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, dan

-6- Transaksi Efek tersebut dilakukan tidak melalui Partisipan namun penyelesaiannya dilakukan melalui Partisipan, pelaporannya otomatis dilakukan oleh Partisipan yang menyelesaikan Transaksi Efek dimaksud. d. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, dan Transaksi Efek serta penyelesaiannya dilakukan tidak melalui Partisipan, pelaporan atas Transaksi Efek tersebut wajib dilakukan melalui Partisipan yang ditunjuk oleh Pihak yang melakukan Transaksi Efek dimaksud. e. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan dengan Pemerintah atau Bank Indonesia di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, pelaporan atas Transaksi Efek tersebut wajib dilakukan oleh lawan transaksi melalui Partisipan sesuai dengan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, atau huruf d. f. Dalam hal Transaksi Efek adalah konversi menjadi Efek lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf m, pelaporan atas Transaksi Efek tersebut wajib dilakukan oleh Pihak yang mengkonversi menjadi Efek lain tersebut melalui Partisipan sesuai dengan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam huruf b, huruf c, atau huruf d. Pasal 8 Waktu pelaporan atas Transaksi Efek wajib disampaikan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal pelaporan Transaksi Efek dilakukan melalui Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya dan Partisipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a maka: (1) Partisipan melalui Bursa Efek atau penyelenggara pasar lainnya wajib melaporkan data perdagangan atas setiap transaksi dimaksud seketika setelah

-7- transaksi terjadi (real time) sesuai dengan data Transaksi Bursa atau data transaksi pada penyelenggara pasar lainnya; dan (2) Partisipan wajib melaporkan informasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 yang belum dilaporkan melalui Bursa Efek atau penyelenggara pasar lainnya paling lambat pada hari yang sama dengan Transaksi Efek dilakukan. b. Dalam hal pelaporan Transaksi Efek dilakukan oleh atau melalui Partisipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, Partisipan wajib melaporkan setiap Transaksi Efek sesegera mungkin paling lambat 30 (tiga puluh) menit dengan ketentuan: (1) setelah Transaksi Efek terjadi jika Transaksi Efek dilakukan oleh atau melalui Partisipan; atau (2) jika Transaksi Efek tidak dilakukan melalui Partisipan, maka: (a) setelah instruksi penyelesaian diterima oleh Partisipan apabila penyelesaian Transaksi Efek dimaksud dilakukan melalui Partisipan dimaksud. (b) setelah Partisipan menerima laporan Transaksi Efek apabila penyelesaian Transaksi Efek dimaksud dilakukan tidak melalui Partisipan dimaksud. (3) Khusus untuk pelaporan nama Kustodian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf n wajib disampaikan dengan ketentuan paling lambat: (a) pada akhir hari Transaksi Efek, jika Transaksi Efek dilakukan melalui Partisipan; atau (b) pada akhir hari diterimanya pelaporan atau instruksi penyelesaian Transaksi Efek oleh Partisipan, jika Transaksi Efek tidak dilakukan melalui Partisipan.

-8- c. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan oleh Pihak yang saling memiliki hubungan Afiliasi di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya, Partisipan wajib melaporkan Transaksi Efek dimaksud melalui mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f paling lambat pada hari yang sama dengan Transaksi Efek dilakukan. d. Dalam hal Transaksi Efek dilakukan di luar Bursa Efek dan/atau penyelenggara pasar lainnya atas obligasi yang telah jatuh tempo dengan ketentuan: (1) tidak lagi tercatat dan tidak dapat diperdagangkan di Bursa Efek atau penyelenggara pasar lainnya; (2) masih dalam proses restrukturisasi; dan/atau (3) masih dalam proses sengketa, baik di pengadilan maupun di luar pengadilan, namun masih diperdagangkan di pasar sekunder, Partisipan wajib melaporkan Transaksi Efek dimaksud melalui mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f paling lambat pada hari yang sama dengan Transaksi Efek dilakukan. e. OJK dapat menetapkan kriteria lainnya yang berbeda dari pengaturan sebagaimana dimaksud dalam huruf d. Pasal 9 Ketentuan jam pelaporan ditetapkan oleh PLTE dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Dalam hal Transaksi Efek terjadi, dilaporkan, atau diinstruksikan penyelesaiannya kepada Partisipan sebelum jam pelaporan, batas waktu pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 3 dan ayat 4 dihitung sejak jam pelaporan dibuka pada hari yang sama dengan Transaksi Efek terjadi atau Transaksi Efek dilaporkan kepada Partisipan; (2) Dalam hal Transaksi Efek terjadi, dilaporkan, atau

-9- diinstruksikan penyelesaiannya kepada Partisipan kurang dari 30 (tiga puluh) menit sebelum penutupan jam pelaporan, batas waktu pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 3 dan 4 dihitung sejak Transaksi Efek terjadi, dilaporkan, atau diinstruksikan penyelesaiannya kepada Partisipan pada jam pelaporan hari yang sama ditambah dengan sisa waktu pelaporan pada jam pelaporan hari berikutnya. (3) Dalam hal Transaksi Efek terjadi, dilaporkan atau diinstruksikan penyelesaiannya kepada Partisipan setelah jam pelaporan, batas waktu pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 3 dan ayat 4 dihitung sejak jam pelaporan dibuka pada hari kerja selanjutnya sejak Transaksi Efek terjadi atau transaksi dilaporkan kepada Partisipan. Pasal 10 Penyampaian laporan Transaksi Efek tidak dikenakan biaya. Bagian Keempat Koreksi atau Pembatalan Atas Pelaporan Transaksi Efek Pasal 11 Partisipan dapat melakukan koreksi atas pelaporan Transaksi Efek pada saat sebelum atau setelah pelaksanaan penyelesaian, dalam hal adanya kesalahan data pelaporan Transaksi Efek, perubahan data Transaksi Efek yang dilaporkan atau kondisi tertentu. Pasal 12 Partisipan dapat melakukan pembatalan atas pelaporan Transaksi Efek pada saat sebelum pelaksanaan penyelesaian, dalam hal adanya kesalahan data pelaporan Transaksi Efek, perubahan data Transaksi Efek yang dilaporkan atau kondisi tertentu. Pasal 13

-10- (1) Koreksi atau pembatalan atas pelaporan Transaksi Efek dapat dikenakan biaya. (2) Mekanisme dan tata cara koreksi atau pembatalan diatur lebih lanjut dalam ketentuan PLTE. Bagian Kelima Kewajiban PLTE Dan Partisipan Pasal 14 Pihak yang telah menyampaikan pelaporan Transaksi Efek melalui Partisipan berhak memperoleh bukti pelaporan Transaksi Efek yang disampaikan Partisipan kepada PLTE dari Partisipan. Pasal 15 PLTE wajib memberikan bukti atas pelaporan Transaksi Efek kepada Partisipan sesegera mungkin setelah pelaporan tersebut diterima PLTE. Pasal 16 PLTE wajib menyediakan data transaksi yang dapat diakses publik seketika setelah transaksi dilaporkan (real time) tanpa memungut biaya. Data transaksi yang wajib tersedia untuk publik antara lain memuat informasi tentang: a. nama dan seri Efek; b. harga transaksi; c. imbal hasil (yield to maturity); d. volume transaksi; e. nilai transaksi; f. jenis transaksi; g. tanggal penyelesaian transaksi; dan h. tingkat harga dan jangka waktu transaksi khusus untuk transaksi pinjam meminjam. i. jenis Transaksi Repurchase Agreement, tanggal kontrak, mata uang kontrak, tingkat harga, jangka waktu transaksi, marjin awal atau haircut Efek, dan

-11- status sebagai prinsipal/agen khusus untuk Transaksi Repurchase Agreement. Pasal 17 Dalam hal PLTE memberikan layanan tambahan, maka layanan tambahan dimaksud beserta biaya atas layanan tambahan tersebut wajib terlebih dahulu disetujui oleh OJK. Pasal 18 PLTE wajib menetapkan tata cara pendaftaran Partisipan, prosedur dan tata cara pelaporan, jam pelaporan, biaya yang dikenakan kepada Partisipan, sanksi berkaitan dengan penggunaan sistem, serta menyediakan sistem pelaporan elektronik yang dapat di akses oleh Partisipan, yang wajib terlebih dahulu disetujui oleh OJK. Pasal 19 PLTE wajib menyediakan sistem teknologi informasi kepada OJK yang memungkinkan OJK mengawasi pelaporan Transaksi Efek setiap saat. Pasal 20 PLTE wajib menjamin kerahasiaan data Transaksi Efek yang dilaporkan kepadanya selain data yang wajib disediakan kepada publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. Pasal 21 Partisipan wajib memberikan bukti atas pelaporan Transaksi Efek kepada Pihak yang melaporkan sesegera mungkin setelah pelaporan tersebut diterima Partisipan, paling lambat pada akhir hari pelaporan. Pasal 22 Partisipan yang ditunjuk untuk melakukan pelaporan Transaksi Efek wajib memuat dalam kontrak dengan Pihak yang melakukan Transaksi Efek mengenai kewajiban Pihak yang melakukan Transaksi antara Partisipan dan nasabahnya mengenai ketentuan kewajiban nasabah untuk

-12- menyampaikan laporan Transaksi Efek di luar Bursa Efek setelah terjadinya transaksi tersebut. Pasal 23 Dalam rangka menjaga kelangsungan pelaporan Transaksi Efek, PLTE menerapkan tata cara pelaporan Transaksi Efek dalam kondisi tertentu sesuai dengan rencana kelangsungan usaha (business continuity plan) yang telah memperoleh persetujuan OJK. BAB III PENGAWASAN TRANSAKSI EFEK Pasal 24 Dalam rangka pengawasan Transaksi Efek yang dilakukan OJK, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian menyampaikan setiap data penyelesaian Transaksi Efek kepada OJK melalui PLTE dengan menggunakan sistem pelaporan elektronik dan mewajibkan Kustodian untuk memasukkan nomor referensi pelaporan yang dihasilkan PLTE, nama dan seri Efek, harga transaksi serta volume transaksi pada instruksi penyelesaian yang disampaikan kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Pasal 25 Khusus untuk pengawasan pelaporan transaksi Surat Berharga Negara, OJK dapat meminta Bank Indonesia selaku Central Registry untuk menyampaikan setiap data penyelesaian transaksi Surat Berharga Negara kepada OJK melalui PLTE dengan menggunakan sistem pelaporan elektronik dan mewajibkan Sub registry, bank dan Pihak lain yang menjadi anggota Central Registry untuk memasukkan nomor referensi pelaporan yang dihasilkan PLTE, nama dan seri Efek, harga transaksi serta volume transaksi pada instruksi penyelesaian yang disampaikan kepada Central Registry. Pasal 26 Penggunaan nomor referensi pelaporan, nama dan seri Efek, harga transaksi serta volume transaksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 dan Pasal 24 serta informasi lain terkait penyelesaian Transaksi Efek diatur lebih lanjut dalam ketentuan PLTE. BAB IV KETENTUAN SANKSI Pasal 27 (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, OJK berwenang mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan OJK ini, termasuk pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut berupa: a. peringatan tertulis; b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha;

-14- e. pencabutan izin usaha; f. pembatalan persetujuan; dan g. pembatalan pendaftaran. (2) Ketentuan lebih lanjut atas pengaturan terkait mekanisme penghitungan denda akan diatur lebih lanjut melalui ketentuan PLTE. (3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f atau huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. (4) Sanksi administratif denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara bersama-sama dengan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f atau huruf g. (5) Sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dikenakan atas : a. keterlambatan Pelaporan Transaksi Efek yang disebabkan oleh Partisipan jual atau Partisipan beli; dan/atau b. keterlambatan melengkapi informasi nama Kustodian oleh Partisipan jual atau Partisipan beli. (6) Apabila Partisipan terlambat atau tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 dan ayat 4, Partisipan dapat dikenakan sanksi administratif berupa denda sesuai dengan akumulasi waktu keterlambatan atas semua transaksi yang dilakukan dalam satu bulan. (7) Besarnya sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) atas setiap jam keterlambatan pelaporan per laporan atau Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari per laporan, dengan ketentuan bahwa

-15- jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per laporan atau ditetapkan lain oleh OJK. (8) Pengenaan denda dapat dikecualikan dalam hal kondisi tertentu atau hal lain yang ditetapkan oleh OJK. Pasal 28 Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), OJK dapat melakukan tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan OJK ini. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Pada saat POJK ini mulai berlaku, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor KEP- 123/BL/2009 tanggal 29 Mei 2009 tentang Pelaporan Transaksi Efek, beserta Peraturan X.M.3 yang merupakan lampirannya; dan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 30. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN MULIAMAN D. HADAD

-16- Diundangkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA YASONNA M. LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR

-17- PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK I. UMUM Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang menetapkan kewenangan pengaturan dan pengawasan kegiatan di bidang jasa keuangan termasuk Pasar Modal beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan, maka Otoritas Jasa Keuangan berkepentingan untuk menciptakan Pasar Modal yang teratur, wajar, transparan dan efisien, dalam rangka meneruskan tugas dan fungsi Bapepam dan LK yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas yang melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal juga melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perdagangan Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditetapkan ketentuan yang harus dipenuhi oleh setiap Pihak yang melakukan Transaksi Efek atas Efek bersifat utang dan Sukuk di pasar sekunder. Hal ini mengingat Transaksi Efek dimaksud lebih banyak dilakukan di luar Bursa atau secara over the counter. Dalam rangka meningkatkan integritas pasar, memperbaiki kualitas pembentukan harga di pasar dan memperkuat fungsi pengawasan Transaksi Efek bersifat utang dan Sukuk, para Pihak

-18- tersebut diwajibkan untuk menyampaikan laporan atas Transaksi Efek yang dilakukannya melalui sistem dan/atau sarana penerimaan pelaporan Transaksi Efek yang diselenggarakan oleh Penerima Laporan Transaksi Efek. Pengaturan mengenai Pelaporan Transaksi Efek saat ini telah diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-123/BL/2009 tanggal 29 Mei 2009 (Peraturan Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek). Memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan penyempurnaan pengaturan pelaporan Transaksi Efek yang mencakup keseluruhan Transaksi Efek atas Efek bersifat utang dan Sukuk, baik di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek dengan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pelaporan Transaksi Efek yang merupakan perubahan dari Peraturan Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Transaksi di luar Bursa Efek dapat dilakukan melalui negosiasi antar Pihak secara langsung atau melalui sistem penyelenggara perdagangan lainnya selain Bursa Efek. Pasal 3 Ayat (1) Contoh atas Efek bersifat utang dan Sukuk yang telah dijual melalui Penawaran Umum antara lain Obligasi Korporasi, Sukuk Korporasi,

-19- Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Contoh atas Efek lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan untuk dilaporkan, yang diperdagangkan di pasar sekunder antara lain Medium Term Note. Penetapan tersebut akan dilakukan dalam bentuk SE atau SK OJK.

-20- Pasal 4 Huruf a Jual beli putus (outright) merupakan Transaksi Efek yang diikuti dengan adanya perpindahan kepemilikan Efek, termasuk transaksi jual beli putus yang dilakukan pada hari yang sama dengan hari penjatahan sebelum dilakukannya pencatatan (when issued). Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Tukar menukar merupakan penukaran Efek bersifat utang atau Sukuk melalui: 1. pembelian kembali (buy back) terlebih dahulu oleh Emiten atau Pemerintah, kemudian dilakukan penjualan Efek bersifat utang atau Sukuk penggantinya oleh Emiten atau Pemerintah (debt switching); atau 2. pembelian kembali (buy back) terlebih dahulu oleh Emiten atau Pemerintah, kemudian dilakukan penjualan Efek bersifat utang atau Sukuk yang sama oleh Emiten atau Pemerintah (re-issued). Huruf f

-21- Huruf g Huruf h Huruf i Yang dimaksud dengan transaksi Repurchase Agreement atau Transaksi Repo adalah kontrak jual atau beli Efek dengan janji beli atau jual kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. Huruf j Huruf k Huruf l Huruf m Huruf n Huruf o Pasal 5 Pasal 6 Huruf a

-22- Huruf b Dalam hal pihak yang melakukan Transaksi Efek belum memiliki SID, identitas yang dilaporkan cukup nama Pihak penjual/ pemilik awal/ pemilik rekening serah. Huruf c Dalam hal pihak yang melakukan Transaksi Efek belum memiliki SID, identitas yang dilaporkan cukup nama Pihak pembeli/ pemilik akhir/ pemilik rekening terima. Huruf d Huruf e Dalam hal transaksi Transaksi Repurchase Agreement, harga transaksi sama dengan harga pembelian. Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j

-23- Huruf k Huruf l Huruf m Status kepemilikan merupakan informasi kepemilikan oleh lokal atau asing. Huruf n Huruf o Huruf p Identitas partisipan merupakan kode partisipan PLTE. Huruf q NPWP merupakan NPWP dari pihak yang bertransaksi. Huruf r Huruf s Pasal 7 Huruf a Angka 1 Angka 2

-24- Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Pasal 8 Huruf a Angka 1 Angka 2 Huruf b Angka 1 Angka 2 Huruf a

-25- Huruf b Angka 3 Huruf a Huruf b Huruf c Transaksi Efek yang dilakukan oleh Pihak dengan pihak yang memiliki hubungan kepemilikan dan/atau pengendalian yang sama dan tidak mengakibatkan terjadinya pengalihan kepemilikan bukan merupakan informasi publik dan tidak digunakan dalam pembentukan harga pasar wajar (price discovery mechanism). Pihak yang memiliki hubungan manajemen yang sama, pengendalian yang sama atau pemegang saham utama dari Pihak tersebut yaitu: a. hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama; b. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut; c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau d. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama. Huruf d Angka 1

-26- Angka 2 Angka 3 Huruf e Pasal 9 Angka 1 Angka 2 Sebagai contoh: Transaksi Efek dilakukan oleh Partisipan pada hari Senin tanggal 20 Juni 2016 pukul 16.55 jam pelaporan PLTE dan operasional PLTE mulai pukul 09.30 17.00 WIB, batas waktu pelaporan Transaksi Efek bagi Partisipan yaitu pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2016 pukul 09.55 jam pelaporan PLTE. Angka 3 Pasal 10 Pasal 11 Kesalahan data pelaporan Transaksi Efek sebelum pelaksanaan penyelesaian mencakup koreksi atas data pelaporan, pembatalan salah satu pelaporan akibat duplikasi pelaporan Transaksi Efek, dan pembatalan Transaksi Efek. Kesalahan data pelaporan Transaksi Efek setelah pelaksanaan

-27- penyelesaian mencakup koreksi atas data pelaporan dan duplikasi pelaporan Transaksi Efek. Pasal 12 Pasal 13 Angka 1 Angka 2 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21

-28- Pasal 22 Pasal 23 Yang dimaksud dengan kondisi tertentu yaitu peristiwa dan/atau keadaan yang terjadi di luar kehendak dan/atau kemampuan PLTE dan/atau Partisipan yang mengakibatkan proses pelaporan melalui sistem PLTE tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pasal 24 Data penyelesaian Transaksi Efek meliputi data distribusi Efek pada pasar perdana maupun data penyelesaian Transaksi Efek di pasar sekunder. Pasal 25 Data penyelesaian transaksi Surat Berharga Negara meliputi data setelmen Surat Berharga Negara pada pasar perdana maupun data penyelesaian transaksi Surat Berharga Negara di pasar sekunder. Pasal 26 Pasal 27 Angka 1 Angka 2 Angka 3

-29- Angka 4 Angka 5 Partisipan jual yaitu Partisipan yang melakukan pelaporan transaksi jual, sedangkan Partisipan beli yaitu Partisipan yang melakukan konfirmasi pelaporan transaksi beli. Angka 6 Angka 7 Angka 8 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

-30-