BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGUJIAN KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Pasal 48 yang berbunyi :

polusi udara kendaraan bermotor

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JALAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 53

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]


KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEGAL NOMOR : 050/0781 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN. PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 8 /Per.Sup/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BUPATI SLEMAN,

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di suatu daerah diciptakan untuk membangun masyarakat

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori teori yang melandasi didalam pembangunan aplikasi yang akan dibuat.

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2000 T E N T A N G PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA BATU

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 6 TAHUN 1997 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari pelaksanaan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah hal hal yang berkenaan dengan melaksanakan ( Bambang Martijanto. 1992;345 ). Pengujian berkala kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa bagian bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan secara berkala. Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 49 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kendaraan dan Pengemudi, bahwa setiap kendaraan bermotor jenis mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang di impor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negri dan kereta umum yang akan diopersikan di jalan wajib dilakukan uji berkala dengan masa uji berkala yang berlaku selama 6 (enam) bulan. Pelaksanaan pengujian berkala dimaksudkan untuk : 1. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan. 2. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. 3. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Persyaratan teknis adalah persyaratan tentang susunan peralatan, perlengkapan, ukuran, bentuk, karoseri, pembuatan, rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, emisi gas buang, penggandengan dan penempelan kendaraan. Persyaratan teknis kendaraan bermotor meliputi : 1. Persyaratan rangka dan landasan 2. Persyaratan motor penggerak 3. Persyaratan system pembuangan 4. Sistem roda 5. Sistem suspensi 6. Persyaratan Alat Kemudi 7. Sistem rem 8. Lampu lampu dan alat pantul cahaya 9. Persyaratan komponen pendukung 10. Persyaratan badan kendaraan bermotor 11. Peralatan dan perlengkapan kendaran ( Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Kendaraan dan Pengemudi ). Persyaratan laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu operasi di jalan. Persyaratan laik jalan kendaraan bermotor meliputi : 1. Emisi gas buang kendaran bermotor 2. Kebisingan suara kendaran bermotor

3. Efisiensi sistem rem utama 4. Efisiensi sistem rem parker 5. Kincup roda depan 6. Tingkat suara klakson 7. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu 8. Radius putar 9. Alat penunjuk kecepatan 10. Kekuatan, unjuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing masing jenis, ukuran dan lapisan 11. Kedalaman alur ban luar. ( Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Kendaraan dan Pengemudi ). 2. 2. Dasar Hukum Pengujian Bekala Kendaraan Bermotor Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan semakin berkembangnya teknologi modern, dimungkinkan akan menimbulkan kondisi atau dampak yang kurang baik karena tidak adanya suatu keseimbangan. Guna menanggulangi ketidakseimbangan tersebut, agar tercipta kondisi lalu lintas dan angkutan yang tertib, aman, dan selamat, lancar, dan terkendali khususnya di bidang pengujian berkala kendaraan bermotor, maka aparat pemerintah dan masyarakat harus patuh pada hukum dan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Dasar hukum pengujian berkala kendaraan bermotor adalah sebagai berikut : a. Undang undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 49, tentang Pengujian Kendaraan Bermotor :

1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang di impor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negri dan kendaraan khusus yang akan beroperasi di jalan wajib dilakukan pengujian. 2) Pengujian sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi, uji tipe dan uji berkala. b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.48 Tahun 2004 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor, Pasal 2 : Pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor dimaksudkan untuk : 1) Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan. 2) Melestarikan lingkungan dan kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor. 3) Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.48 Tahun 2004 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor, Pasal 3 : Uji Berkala kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I yang secara operasional dilakukan oleh Dinas Perhubungan Tingkat I dan dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II yang secara operasional dilakukan oleh Dinas Perhubungan Daerah Tingkat II. d. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 09 Tahun 2007 tentang Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor. 2. 3. Tata Cara Pengujian Kendaraan Bermotor

Tata cara Pengujian berkala kendaraan bermotor dilakukan melalui proses administrasi dan proses pemeriksaan teknis. 2. 3. 1. Persyaratan Administrasi Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh pemilik kendaraan sebelum dilakukan pemeriksaan teknis pada unit pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut : 1. Pemilik kendaraan bermotor mengajukan permohonan uji kendaraan bermotor dengan melampirkan Buku Uji dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan membayar biaya berupa Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. 2. Setelah persyaratan dipenuhi, kepada pemilik kendaraan bermotor diberikan formulir pemeriksaan pengujian dan selanjutnya pemilik menyerahkan blangko tersebut kepada petugas pemeriksaan teknis untuk nantinya sebagai pengisian penilaian 3. Setelah selesai pemeriksaan teknis dan melewati beberapa peralatan uji, petugas pemeriksa mencatat hasilnya ke blangko pemeriksaan dan apabila dinyatakan lulus kemudian dicatat pada Kartu Induk Pemeriksaan (KIP) dan dinyatakan lulus dianjurkan untuk perbaikan. 4. Bagi yang dinyatakan lulus uji pada buku uji ditulis masa berlaku uji yang ditanda tangani oleh Kepala Bagian Sarana dan Prasarana, dan kepadanya diberikan plat uji yang telah diketok masa berlakunya untuk dipasang pada alat nomor kendaraan. (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 48 tahun 2004) 2. 3. 2. Pemeriksaan Teknis Kendaraan Bermotor

Proses pemeriksaan teknis adalah pelaksanaan pemeriksaan teknis kendaraan saat memasuki gedung pengujian sampai dengan kendaraan keluar dari gedung pengujian untuk dilakukan pemeriksaan kondisi teknis kendaraan bermotor. Tahapan tahapan pemeriksaan teknis kendaraan bermotor sebagai berikut : 1. Pengemudi / pemilik kendaran membawa serta kendaraannya masuk ke gedung pengujian sebelum melewati beberapa peralatan uji terlebih dahulu diadakan pemeriksaan pra uji meliputi : a. Kondisi bodi b. Pemakaian kaca film c. System penerangan d. Kondisi dan fungsi pembersih kaca (wiper) 2. Pemeriksaan pada alat uji Car lift, pada alat uji yang berfungsi untuk mengangkat kendaraan ini, dilakukan pemeriksaan pada bagian bawah kendaraan bermotor. 3. Pemeriksaan pada alat uji Head Light Tester meliputi : a. Lampu Utama, Lampu dekat dan intensitasnya b. Penyimpangan arah lampu utama. 4. Pemeriksaan pada alat uji Side Slip Tester, disini kendaraan diperiksa slip samping roda depan. 5. Pemeriksaan pada alat uji Speedometer Tester, pada alat uji ini kendaraan diperiksa apakah kecepatannya sesuai dengan Speedometer yang ada pada kendaraan tersebut. 6. Pemeriksaan pada alat uji Brake Tester, pada alat ini kendaraan yang diperiksa adalah efisiensi rem utama baik sumbu depan maupun sumbu belakang.

7. Setelah melalui tahapan tahapan di atas oleh penguji dilakukan penilaian apakah kendaraan bermotor yang diperiksa dinyatakan lulus uji atau tidak lulus uji. ( Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 48 tahun 2004 ). 2. 4. Tugas dan wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Dinas Perhubungan) Dalam Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor. Tugas dan wewenang Penyidik Pegawai Negri Sipil (PPNS) bidang lalu lintas dan angkutan jalan dalam undang-undang ini diatur bahwa dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya PPNS agar selalu berkordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kordinator dan pengawas Penyidik Pegawai Negri Sipil. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan serta adanya kepastian hukum sebagaimana telah di atur dalam peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Antara pemeriksa Kepolisisan Negara Republik Indonesia dengan pemeriksa pegawai negeri sipil, yang memiliki kualifikasi tertentu di bidang lalu lintas angkutan jalan harus bekerja sama. Kegiatan terangkai dalam unsur unsur yang mempunyai peran masing masing secara utuh. Rangkaian kegiatan dari unsur unsur ini menunjukkan adanya mata rantai yang terpadu untuk memperoleh tujuan akhir. Tidak lengkapnya unsur dalam tugas pemeriksaan kendaraan bermotor merupakan kekurangan atau kelemahan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Contoh polisi lalu lintas melakukan tugas pemeriksaan kendaraan bermotor. Tugas yang diemban hanya melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administratif saja, yang lain tidak diperkenankan, sesuai ketentuan undang undang. Apabila hal itu terjadi maka kendaraan kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran misalnya muatan yang melebihi ketentuan dalam hal ini si pengemudi

tidak dikenai sanksi, karena tugas tersebut bukan merupakan tugas polisi lalu lintas. Walaupun polisi lalu lintas dapat memberikan surat tilang, tapi jelas ini merupakan diskresi dalam pelaksanaan tugas yang justification-nya ada diluar undang undang nomor 22 Tahun 2009. Karena itu pemeriksaan kendaraan terpadu oleh kedua instansi tesebut mutlak harus dilakukan. Inti keterpaduan pada hakekatnya mengikut sertakan pihak pihak yang berwenang dengan pemeriksaan kendaraan bermotor. Demikian keterpaduan tidak lain menunjukkan bagaimana cara kerja yang dikelola oleh beberapa lembaga yang terkait dalam rangka mencapai hasil dan tujuan bersama. Upaya yang tepat agar keterpaduan ini memperoleh daya guna hasil yang optimal adalah meningkatkan koordinasi antara lembaga lembaga yang terkait dalam masalah pengaturan lalu lintas. Hal ini akan lebih berarti bila dilandasi kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas, untuk mencapai tujuan bersama. Tanggung jawab tersebut tidak saja bersifat yuridis, tetapi yang lebih penting adalah tanggung jawab moral dan kesadaran bahwa langkah kegiatan pelaksanaan yang ditempuh adalah untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu faktor yang mendorong peningkatan kerjasama tersebut adalah timbulnya inisiatif positif dari pihak pihak untuk membicarakan cara cara kerjasama dalam pelaksanaan tugas rutin. Misalnya bagaimana kerjasama dilakukan, kapan waktunya, sehingga antara instansi / lembaga akan terjadi pertukaran informasi dan apabila pertemuan semacam itu dilanjutkan dengan suatu kegiatan yang disusun secara sistematis dengan jangka waktu tiga bulan sekali, maka manfaatnya bagi anggota masing masing lembaga / instansi akan lebih terbuka dan memahami liku liku tugas masing masing serta akhirnya akan terdapat kesamaan persepsi dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan kendaraan bermotor.

Pemeriksaan pegawai negeri sipil yang ditugaskan melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor, bila menemui adanya pelangaaran pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan, maka pemeriksa pegawai negeri sipil melaporkan kepada penyidik pegawai negeri sipil yang merupakan mitra kerja polisi lalu lintas dalam tugas pemeriksaan gabungan. Ketentuan peraturan pemerintah Nomor 22 tahun 2009 pasal 49 ini harus dilaksanakan karena polisi lalu lintas tidak akan mampu untuk mengetahui semua tindak dalam bidang bidang yang amat luas pada kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu untuk hal tersebut pemeriksa pegawai negeri sipil di bidang kendaraan bermotor akan memberikan bantuan kepada pegawai penyidik POLRI. Tugas pemeriksa pegawai negeri sipil ini dikoordinasi oleh kepolisian. Mereka tidak mempunyai wewenang untuk menangkap dan menahan. Sehingga dalam hal ini penyidikannya adalah bersifat teknis, dalam bidang masing masing pemeriksa pegawai negeri sipil tersebut, dimana kepolisian secara teknis tidak menguasainya. Pada tugas gabungan ini pemeriksa pegawai negeri dikoordinasi oleh kepolisian. Mereka tidak mempunyai wewenang untuk menangkap dan menahan. Sehingga dalam hal ini penyidikannya adalah bersifat teknis, dalam bidang masing masing pemeriksa pegawai negeri sipil tersebut, dimana kepolisian secara teknis tidak menguasainya. Pada tugas gabungan ini pemeriksa pegawai negeri sipil merupakan mitra kerja untuk dapatnya suatu perkara menjadi terang dan dapat diajukan kedepan pengadilan. Adapaun tugas pemeriksa pegawai negeri sipil dalam pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan adalah pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Selain itu pemeriksa pegawai negeri sipil / Dinas Perhubungan juga diberi wewenang untuk melaksanakan fungsinya dibidang lalu li9ntas dan angkutan jalan, Dinas perhubungan yang dikenal mempunyai fungsi membina teknis administrative lalu lintas dan angkutan jalan. Pelaksanaan fungsi membina secara teknis administrative tersebut antar lain ;

1. Menegakkan hukum sebagai tugas tambahan dari tugas pokoknya dan bantuan kepada aparatur Polri; 2. Dapat diangkat dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang untuk selanjutnya disingkat Kapolri sebagai pembantu penyidik (terbatas) dibidang lalu lintas (Keputusan Menteri Hankam/Pangab No. Kep/B/17/VI/1974 tanggal 13 Juni 1974); 3. Yuridiksi dibatasi pada suatu daerah tertentu (likal) dan tindakan dilaksanakan secara incidental; 4. Obyek tindakan hanya pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan (bukan kejahatan) sepanjang yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pokoknya dibidang : Pembinaan teknis kendaraan serta alat perlengkapan teknis kendaraan Pembinaan perawatan kendaraan bermotor Pembinaan teknis angkutan sebagaimana diatur dalam Perundang undangan lalu lintas jalan antara lain : a. Pengujian kendaraan bermotor ; b. Ukuran dan muatan kendaraan ; c. Memasang/mengandeng/menempelkan kendaraan ; d. Penomoran kendaraan (persyaratan plat dan STNK/STCK) ; e. Perizinan kendaraan gandengan ; f. Penentuan trayek kendaraan umum ; g. System kartu tanda nomor dan tanda percobaan ; h. Lain lain peraturan sebagaimana ditentukan dalam penetapan lalu lintas dan angkutan jalan. 5. Di bawah koordinasi, pengawasan dan perintah Polri;

6. Sebagaimana pembantu penyidik tidak diberi wewenang menahan orang sementara ; 7. Tidak diberi wewenang untuk mengatur lalu lintas di jalan umum kecuali dibawah pengawasan Polri. Berdasarkan penjelasan tersebut, fungsi dari pemeriksa Pegawai Negeri Sipil (Dishub) akan diambilsatu fungsi yang banyak ditemui dalam kegiatan sehari hari terutama bagi pemilik kendaraan bermotor yang harus memeriksa kendaraan bermotornya dalam waktu yang tertentu pada instansi DISHUB yang tergabung dalam Dinas Perhubungan. Fungsi tersebut adalah dalam tata cara pengujian kendaran bermotor di jalan raya. Suatau kendaraan bermotor yang berada di jalan raya harus diuji, agar dalam mengangkut barang maupun penumpang tidak menimbulkan ganguan seperti mogok ataupun kecelakaan lalu lintas yang disebabkan tidak baiknya peralatan atau komponen yang ada pada kendaraan itu. Oleh karena itu semua kendaraan bermotor yang diopersikan di jalan raya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai dengan pasal 49 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan. Adapaun tujuan dilakukannya pengujian kendaraan bermotor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menjamin agar penggunaan kendaraan bermotor tersebut aman dan tidak menimbulkan bahaya bagi keamanan lalu lintas yang disebabkan karena kekurangan teknis ; 2. Untuk menentukan daya angkut dan tekanan sumbu guna menentukan kelas jalan yang akan dilalui. Selain daripada itu, tujuan lain dari pengujian kendaraan bermotor ialah dpat diselenggarakannya angkutan yang aman, tertib, lancar dan sehat. Oleh karena itu pengujian disini jelas jelas dikaitkan dengan kepentingan pelayanan umu atas keamanannya maupun atas kewajiban pengusaha angkutan. Angkutan jlan raya dewasa ni mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan

kemajuan ini menuntut kepengawasan yang semakin ketat terhadap dipenuhinya persyaratan laik jalan bagi kendaraan bermotor, guna menjamin keamanan, serta kelancaran di jalan raya. Untuk menjamin dipenuhinya persyaratan laik jalan, pada kendaraan bermotor tersebut. Pengujuian kendaraan bermotor pada prinsipnya dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Pengujian kendaran bermotor dan komponen komponen atau penguhian type kendaraan sebelum kendaraan motor tersebut dipasarkan. Untuk pelaksanaannya sekarang sedang dipersiapkan pusat pengujian kendaraan bermotor di Bekasi, Jawa Barat. 2. Pengujian kendaraan bermotor secara berkala seperti yang telah dilakukan selama ini oleh unit unit pengujian kendaraan bermotor di daerah daerah seluruh Indonesia. Sasaran pengujian meliputi kegiatan kegiatan pemeriksaan, pengujian percobaan dan penilaian tertentu. Diarahkan kepada setiap kendaraan wajib uji secara keseluruhan, kepada bagian bagian kendaraan secara fungsional dalam system komponen serta ukuran ukuran atau dimensi teknis, berdasarkan persyaratan teknis yang obyektif. Sementara pelayanan pengujian secara berkala belum dapat menjangkau setiap kendaraan bermotor, pengujian secara berkala mengutamakan pada jenis jenis kendaraan yang intensitas penggunaannya cukup tinggi serta kecenderungan mengakibatkan bahaya yang relative tinggi yakni mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta tempelan dan kereta gandengan.