Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPLEKSITAS PERTANYAAN DALAM CONTOH-CONTOH SOAL BUKU TEKS MATEMATIKA KELAS VII SMP/MTs SEMESTER I BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 92

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

Tingkat-tingkat Berpikir Mahasiswa... (M. Andy Rudhito)

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

Penelitian dan Kajian Konseptual Mengenai Pembelajaran Sains Berbasis Kemandirian Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mampu

Taksonomi Solo dalam Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Geometri Bagi Mahasiswa PGSD. (Daitin Tarigan) PENERAPAN IPTEKS

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SUPERITEM DAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

Untuk Guru-guru MTs-DEPAG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG DI OBYEK WISATA DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

KONSEP DAN RASIONAL PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data,

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN BUATAN GURU BIOLOGI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI TINGKAT TAKSONOMI BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

9. Masalah matematika sintesis adalah suatu soal matematika yang memerlukan. kemampuan dalam menggabungkan unsur pokok ke dalam struktur baru.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

O-o-O. pamphlet. Kawi Boedisetio

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

I. PENDAHULUAN. butuhkan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Semua

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Analisis kesesuaian rpp dan pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan Kurikulum 2013 pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Madiun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1) Prodi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL (UN) MATEMATIKA SMK TAHUN AJARAN 2011/2012 BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

IPA DAN PEMBELAJARAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (Telaah Buku Siswa SD Kelas IV Tema 3, Karya Much. Azam, Dkk)

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR KOGNITIF MATA PELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN MOMENTUM DAN IMPULS SMA KELAS XI

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatan Kemampuan Analisis dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Bandung

Amelia Atika 1,Kamaruzzaman 2

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL BERTUKAR PASANGAN DI SDN 02 ULAK KARANG SELATAN

Muhammad Amil Busthon Universitas Negeri Malang Kata kunci: simulasi, sketchup, fisika zat padat, model tiga dimensi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah dengan menempuh jalur pendidikan. Pendidikan merupakan

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Berbasis Lingkungan: Perspektif Pendekatan Pragmatik

PENGGUNAAN PENILAIAN TEMAN SEJAWAT (PEER ASSESMEN) UNTUK MENGUKUR HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta

OPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING BERBASIS ECO-CAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. pada masalah kompetensi guru seni budaya dalam pembelajaran seni musik pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Penerapan STAD pada materi pembiasan dan lensa terhadap prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

Kompleksitas Pertanyaan Contoh Soal Buku Teks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi SOLO Dian Pratiwi 1, Budiyono 2

PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT

LINA PUTRI NANDA SARI A.510

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Batang Merangin

Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PEMANFAATAN KELOMPOK BELAJAR. Sri Lestari SMK Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, 7-11 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 KUALITAS KOGNITIF DALAM INTEGRASI TAKSONOMI BLOOMDAN TAKSONOMI SOLO (ANALISIS PENGARUH TINGKAT SOSIAL MAHASISWA FKIP PTS DKI JAKARTA DAN DI YOGYAKARTA) 1 Venny Eka Meidasari 2 Imam Suseno 3 Ahmad Kosasih 1,2 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Indraprasta PGRI, Jln. Nangka 58 C Tanjung Barat DKI Jakarta 12530 3 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI, Jln. Nangka 58 C Tanjung Barat DKI Jakarta 12530 e-mail: 1 venny_xiaofen@yahoo.com 2 suseno_ii@yahoo.com 3 aseng.kosasih@gmail.com Abstrak. Penelitian ini merupakan studi pengaruh tingkat sosial terhadap kualitas mahasiswa yang mengakses pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Swasta kawasan DKI Jakarta dan Daerah Khusus Istimewa Yogyakarta dengan mengintegrasikan tingkat kognitif taksonomi Bloom dan taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes). Kedua model taksonomi ini memiliki kelebihan satu sama lain yang dapat saling melengkapi untuk diaplikasikan sebagai tolak ukur dalam mengetahui kualitas mahasiswa. Selain bersifat hirarkis, penggabungan taksonomi ini juga menuntut kemampuan mahasiswa memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Melalui jawaban yang diberikan seorang mahasiswa, dapat tercermin bagaimana caranya merespon pertanyaan dan bagaimana kualitas dari jawaban yang diberikan.pemilihan mahasiswa FKIP sebagai objek penelitian karena produk LPTK akan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang merupakan modal menghadapi persaingan global. Secara sistematis, penelitian ini berupaya untuk memberi penjelasan dan pemahaman lebih dalam, lebih elaboratif dan menyentuh persoalan sosial yang berkaitan dengan pendidikan tinggi sehingga dapat memetakan kualitas kognitif ditinjau dari tingkat sosial yang diharapkan dapat memengaruhi kebijakan pemerintah dalam pembinaan pendidikan tinggi di Indonesia. Melalui penelitian ini terlihat sejauh mana kualitas para mahasiswa calon guru yang merupakan harapan dari ujung tombak pendidikan yang perannya sangat menentukan di medan juang pendidikan. Kata kunci: Taksonomi Bloom, taksonomi SOLO, kognitif, tingkat ekonomi sosial. 1. Pendahuluan Penelitian ini merupakan studi tentang pengaruh tingkat sosial terhadap kualitas peserta didik yang mengakses pendidikan tinggi di berbagai Perguruan Tinggi Swasta di kawasan DKI Jakarta dengan mengintegrasikan tingkat kognitif taksonomi Bloom dan taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes). Taksonomi Bloom berpusat kepada tingkat kognitif hasil pencapaian belajar(bloom dan Krathwohl: 1979), sementara taksonomi SOLO berpusat kepada tingkat kognitif respon peserta didik. Revisi dan pengembangan taksonomi Bloom terus dilakukan. Pengembangan yang terbaru adalah pengembangan taksonomi Bloom menjadi empat domain yaitu domain kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial yang disebut sebagai Developing Human Potential in Four Domains for Learning and Doing (Dettmer: 2008).Taksonomi ini berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran, kemudian dari tujuan tersebut dapat disusun alat evaluasi (masalah) yang sesuai dengan tujuan tersebut.sedangkan taksonomi SOLO berperan menentukan kualitas respon siswa terhadap masalah tersebut 351

352 Venny Eka Meidasari, et al. (Biggs dan Collis: 1982).Artinya taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban siswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban siswa, selanjutnya dapat ditentukan kualitas ketercapaian proses kognitif yang ingin diukur oleh alat evaluasi tersebut. 2. Permasalahan Tingkat sosial merupakan salah satu hal yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik. Tak dapat dipungkiri bahwa peserta didik yang berasal dari tingkat sosial lebih tinggi memiliki kesempatan lebih besar dalam mengakses pendidikan dan berbagai fasilitas pendukungnya. Konsep tingkat sosial mengacu pada pandangan sosiologis yang diukur dari tingkat pengeluaran rata-rata secara periodik dan tingkat pendidikan seseorang. Kesenjangan sosial yang memengaruhi kualitas peserta didik menjadi masalah yang penting untuk dikaji, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa dan negara di masa yang akan datang. Bertolak dari pemikiran inilah, kami mengadakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat sosial terhadap kualitas peserta didik dengan menggunakan instrument penilaian yang merupakan integrasi kognitif antara taksonomi Bloom dan taksonomi SOLO dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah perspektif baru sebagai sebuah inovasi evaluasi penilaian dalam pembelajaran yang dapat diterapkan dalam semua tingkat kurikulum pendidikan 2013. 3. Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengunaan metode ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2004: 135) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar belakang sosial peserta didik dari kalangan masyarakat miskin dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada, seperti wawancara, pengamatan (observasi), dan pemanfaatan dokumentasi dalam rangka menjawab serta mencari penjelasan yang terperinci mengenai gejala sosial. Responden penelitian ini merupakan peserta didik FKIP di PTS DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang sedang menempuh program studi pendidikan dari berbagai jurusan yang terdiri dari Prodi: Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Bahasa Inggris yang kesemuanya berjumlah 1341 orang. Penelitian ini mengunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penggabungan kedua taksonomi memungkinkan penelitian ini mencapai hasil yang lebih komprehensif karena penilaian kognitif dilakukan secara lebih mendetil dan terstruktur dibandingkan dengan sistem evaluasi penilaian kurikulum lama.integrasi kedua taksonomi memungkinkan peneliti mendapat data (hasil penelitian) dengan gambaran lebih jelas dan nyata tentang bagaimana sebaran tingkat sosial peserta didik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki. Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

Kualitas Kognitif dalam Integrasi Taksonomi Bloom dan dan Taksonomi Solo... 353 3.1 Tingkat Sosial BKKBN (Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2012) menggolongkan kesejahteraan keluarga digolongan ke dalam empat golongan yaitu: a) Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin) yaitu belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: 1) Makan dua kali atau lebih sehari, memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian), bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah; 2) Indikator Non- Ekonomi seperti melaksanakanibadah, bila peserta didik sakit dibawa ke sarana kesehatan. b) Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin) yaitu belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: 1) Makan dua kali atau lebih sehari, memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian), bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah; 2) Indikator Non- Ekonomi seperti melaksanakan ibadah, bila peserta didik sakit dibawa ke sarana kesehatan. c) Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria: 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama; 2) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih; 3) Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda di rumah/pergi/bekerja/sekolah; 4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah; 5) Peserta didik sakit ataupun pasangan usia subur (PUS) yang ingin berkb dibawa ke sarana kesehatan. d) Keluarga Sejahtera Tahap II, meliputi: 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur; 2) Paling kurang sekali seminggu lauk daging /ikan/telur; 3) Setahun terakhir anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru; 4) Luas lantai paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni; 5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas; 6) Ada anggota keluarga umur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap; 7) Anggota keluarga umur 10 60 tahun bisa baca tulis latin; 8) Peserta didik umur 7 15 tahun bersekolah; 9) PUS dengan dua peserta didik atau lebih saat ini dan memakai alat kontrasepsi. e) Keluarga Sejahtera Tahap III, meliputi: 1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama; 2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung; 3) Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi; 4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan mesyarakat di lingkungan tempat tinggal; 5) Keluarga rekreasi bersama paling kurang sekali dalam enam bulan; 6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/majalah/tv/radio; 7) Anggota keluarga menggunakan sarana transportasi setempat. f) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, meliputi: 1) Keluarga secara teratur memberikan sumbangan; 2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus yayasan/institusi masyarakat. Melalui tujuh butir pertanyaan: 1) Masuk kuliah karena keinginan; 2) Biaya kuliah ditanggung; 3) Fasilitas penunjang belajar yang dimiliki; 4) Fasilitas transportasi yang digunakan ke kampus; 5) Mendapatkan uang saku sebanyak; 6) Pekerjaan orang tua; dan 7) Penghasilan orang tua kurang lebih sebanyak, dapat dibuat penggolongan tingkat sosial mahasiswa sebagai berikut: ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 Vol 4, No. 1, Th, 2014

354 Venny Eka Meidasari, et al. Tabel 1 Sebaran Tingkat Sosial Ekonomi PTS DKI Jakarta Tingkat Sosial Jumlah Persentase (%) Sejahtera III Plus 2 0,3 Sejahtera III 99 14,62 Sejahtera II 388 57,31 Sejahtera I 173 25,55 Pra-Sejahtera 15 2,22 Jumlah 677 100% Tabel 2 Sebaran Tingkat Sosial Ekonomi PTS DI Yogyakarta Tingkat Sosial Jumlah Persentase (%) Sejahtera III Plus 1 0,3 Sejahtera III 99 29,81 Sejahtera II 97 29,21 Sejahtera I 124 37,34 Pra-Sejahtera 11 3,31 Jumlah 332 100% 3.2 Tingkat kognitif taksonomi Bloom dan SOLO Dari enam butir esay yang diajukan: 1) Apa yang dimaksud dengan pilar kebangsaan dan apa perbedaan antara pilar kebangsaan dan dasar negara; 2) Saat ini masih sering terjadi perkelahian antarsuku. Menurut Anda, apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut; 3) Gaya hidup kebarat-baratan saat ini telah melanda msyarakat. Menurut Anda, adakah kaitannya antara gaya hidup seperti ini dengan pudarnya rasa cinta terhadap budaya Indonesia; 4) Menurut Anda, apakah saat ini pelaksanaan dari sila kedua Pnacasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab sudah dijalankan dengan baik di dalam kehidupan bernegara? Jika ya/tidak, apa alasannya; 5) Menurut Anda, apa yang harus dilakukan untuk membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia; dan 6) Indonesia adalah negeri yang amat kaya budaya yang seringkali terabaikan. Jika ada negara lain yang mencoba mengambil salah satu hasil budaya asli negeri ini, menurut Anda, apa sebaiknya yang harus dilakukan pemerintah?bagaimanakah upaya terbaik yang harus dirancang untuk menjaga hasil budaya tersebut agar tetap lestari dan tidak punah, maka terbaca: Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

Kualitas Kognitif dalam Integrasi Taksonomi Bloom dan dan Taksonomi Solo... 355 Tabel 3 Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom PTS DKI Jakarta Tingkat Kognitif Jumlah Persentase(%) C1 15 8,22 C2 41 16,06 C3 33 24,87 C4 16 2,36 C5 101 14,92 C6 357 16,73 C7 42 6,20 C8 72 10,64 Jumlah 677 100% Tabel 4 Tingkat Kognitif Taksonomi Bloom PTS DI Yogyakarta Tingkat Kognitif Jumlah Persentase(%) C1 0 0 C2 11 3,31 C3 13 3,91 C4 27 8,13 C5 18 5,42 C6 103 31,02 C7 122 36,74 C8 38 11,44 Jumlah 332 100% Tabel 5 Tingkat Kognitif Taksonomi SOLO PTS DKI Jakarta Tingkat Kognitif Jumlah Persentase (%) C0 411 60,71 C1 132 19,49 C2 93 13,73 C3 30 4,43 C4 11 1,62 Jumlah 677 100% Tabel 6 Tingkat Kognitif Taksonomi SOLO PTS DI Yogyakarta Tingkat Kognitif Jumlah Persentase (%) C0 17 5,12 C1 29 8,73 C2 57 17,16 C3 188 56,62 C4 41 12,34 Jumlah 332 100% ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 Vol 4, No. 1, Th, 2014

356 Venny Eka Meidasari, et al. 4. Pembahasan Data di atas menunjukkan bahwa peserta didik FKIP PTS di DKI Jakarta sebagian besar masuk ke dalam golongan sejahtera II, yaitu golongan keluarga yang tidak berkekurangan, namun juga tidak dapat dikatakan memiliki pendapatan berlebih.orang tua mereka cukup menyadari pentingnya arti pendidikan, namun masih membutuhkan dukungan pendapatan oleh anak mereka (peserta didik).dari hasil survey, juga diketahui bahwa akses Internet ataupun sumber belajar secara online, tidak dapat diakses oleh semua peserta didik.ada yang harus menabung terlebih dahulu untuk bisa menyewa jasa penyediaan Internet, ada yang hanya bisa meminjam fasilitas tersebut dari teman mereka yang kebetulan lebih mampu.kondisi ini berdampak pada kualitas tingkat pengetahuan dan penalaran peserta didik. Penggabungan kedua taksonomi, memungkinkan peneliti mengukur sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang ditargetkan dalam kurikulum. Jika selama ini, jenis evaluasi yang diberikan tidak cukup komprehensif, dalam artian, hanya mengukur tingkat pencapaian ilmu pengetahuan yang diajarkan dan tidak mengukur tingkat respon peserta didik dalam menghadapi soal, maka melalui integrasi kedua taksonomi ini, penulis dapat mengukur kedua hal tersebut. Inilah yang sebaiknya mendapat perhatian dari pengambil kebijakan dalam ilmu pendidikan.tujuan pembelajaran hendaknya tidak hanya untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga hendaknya berfokus kepada bagaimana respon peserta didik dalam menanggapi suatu permasalahan dan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dalam beragam situasi. Apakah ia memang sungguh-sungguh telah memahami esensi dari ilmu pengetahuan yang dipelajari (bukan hanya menghafal text-book), dan mampukah ia menerapkannya walau dihadapkan pada situasi berbeda dari yang telah diajarkan kepadanya, dan selanjutnya, mampukah ia memberikan respon yang baik dalam mengatasi permasalahan tersebut? Berdasarkan hasil analisisyang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan kualitas tingkat kognitif peserta didik yang mengakses pendidikan tinggi di berbagai Perguruan Tinggi Swasta di kawasan DKI Jakarta, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada hubungan keadaan sosial ekonomi dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa kecenderungan terbesar nilai kognitif peserta didik dalam taksonomi Bloom terletak hanya pada level enam (sintesis). Ini artinya, peserta didik hanya mampu menerima dan mensintesiskan ilmu yang diperoleh dalam situasi yang sudah dikondisikan di dalam kelas, namun bila dihadapkan pada persoalan serupa namun tak sama, mereka belum mampu menghadapi situasi tersebut, dan belum dapat merancang sebuah design kerangka pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dilhat dari perpektif taksonomi SOLO, kecenderungan terbesar nilai kognitif peserta didik terletak pada level terendah (prastuktural). Ini tentunya amat memprihatinkan, mengingat level ini adalah level yang mencerminkan bahwa peserta didik tidak dapat merespon tugas dengan baik dan tidak memiliki cukup keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan uraian hasil penelitian dan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dan prestasi belajar diterima.artinya, ada hubungan yang sangat kuat antara keadaan sosial ekonomi dengan prestasi belajar. Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

Kualitas Kognitif dalam Integrasi Taksonomi Bloom dan dan Taksonomi Solo... 357 5. Kesimpulan Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orang tua) yang keadaan sosial ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan sosial ekonominya rendah. Peserta didik dalam belajar akan sangat memerlukan sarana penunjang belajarnya, yang kadang-kadang harganya mahal. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi maka ini akan menjadi penghambat dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, keberhasilan suatu pendidikan ditunjang oleh beberapa faktor di antaranya kondisi sosial ekonomi yang meliputi sarana dan prasarana. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain sehingga ia akan termotivasi dalam belajar. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya hal ini dapat menurunkan semangat peserta didik untuk belajar. Dengan kata lain keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa, pada saat pendidik melakukan penilaian terhadap kualitas jawaban, soal uraian masih menggunakan pendekatan materi.artinya, kualitas jawaban soal dalam bentuk uraian ditentukan oleh kompleksitas materi atau panjang-pendek prosedur pengerjaan soal tersebut.integrasi kedua taskonomi tidak hanya dapat digunakan untuk menilai kualitas respon siswa terhadap terhadap masalah, namun di saat yang sama pendidik dapat mengukur kualitas berpikir subjek yang menjawab soal tersebut. Berdasarkan peran yang berbeda ini, kedua model taksonomi seharusnya digunakan bersama-sama sebagai alternatif sistem evaluasi yang saling melengkapi. Daftar Pustaka Biggs, J. dan Collis, K.F. (1982).Evaluating the Quality of Learning: The SOLO taxonomy. New York: Academic Press. Bloom, Benyamin S. dan R. Karthwohl, David R.1979.Taksonomy of Educational Objectives (The Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive Domain. London: Longman Group Ltd. Dettmer, Peggy (2006). New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning and Doing. Roeper Review; Winter 2006; 28, 2; ProQuest Education Journals. Moleong, Lexy. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 Vol 4, No. 1, Th, 2014

358 Venny Eka Meidasari, et al. Internet: BKKBN, diambil dari http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/batasanmdk.aspx pada 10 Maret 2012. Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora