MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H A. PENDAHULUAN Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, pengaturan tentang wakaf hanya menyangkut perwakafan tentang benda tak bergerak yang lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan komsumtif seperti masjid, madrasah, kuburan, pesantren musholla, sekolah dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah berlakunya Undang-Undang tentang Wakaf benda wakaf tidak hanya benda tak bergerak tetapi juga termasuk benda bergerak antara lain uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang undangan yang berlaku ( lihat pasal 16 ayat 1 dan 3 UU No. 41 tahun 2004). Ketentuan tersebut sebelumnya telah diperkuat oleh fatwa MUI tanggal 11 Mei 2002 yang menyatakan bahwa benda wakaf termasuk juga uang tunai dan surat-surat berharga dengan ketentuan nilai pokok uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual dihibahkan dan atau diwariskan. Ketentuan ini sesungguhnya merupakan terobosan baru yang cukuf signifikan dalam dunia perwakafan, karena wakaf dalam bentuk uang merupakan variable penting dalam pengembangan ekonomi. Ada kekhawatiran sebagian orang adanya wakaf uang akan menyalahi konsep dasar wakaf itu sendiri yang kekal dan tidak habis untuk keperluan konsumtif. * Makalah disampaikan dalam acara Pembinaan dan Sosialisasi Wakaf bagi Pengelola Wakaf Kota Dumai yang dilaksanakan oleh Kementreian Agama Kota Dumai di Hotel Comfort Dumai pada tanggal 11 Desember 2013 Wakil Ketua Pengadilan Agama Dumai 1
Pemahaman mendasar tentang adanya wakaf uang tunai adalah bagaimana agar uang tunai yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga (badan hukum) dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak. Dengan demikian aspek kemanfaatan dzat (benda yang diwakafkan) menjadi esensi jenis wakaf uang dan bukan dari sisi aspek dzat benda wakaf itu sendiri. B. BEBERAPA DEFINISI WAKAF 1. Secara Umum menurut syara wakaf adalah : Sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli) lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan yang sejenisnya, sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakan benda wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa imbalan. 2. Menurut Kompilasi Hukul Islam di Indonesia pasal 215 Waqaf adalah : Perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memindahkan sebagian dari miliknya dan melembagakan untuk selamalamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum sesuai dengan ajaran Islam 3. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 wakaf adalah : Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. 4. Wakaf Tunai / Wakaf Uang ( Cash Waqf) waqf al-nuqud adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai (fatwa MUI). Hukumnya boleh (Jawaz) Menurut Prof. MA Mannan, waqaf tunai adalah benda bergerak yang manfaatnya untuk kepentingan pendidikan, riset, rumah sakit, pemberdayaan ekonomi 2
lemah dan lain-lain. Konsep waqaf tunai dapat diinfakkan dalam bentuk uang tunai, harta yang berupa modal financial yang disimpan di bank-bank atau lembaga keuangan, atau berupa saham perusahaan yang hasilnya dapat dipergunakan untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian wakaf tunai merupakan wakaf dalam bentuk benda bergerak yang minimal pelaksanaannya dalam bentuk uang Secara ekonomi wakaf tunai sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya jangkauan mobilisasinya akan jauh lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional-konvensional, yaitu dalam bentuk harta fisik yang biasannya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relative mampu (kaya). Wakaf tunai dapat dilakukan oleh siapa saja, karena wakif tidak memerlukan jumlah uang yang besar untuk dibelikan tanah. Wakaf dapat diberikan dalam satuan - satuan yang kecil, misalnya, sebuah sertifikat wakaf tuani yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga wakaf resmi dapat dibayar menurut satuan Rp. 5.000,- ini memungkinkan partisipasi atau memperluas jumlah wakif. Dengan demikian wakaf tunai sangat perlu disosialisasikan di Indonesia demi memberantas kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, umat islam khususnya. C. MANFAAT WAKAF TUNAI 1. Wakaf tunai jumlahnya sangat bervariasi sehingga orang yang memiliki dana terbatas sudah bisa memulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. 2. Melalui wakaf tunai asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. 3
3. Dana wakaf tunai bisa membantu sebagian lembaga pendidikan islam yang pelaksanaannya kembang kempis sehingga csivitas akademikanya digaji dengan ala kadarnya. 4. Umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung pada anggaran pendidikan Negara yang memang semakin lama semakin terbatas. D. HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG 1. Belum didukung oleh regulasi yang memadai Sebelum lahir UU No 41 tahun 2004 yaitu PP No 28 Tahun 1977 dan UU no 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok Agraria, hanya mengatur benda-benda wakaf tidak bergerak dan diperuntukan lebih banyak untuk kepentingan tertentu saja, seperti masjid, pesantren, kuburan dan lain-lain. UU No 41 tahun 2004 belum disosialisasikan secara maksimal baik kepada nadzir maupun kepada masyarakat muslim terutama tentang keberadaan wakaf tunai. Selain itu dengan adanya atonomi daerah belum didapati secara maksimal visi kedaerahan yang berorientasi pengentasan kemiskinan melalui cara-cara yang islami, antara lain melalui pemberdayaan wakaf baik yang menyangkut wakaf konvensional, wakaf uang dan bentuk wakaf lainnya.. 2. Lemahnya/pembekuan pemahaman umat islam tentang wakaf, misalnya keyakinan sebagian umat Islam bahwa harta wakaf tidak boleh ditukar dengan alasan apapun, Selain itu kebanyakan masyarakat mempercayakan harta wakafnya bukan kepada nazir yang resmi tetapi kepada seseorang yang dianggap tokoh dalam lingkungannya yang tidak diketahui persis kemampuannya dan harta yang diwakafkan adalah hanya harta yang tidak bergerak saja. 3. Kebanyakan nadzir yang masih berpaham tradisional. 4
Demikian makalah yang sangat singkat dan penuh keterbatasan ilmu penulis tentang pemahaman mengenai wakaf tunai / wakaf uang terutama yang berkenaan dengan manfaat dan hambatan pengelolaan wakaf uang. semoga bermanfaat dan dapat dipahami. Mohon maaf dan terima kasih. Wassalam Dumai, Desember 2013 Penulis H. ASRORI DAFTAR BUKU BACAAN 1. Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Depok : Mumtaz Publishing, 2007 2. Depag RI Stategi Pengembangan Waqaf Tunai di Indonesia, Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007 3. Depag RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Buku III, Jakarta, 2007, 4. Depag RI, Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tentang Waqaf Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaannya, Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007, 5. Depag RI, Paradigma Baru Waqaf di Indonesia, Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007 6. Depag RI Pedoman Pengelolaahn Wakaf Tunai, Jakarta : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007. 7. M.A Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai sebuah inovasi instrument Keuangan Islam, Jakarta. Ciber PKTTI-UI, 2001 5
6