KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 427 /MPP/Kep/10/2000 T E N T A N G KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 84/MPP/Kep/2/2003

2014, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/MPP/Kep/2/2003

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 533/KMK.01/1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B E N G K A L I S,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERUNDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI. NOMOR 546/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG PEMBENTUKAN TIM BEA MASUK ANTI DUMPING

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/M-DAG/PER/7/2011 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL PENANGGULANGAN PELANGGARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perub

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 17/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

2 Perdagangan, yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk steel wire rod; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil penyeli

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 11 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT

2 Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Jepang, Republik Korea, Taiwan, Republik Rakyat Tiong

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. b. bahwaa. Komite. pengenaan. Indonesia (KPPI), Masuk.

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU

WALIKOTA TASIKMALAYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.011/2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 35/M-DAG/PER/5/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1980 TENTANG LEMBAGA PEMILIHAN UMUM DAN PANITIA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1981 TENTANG PENYEMPURNAAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI INTELIJEN NEGARA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2016, No dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.011/2013 dan berlaku sampai dengan tanggal 1 April 2016; c. bahwa berdasarkan ketentua

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-IND/PER/5/2008 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.010/2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG TIM DOKTER KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1981 TENTANG PENYEMPURNAAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI INTELIJEN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

2016, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1975 TENTANG PENYEMPURNAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

183/PMK.011/2009 PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP IMPOR BI-AXIALLY ORIENTED POLYPROPYLENE F

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2005 TENTANG TIM DOKTER KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 07/M-IND/PER/2/2008

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 427 /MPP/Kep/10/2000 T E N T A N G KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. Bahwa dalam rangka untuk lebih meningkatkan fungsi dan peranan Komite Anti Dumping Indonesia, perlu mengubah susunan organisasi Komite Anti Dumping Indonesia; b. Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the world Trade Organization (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 51 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3629); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 147 Tahun 1999; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M/Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode Tahun 1999-2004; 6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 444/MPP/Kep/9/1998 jo. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 24/MPP/Kep/1/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Mencabut : Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 430/MPP/Kep/9/1999 tentang Komite Anti Dumping Indonesia dan Tim Operasional Anti Dumping; M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TENTANG KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA

BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 Komite Anti Dumping Indonesia, yang selanjutnya disebut Komite, adalah unit lembaga pemerintah yang bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan upaya menanggulangi importasi Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi secara curang (unfair) yang menimbulkan Kerugian bagi Industri Dalam Negeri yang memproduksi Barang Sejenis, yang pelaksanaannya berpedoman kepada Perjanjian Organisasi, Perdagangan Dunia (WTO Agreement). Pasal 2 Komite mempunyai tugas pokok : a. Melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi yang menimbulkan Kerugian bagi Industri Dalam Negeri Barang Sejenis; b. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi mengenai dugaan adanya Barang Dumping atau Barang mengandung Subsidi; c. Mengusulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan; d. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan; e. Menyusun laporan pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Pasal 3 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Komite menpunyai Fungsi : a. Merumuskan kebijaksanaan penanggulangan importasi Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi. b. Meneliti dan melakukan konsultasi penyelesaian berbagai permasalahan yang berkaitan dengan importasi Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; dan c. Mengawasi pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan importasi Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dan Pasal 3, Komite mempunyai wewenang : a. Menyusun penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis dan administratif atas ketentuan yang berkaitan dengan dumping atau subsidi; b. Melakukan pemeriksaan, investigasi atau penyelidikan terhadap Pihak Yang Berkepentingan dan pihak-pihak lain yang terkait dengan dumping atau subsidi; c. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk memberlakukan Tindakan Sementara; d. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengenai hasil penilaian atas tawaran Tindakan Penyesuaian; e. Mengadakan pengkajian kembali pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan; f. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mencabut atau melanjutkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping atau Bea Masuk Imbalan; g. Menerbitkan keputusan keputusan yang berkaitan dengan penanganan dumping atau subsidi. Pasal 5 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Komite wajib memperhatikan saran-saran dari Tim Pengarah Komite.

(2) Tim Pengarah Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Menteri Perindustrian dan Perdagangan; b. Menteri Keuangan. Pasal 6 Keputusan-keputusan Komite sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf g adalah : a. Keputusan menerima atau menolak permohonan penyelidikan awal tentang dugaan adanya Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; b. Keputusan menerima atau menolak memulai penyelidikan lanjutan tentang dugaan adanya Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; c. Keputusan mengenai penghentian penyelidikan lanjutan Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; d. Keputusan penolakan atau penerimaan berdasar kelengkapan bukti yang diperoleh selama penyelidikan lanjutan, adanya importasi Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; e. Keputusan tentang besaran Margin Dumping atau Subsidi Neto. BAB II SUSUNAN KEANGGOTAAN DAN ORGANISASI Pasal 7 (1) Susunan Keanggotaan Komite terdiri dari : 1. Ketua dan satu orang Wakil Ketua merangkap anggota 2. Satu orang Sekretaris merangkap anggota, dan 3. Sebanyak-banyaknya 8 (delapan) orang anggota yang mewakili instansi terkait. (2) Keanggotaan Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berjumlah ganjil. (3) Untuk menangani tugas administrasi dan teknis penanganan anti dumping dan subsidi, Komite dibantu oleh satu unit kerja sekretariat yang terdiri dari : a. Bidang Pengaduan b. Bidang Penyelidikan Dumping dan Subsidi c. Bidang Pengkajian Kerugian d. Bidang Hukum e. Bidang Umum Pasal 8 (1) Komite bersidang sewaktu-waktu diperlukan. (2) Ketua Komite dapat mengundang pejabat instansi/lembaga lain yang terkait untuk menghadiri sidang Komite. Pasal 9 Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Komite bertanggung jawab kepada Meteri Perindustrian dan Perdagangan. BAB III PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEJABAT/PEGAWAI KOMITE Pasal 10 (1) Ketua Komite, Wakil Ketua Komite, Anggota Komite dan Sekretaris Komite diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. (2) Ketua Komite, Wakil Ketua Komite, Anggota Komite, Kepala-kepala Bidang dan tenaga tenaga pendukung / pegawai Komite adalah orang yang diangkat dan dipilih dari tenagatenaga yang mampu bekerja secara profesional untuk Komite. Pasal 11 (1) Bidang Pengaduan, Bidang Penyelidikan Dumping dan Subsidi, Bidang Pengkajian Kerugian, Bidang Hukum, dan Bidang Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh

Ketua Komite dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab dan melapor kepada Ketua Komite. (2) Untuk memperlancar pelaksanaan tugas, Ketua Komite dapat mengangkat tenaga-tenaga pendukung/pegawai yang dinilai cakap dan memenuhi persyaratan. (3) Pembinaan kepegawaian dilakukan oleh Ketua Komite berdasar peraturan perundangan yang berlaku. BAB IV RINCIAN TUGAS KOMITE Pasal 12 (1) Ketua Komite bertugas melakukan pembinaan terhadap Komite dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan Komite; (2) Dalam melakukan tugas pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua dapat memberikan petunjuk pengarahan teguran dan peringatan yang dipandang perlu. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi kebebasan Anggota Komite dalam memberikan usulan Keputusan-keputusan Komite. Pasal 13 Wakil Ketua Komite bertugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dalam hal Ketua Komite berhalangan sementara atau berhalangan tetap. Pasal 14 Anggota Komite secara perseorangan atau bersama-sama melakukan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 2. Pasal 15 Selain melakukan tugasnya sebagai Anggota Komite, Sekretaris Komite bertugas memimpin dan mengkoordinasi tugas Sekretariat Komite. BAB V TUGAS BIDANG BIDANG KOMITE Pasal 16 Bidang Pengaduan bertugas : 1. Melayani pengaduan / permohonan Industri Dalam Negeri untuk melakukan penyelidikan atas barang impor yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; 2. Mengumpulkan bukti dan informasi yang diperlukan dalam rangka penyelidikan atas barang impor yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; 3. Melakukan analisa terhadap bukti awal (prima facie evidence) yang menyangkut Dumping, Subsidi dan Kerugian; 4. Melayani tawaran untuk melakukan Tindakan Penyesuaian; 5. Memonitor perkembangan, sejak dari tahap permohonan / pengaduan untuk melakukan penyelidikan atas barang impor yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi hingga tahap keputusan akhir, mengenai pengenaan Bae Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan; 6. Mengevaluasi dalam rangka peninjauan kembali pengenaan Bea Masuk Antidumping atau Bea Masuk Imbalan. Pasal 17 Bidang Penyelidikan Dumping dan Subsidi bertugas :

1. Melakukan koordinasi dan bertanggung jawab atas penyelidikan barang impor yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi, baik atas prakarsa sendiri maupun atas permohonan Industri Dalam Negeri; 2. Melakukan penyelidikan dalam rangka mendapatkan bukti-bukti adanya dumping atau subsidi; 3. Mengevaluasi bukti-butki yang diperoleh untuk penetapan besarnya Marjin Dumping atau Subsidi Neto baik sementara maupun final; 4. Mengevaluasi kemungkinan untuk melakukan Tindakan Penyesuaian; 5. Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan dengar pendapat (hearing) Pasal 18 Bidang Pengkajian Kerugian bertugas : 1. Melakukan koordinasi dan bertanggung jawab atas penyelidikan kerugian Industri Dalam Negeri yang disebabkan oleh adanya barang impor yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi; 2. Melakukan analisa dan penilaian serta menetapkan besarnya Kerugian yang diderita Industri Dalam Negeri Barang Sejenis; 3. Melakukan analisa atas hasil Verifikasi yang menyangkut Dumping, Subsidi dan Kerugian; 4. Mengumpulkan usulan-usulan dan menyimpulkan hasil kajian dari Bidang-bidang lain untuk diajukan kepada Ketua Komite; 5. Mengusulkan langkah-langkah penanggulangan importasi barang yang diduga sebagai Barang Dumping atau Barang Mengandung Subsidi kepada Ketua Komite; 6. Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan dengar pendapat (hearing). Pasal 19 Bidang Hukum bertugas : 1. Melakukan analisa hukum atas hasil Verifikasi yang menyangkut Dumping, Subsidi dan Kerugian; 2. Melakukan pengkajian dan menyusun peraturan mengenai penanganan Dumping dan Subsidi dalam kaitan dengan peraturan yang ditetapkan oleh Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO Agreement) 3. Menyusun penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis dan administratif atas ketentuan yang berkaitan dengan dumping atau subsidi; 4. Menyiapkan Keputusan keputusan yang berkaitan dengan penanganan dumping atau subsidi; 5. Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan dengar pendapat (hearing). Pasal 20 Bidang Umum bertugas : 1. Melaksanakan tugas sekretariat, organisasi tata laksana dan rumah tangga Komite; 2. Mendukung pelaksanaan tugas Bidang-bidang dalam lingkup Komite; 3. Mengelola administrasi keputusan yang berkaitan dengan Tindakan Sementara, Tindakan Penyesuaian penetapan Bea Masuk Antidumping atau penetapan Bea Masuk Imbalan; 4. Menyiapkan bahan-bahan Keputusan Komite yang perlu diumumkan kepada publik dalam kaitan dengan penyelidikan. BAB VI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 21 (1) Setiap pengaduan dianalisa oleh Bidang sesuai kewenangan masing-masing. (2) Analisa masing-masing Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diputuskan hasilnya oleh Komite dalam bentuk Keputusan.

BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 22 Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Komite dibebankan kepada anggaran Departemen Perindustrian dan Perdagangan. BAB VIII KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 23 Hal-hal lain yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan secara tersendiri oleh Ketua Komite. BAB IX PENUTUP Pasal 24 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan menempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 10 Oktober 2000 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I. LUHUT B. PANDJAITAN