BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif,tanda tanya untuk kalimat intorogatif,dan tanda seru untuk kalimat interjektif).

Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata ABSTRAK

Oleh Septia Sugiarsih

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

TATARAN LINGUISTIK (3):

Oleh Ratna Novita Punggeti

Perhatikan kalimat di bawah ini!

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

RINGKASAN PENELITIAN

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan kajian sintaksis sebelumnya pernah diteliti oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT MENJADI PARAGRAF SISWA KELAS V SD NEGERI2 LAMPASEH KABUPATEN ACEH BESAR. Dina Rizkina, Adnan, M. Yamin

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

Kegiatan Sehari-hari

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, membaca maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbahasa, kedua kemampuan tersebut, reseptif dan produktif, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini dilaksanakan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni berkarya di dalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, banyak ahli yang memberikan batasan definisi tentang kemampuan siswa. (Zul (2008: 134) mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi. Donald (Sardiman, 2009:73-74) mengemukakan kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. 2) Kemampuan ekstrinsik 7

adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Hamzah Uno (2010: 62) mendefinisikan kemampuan sebagai Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitankesulitan yang menghambat. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara, melihat, dan sebagainya. Akan

tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Selain itu, menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dengan adanya kemampuan siswa akan lebih mudah dalam mempelajari setiap materi yang diajarkan termasuk matari yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. 2) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Menurut Uno (2007:23) hakikat kemampuan belajar adalah Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dari beberapa pengertian kemampuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendapasar yang perlu dimiliki siswa yang memepelajari lingkup materi dalam suatu mata pelajaran pada jenjang tertentu.

2.2 Pengertian Kalimat Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya akan lebih tepat jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat dan klausa ada perbedaan yang mendasar. Menurut Kridalaksana (2006 : 83) kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3. konstruksional gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan. Pengertian kalimat menurut kridalaksana tentang kalimat ini mengindikasikan bahwa kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya. Pengertian ini sama dengan pendapat Tarigan (2007:48) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Tarigan menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai pembentuknya. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Tarigan maupun Kridalaksana tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun lisan, dapat berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai pengertian kalimat, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan/ tulisan yang mengungkapkan fikiran secara utuh, dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, dan diselai jeda. Apabila dalam wujud tulisan, kalimat diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya. 2.2.1 Jenis-Jenis Kalimat Jenis kalimat sangat beragam sesuai dengan fungsinya masing-masing. Menurut Finoza (2008: 154-162) kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut, (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) bentuk/ fungsi isinya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Putrayasa (2009: 19-119) bahwa kalimat terdiri dari beberapa jenis yaitu berdasarkan, (a) bentuk isinya, (b) jumlah klausanya, (c) predikat yang membentuknya, (d) sifat hubungan aktor-aksi, (e) struktur internal klausa utama, (f) ada tidaknya perubahan dalam pengucapan. Selanjutnya menurut Alwi dkk (2003: 336) jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari beberapa sudut yakni (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kalimat yang mengacu pada pendapat Finoza (2008: 154-162) menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan jumlah klausa pembentuknya, berdasarkan bentuk/ fungsi isinya, berdasarkan kelengkapan unsurnya, serta berdasarkan susunan subjek dan predikatnya. Berikut penjelasannya.

2.2.2 Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya Jenis kalimat menurut jumlah klausanya, dikemukakan oleh Putrayasa (2009:19-119) terbagi atas tiga macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. Sedangkan menurut Alek dan H. Achmad H.P (2010: 245) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dibedakan menjadi dua yaitu kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan kalimat majemuk (kompleks). Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Finoza (2008:154) jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya, dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara/ bertingkat (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat menurut jumlah klausa pembentuknya terdiri dari kalimat tunggal, dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk itu sendiri terbagi atas kalimat majemuk setara (koordinatif), kalimat majemuk tidak setara atau bertingkat (subordinatif), ataupun kalimat majemuk campuran (koordinatif-subordinatif). 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Menurut Alek dan Achmad (2010: 246) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi masing-masing dapat berupa bentuk majemuk. Sedangkan menurut Keraf (dalam Putrayasa, 2009: 41) kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan tersebut

tidak boleh membentuk pola yang baru. Sejalan dengan pendapat di atas, Finoza (2008: 154) kalimat tunggal yaitu kalimat yang mempunyai satu klausa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas atau hanya terdiri dari dua unsur inti. Contoh: - Dosen itu ramah. S P Dia akan pergi. S P 2) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Menurut Kosasih (2006: 87) kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau dua klausa atau lebih. Sedangkan Finoza (2008: 155) mengemukakan pendapatnya bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 48) mengemukakan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri dari klausa-klausa bebas. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. a. Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Contoh : Kami membaca dan mereka menulis.

b. Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Anak kalimat: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas. Induk kalimat: Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendati- pun, bahwa, dan sebagainya. 2.2.3 Jenis Kalimat Menurut Bentuk/Fungsinya Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat dapat dibedakan atas enam macam, yaitu: (1) kalimat berita/ deklaratif, (2) kalimat tanya/ interogatif, (3) kalimat perintah/ imperatif, (4) kalimat seru/ ekslamatif, (5) kalimat tak lengkap/ kalimat minor, (6) kalimat inversi/ kalimat yang predikatnya mendahului subyek (Finoza, 2008:159). Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Alek dan Achmad (2010: 244) mengemukakan jenis kalimat menurut fungsinya terdiri dari: (1) kalimat

pernyataan/ deklaratif, (2) kalimat pertanyaan/ interogatif, (3) kalimat perintah dan permintaan/ imperatif, (4) kalimat seruan/ ekslamatif. Jenis kalimat menurut bentuk atau fungsinya dibedakan menjadi sembilan macam yakni: (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya, (3) kalimat perintah, (4) kalimat aktif, (5) kalimat pasif, (6) kalimat langsung, (7) kalimat tak langsung, (8) kalimat harapan, serta (9) kalimat anjuran. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan jenis kalimat menurut bentuk/ fungsinya terdiri dari kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seru (ekslamatif), kalimat tak lengkap (kalimat minor), kalimat inversi (kalimat yang predikatnya mendahului subyek), kalimat harapan, dan kalimat anjuran. 2.2.4 Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya Jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya, kalimat itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: (1) kalimat mayor, (2) kalimat minor. Suatu kalimat dikatakan kalimat mayor kalau klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Berdasarkan pendapat Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2009: 105) jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya dibedakan menjadi kalimat lengkap (kalimat mayor/ sempurna) dan kalimat tidak lengkap (kalimat minor/ tidak sempurna). Sedangkan menurut Finoza (2008: 162) kalimat jika ditinjau dari kelengkapan unsur-unsurnya, terbagi atas kalimat lengkap (kalimat mayor) dan

kalimat tak lengkap (kalimat minor). Kalimat bahasa indonesia efektif sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kalimat menurut kelengkapan unsurnya terdiri dari kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap. Kalimat lengkap disebut sebagai kalimat mayor (kalimat sempurna), dan kalimat tidak lengkap disebut kalimat minor (kalimat tidak sempurna). Contoh kalimat mayor: 1. Nenek berlari pagi. 2. Kakeknya petani kaya di sana. Kalau klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut dengan kalimat minor. Contoh kalimat minor: Sedang makan! (sebagai kalimat jawaban dari kalimat tanya: Nenek sedang apa?) 2.3 Pengertian Kalimat Aktif Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya atau pelaku (aktor) melakukan suatu pekerjaan. Suatu kalimat dikatakan kalimat aktif jika subjek suatu kalimat merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai verba perbuatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif (Sugono, 2009:118).

Terkait dengan hal itu, Menurut Cook (dalam Tarigan, 2009: 25) bahwa kalimat aktif yaitu kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau aktor. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kridalaksana (2008: 124) bahwa kalimat aktif merupakan klausa transitif yang menunjukkan bahwa subjek mengerjakan pekerjaan dalam predikat verbalnya. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. kalimat dimana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-. Wenzlie (2005: 5 mengemmukakan bahwa kalimat aktif terdiri atas 2 jenis yaitu; 1) kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memilih obyek penderita, b) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya aktif melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Contoh: Dika menendang bola. Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa Jepang. 2.3.1 Jenis Kalimat Aktif Kalimat aktif juga memiliki jenis yang beragam. Sugono (2009: 118) mengatakan bahwa kalimat-kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kalimat aktif yang berobjek (dinamakan transitif) dan kalimat aktif yang tidak berobjek (disebut intransitif). Sedangkan menurut pendapat Kosasih

(2006: 83) kalimat aktif dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif semitransitif, (c) kalimat aktif dwitransitif, (d) kalimat aktif intransitif. Sejalan dengan dua pendapat sebelumnya, Putrayasa (2009: 91) membedakan kalimat aktif menjadi: (a) kalimat aktif transitif, (b) kalimat aktif intransitif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kalimat aktif dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (a) kalimat aktif transitif/ kalimat aktif yang berobjek, (b) kalimat aktif intransitif/ kalimat aktif yang tidak memiliki objek. 1) Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif transitif menurut Kosasih (2006: 83) merupakan kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek. Sedangkan menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang semua kata jadiannya mendapat afiks (imbuhan) per-, -i, -kan, per-i, per-kan, dan awalan fungsi me(n), me-, mem-. Tabel 1. Contoh Kalimat Aktif Transitif Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan saya dia pengusaha itu ayah masa resesi kami mengirimkan memasukkan meminjami membelikan melanda menggunakan lamaran tangannya ayah kami dunia usaha produksi dalam negeri uang sepeda ke kantor ke kantong Berdasarkan contoh-contoh tersebut, terlihat bahwa predikat kalimatkalimat itu berupa verba. Verba yang mengisi predikat kalimat aktif dinamakan

verba aktif. Jadi kalimat aktif juga ditandai oleh jenis verba yang mengisi predikat yaitu verba aktif. Verba aktif umumnya ditandai oleh prefiks me-(n) seperti berikut: Menulis Membaca Membawa Mencatat memasuki membesarkan mempercepat memperluas Verba aktif jika digunakan dalam kalimat sebagai predikat, menuntut kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran, misalnya verba menulis memerlukan pelaku (siapa yang menulis) dan sasaran (apa yang ditulis). Di samping berprefiks me-(n), ada beberapa verba yang tidak berprefiks me-(n) yang bisa menempati predikat kalimat aktif seperti dalam contoh berikut ini: a. Mereka minum kopi b. Kami makan gado-gado Verba jenis ini amat terbatas jika dibandingkan dengan verba aktif yang berprefiks me-(n). 2) Kalimat Aktif Intransitif Selain menandai kalimat aktif yang berobjek, prefiks me-(n) juga menandai kalimat aktif yang tidak memerlukan kehadiran objek misalnya dalam kata berikut ini: menangis membisu melangkah menyerah menari

Tabel 2. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks me-(n) Subjek Predikat Keterangan 1. Anak kecil itu 2. Dia menangis tidak mau menyerah kepada musuhnya Kalimat (1-2) itu termasuk kalimat aktif intransitif. Verba pengisi predikatnya adalah verba aktif. Kalimat aktif yang tidak berobjek ditandai juga oleh verba yang berprefiks ber-, misalnya berolahraga, berjalan, bertanya, bermain. Tabel 3. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Berprefiks ber- Subjek Predikat Keterangan 1. Mahasiswa 2. Dia berjalan suka bertanya setiap pagi Selain itu masih terdapat sejumlah verba yang tidak berprefiks yang termasuk verba aktif. Verba tersebut antara lain: kembali, datang, masuk, pergi, bangkit, bekerja, dan belajar. Tabel 4. Contoh Kalimat Aktif Intransitif Tidak Berprefiks Subjek Predikat Keterangan 1. Dia 2. Dia datang masuk setelah kematian suaminya ke dalam pergerakan kemerdekaan Menurut Putrayasa (2009: 93) kalimat tersebut teramasuk kalimat aktif walaupun verbanya tidak ditandai oleh prefiks me-(n) ataupun prefiks ber-. 2.3.2 Ciri Kalimat Aktif 1) Kalimat aktif transitif Ciri-ciri kalimat aktif transitif adalah (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) berobjek, (d) dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan cara mengubah objek menjadi subjek pada kalimat pasif, (e) berketerangan ataupun tidak berketerangan.

Contoh: Dina membeli sepeda di toko. Kakak mengirimkan surat lamaran ke kantor. 2) Kalimat aktif Intransitif Ciri-ciri kalimat aktif intransitif yaitu: (a) bersubjek, (b) berpredikat, (c) tidak berobjek, (d) tidak berpelengkap, (e) tidak dapat menjadi kalimat pasif, (f) berketerangan atau tidak berketerangan. Contoh: Anak kecil itu menangis tersedu-sedu. Rizki berolahraga setiap hari. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat yang mengandung makna subjek melakukan predikat. Umumnya subjek berada di depan predikat. Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan kegiatan atau aktifitas. Atau kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan. 2.4 Pengertian Wacana Menurut Tarigan (2009:24) Wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang dimanisfestisikan dalam perilaku linguistik. Sedangkan menurut Stubbs (dalam Henri Guntur Tarigan, 2009:24) wacana adalah organisasi bahasa diatas kalimat atau diatas klause. Dengan kata lain unit-unit linguistic yang lebih besar daripada kalimat atau klausa seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Nurgiyantoro (2012:373-374) menyebutkan Tiga macam jenis wacana dalam tes kompetensi menulis yaitu wacana prosa nonfiksi, wacana dialog, dan

wacana kesastraan. Wacana jenis prosa nonfiksi dimaksudkan sebagai berbagai tulisan berbentuk prosa bukan karya sastraseperti tulisan ilmiah. Wacana dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Wacana kesastraan merupakan sekian dari ragam bahasa yang banyak dijumpai dan dibicarakan banyak orang. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhungungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu harus muncul dari isi wacana, tetapi hanya sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu. 2.5 Kajian Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan oleh Husna Hasan pada tahun 2012 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menentukan Jenis Kalimat Aktif dalam Wacana melalui Metode Pemberian Tugas di kelas IV SDN No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil observasi kemampuan siswa pada pada siklus I sebesar 83.33% dan pada siklus II meningkat meningkat sebesar 91.67% meningkat menjadi 85%. Sedangkan tes kemampuan menentukan jenis kalimat aktif siswa pada kondisi awal sebesar 34.80%, Pada siklus I nilai ketuntasan 74% dan tingkat ketuntasan pada siklus II, nilai ketuntasan 91.30%. Selanjutnya penelitian yang serupa dilakukan oleh Agustin pada 2012 dengan judul meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Kalimat Aktif dalam Wacana Di Kelas IV SDN No. 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa proses pembelajaran kemampuan menulis kalimat

aktif dalam wacana di kelas IV SDN No 9. Kota Barat Kota Gorontalo diperoleh hasil ketuntasan pada observasi awal hanya berjumlah 5 orang atau sebesar 19.23%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 12 orang atau sebesar 46.15% dan pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 23 orang atau ketuntasan sebesar 88.46%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa menulis kalimat aktif dalam wacana di kelas III SDN No. 9 kota Barat Kota Gorontalo dapat meningkat dan melebihi indikator capaian. Penelitian di atas memiliki perbedaan pada jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dan lokasi yang berbeda, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan materi yang sama yaitu menentukan kalimat aktif dengan fokus mengetahui kemampuan siswa menentukan kalimat aktif dalam wacana di kelas IV SDN 17 Bongomeme Kabupaten Gorontalo.