BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Internet memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, meskipun

BAB II LANDASAN TEORI. dan fungsinya. Organ Polisi Negara Republik Indonesia (Polri) organ polisi negara (Bambang Purnomo, 1988: 25).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhan, menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Unsur-Unsur Tindak Pidana dan Jenis-Jenis Tindak Pidana

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan Internet dalam segala bidang seperti e-banking, e-commerce, e-government,eeducation

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

PENGATURAN CYBER BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seorang anak, lebih lagi korban dari komentar anak-anak tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

PEDOMAN KUESIONER TERBUKA CYBER BULLYING. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

Penerapan Pancasila dalam Dunia Maya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

Bab 2 Etika, Privasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

I. PENDAHULUAN. kebosanan, serta dapat berfungsi juga sebagai media menyuarakan aspirasi,

karya manusia dalam kemajuan Ilmu Pegetahuan dan Teknologi adalah Internet. yang lain. Berdasarakan komponen yang ada dalam internet maka terciptalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN ETIKA BERKOMUNIKASI DIMEDIA SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 SURAKARTA

Balikpapan, 19 Agustus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. Pencemaran nama baik menurut hukum pidana sebagaimana yang. termaksud dalam Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana merupakan

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat.

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

Keamanan Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

15 Februari apa isi rpm konten

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

Berani Konseling, Lawan Bullying

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

oleh perdagangan secara konvensional. 1

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

I. PENDAHULUAN. untuk saling bersosialisasi dengan siapapun dan dimanapun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD)

Mewujukan Netizen Cilik yang Berbudaya Bali

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai inovasi teknologi di seluruh dunia. Perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan manusia. Teknologi dapat digunakan untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial manusia. Salah satu kemajuan teknologi yang paling pesat adalah dalam bidang teknologi informasi (internet) dan komunikasi. Dengan adanya internet, berbagai informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak. Sekarang ini, akses terhadap internet sangat mudah dilakukan sehingga menarik minat banyak orang untuk menggunakannya. Tidak hanya orang dewasa saja, tetapi remaja dan anak-anak juga tertarik untuk menggunakannya. Malah kecenderungannya sekarang, pengguna internet kebanyakan adalah remaja. Remaja adalah usia dimana seseorang ingin mencoba berbagai hal baru. Sehingga segala hal tentang internet dapat menarik perhatian. Dengan ketertarikan yang besar, maka keinginan untuk mengeksplore diri tentu menjadi besar pula. Keinginan untuk dikenal dan diperhatikan oleh banyak orang melalui internet. Hal ini dapat menimbulkan perilaku-perilaku yang negatif. Misalnya, 1

menulis sesuatu yang sebenarnya sangat privasi milik orang lain, meng-upload gambar orang lain yang kurang pantas, bahkan bisa pula mengolok-olok teman sendiri dalam sosial media. Padahal, perilaku meledek, menghina, atau memojokkan seseorang di internet termasuk dalam tindakan cyber bullying atau kekerasan dalam dunia maya (internet). Bullying dapat dilakukan dengan mudah, bahkan terkadang tanpa sadar, apa yang dilakukan termasuk dalam cyber bullying. Cyber bullying hanya berlaku untuk sesama anak/remaja. Sementara jika ada orang dewasa yang turut terlibat di dalamnya, maka itu tidak termasuk cyber bullying. Kegiatan tersebut sudah dapat dipandang sebagai perbuatan criminal atau cyber crime (Adrian Priyatna, 2010: 32). Cyber bullying atau kekerasan dunia maya lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Korban cyber bullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang. Intimidasi secara fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. Namun, korban cyber bullying mengalami tingkat depresi lebih tinggi. Dampak dari cyber bullying untuk para korban tidak berhenti sampai pada tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri (Flourensia Sapty Rahayu, http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/download/321/189). 2

Cyber bullying dapat dikatakan sebagai tindakan kejahatan baru yang menggunakan teknologi. Dalam hal ini, salah satu pihak yang dapat melakukan pencegahan serta penindakan adalah pihak kepolisian. Kepolisian adalah salah satu alat negara yang bertugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga pencegahan serta penanggulangan terhadap tindakan cyber bullying adalah salah satu peranan dari kepolisian. Dalam peraturan perundang-undangan, tindakan cyber bullying belum diatur dalam Undang-Undang yang khusus. Walaupun belum ada Undang- Undang yang secara khusus mengatur tentang tindakan cyber bullying, tetapi perbuatan yang termasuk dalam cyber bullying dapat diancam pidana melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pasal yang dapat dikenai dalam tindakan cyber bullying adalah Pasal 27 ayat (1), (3), dan (4); Pasal 28 ayat (2), dan Pasal 29. Dalam pasal-pasal tersebut, yang diatur adalah: Pasal 27 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. (3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. (4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi 3

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. Pasal 28 (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) Pasal 29 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berarti memperjelas akibat hukum bagi pelaku cyber bullying. Dengan demikian, polisi sebagai penegak hukum harus siap menanggulangi tindakan cyber bullying yang terjadi dalam masyarakat. Flourensia Sapty Rahayu melakukan penelitian tentang banyaknya remaja yang mengalami tindakan cyber bullying. Dari 363 siswa yang diteliti, sebanyak 28% siswa pernah mengalami tindakan cyber bullying. Pelakunya, 40% korban tidak tahu pelakunya dan 60% mengetahui pelakunya yaitu: teman sekolah (37%), kakak kelas (6%), adik kelas (40%), dan teman luar sekolah (7%). Sedangkan sarana yang digunakan untuk melakukan cyber bullying paling banyak adalah menggunakan jejaring sosial (35%) dan pesan teks (SMS) (33%) disusul dengan sarana-sarana yang lain (http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/ download/321/189). 4

Walaupun hanya sebesar 28% siswa yang pernah mengalami cyber bullying, tetapi mengingat dampak negatif yang ditimbulkan menyebabkan cyber bullying menjadi suatu tindakan yang memerlukan penanganan khusus. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan penanggulangan cyber bullying. Penanggulangan dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan cyber bullying serta mengatasi tindakan cyber bullying yang telah terjadi. Penanggulangan terhadap cyber bullying sangat penting untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari cyber bullying itu sendiri. Salah satu pihak yang dapat melakukan penanggulangan adalah kepolisisan. Kepolisisan sebagai lembaga yang bertugas untuk melindungi masyarakat serta berwenang menegakkan hukum merupakan lembaga yang dapat melakukan penanggulangan terhadap cyber bullying. Di Yogyakarta sendiri, pernah ada kasus terkait tindakan cyber bullying yang telah menyebabkan korban bunuh diri. Kasus ini terjadi pada Mei 2013 yang ditulis oleh Kevin Muhammad Haikal Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, dalam skripsinya yang berjudul Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Keluarga Bobby Kebo Yoga Sebagai Ketua Panitia Lockstock Festival yang Meninggal Dunia Dengan Diduga Akibat Cyber bullying. Cerita kasus ini sebagai berikut: Korban yang melakukan bunuh diri adalah Yustinus Yoga Cahyadi alias Bobby Kebo Yoga. Yustinus Yoga Cahyadi adalah ketua panitia 5

dalam event Lockstock Festival 2. Sebelumnya, dalam event Lockstock Festival 2 telah timbul beberapa masalah. Karena masalah yang timbul inilah Yustinus Yoga Cahyadi menerima banyak komentar yang bernada negative dalam akun twitternya maupun dalam akun Lockstock Festival 2. Event Lockstock Festival 2 digelar pada tanggal 25-26 Mei 2013. Pada tanggal 25 Mei, pada sore hari Yogyakarta diguyur hujan. Sehingga, penonton yang datang ke event Lockstock Festival 2 tidak memenuhi target panitia. Selain itu, kurangnya sponsor juga menambah masalah yang ada. Dari kedua masalah tersebut menyebabkan beberapa band yang diundang memutuskan untuk membatalkan penampilannya karena ketidak jelasan fee. Beberapa band yang tidak jadi tampil di event Lockstock 2 kemudian menulis twit yang bernada negative dalam media jejaring sosial Twitter. Salah satunya adalah @rmlegoh dari group band Koil yang menuliskan bahwa ketua panitia Lockstock Festival 2 telah membawa kabur fee pembayaran untuk Band yang akan tampil. Selain itu, penonton yang band idolanya tidak jadi tampil juga menuliskan hal yang negative untuk meluapkan kekecewaannya. Komentar negative yang datang pada Yustinus Yoga Cahyadi lewat jejaring twitter di jawab olehnya dengan twit terakhirnya sebelum bunuh diri. Twit tersebut berbunyi Trimakasih atas sgala caci maki @locstockfest2..ini gerakan..gerakan menuju Tuhan..salam. Setelah menulis twit tersebut, pada hari Minggu tanggal 26 Mei 2013 sekitar pukul 08.00 WIB, Yustinus Yoga Cahyadi ditemukan meninggal setelah menabrakkan diri ke kereta api Sri Tanjung jurusan Yogyakarta-Banyuwangi. Kasus yang dialami oleh Yustinus Yoga Cahyadi adalah salah satu kasus yang terjadi di Yogyakarta. Selama tahun 2013 bulan Januari sampai November, laporan tentang tindakan cyber bullying kepada Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut: Tabel 1: Laporan tindakan cyber bullying pada Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta bulan Januari-November 2013 Bulan Jumlah Laporan Bullying Internet Bullying HP Kasus yang Selesai Januari 2 laporan 1 laporan - Februari 4 laporan - 1 kasus Maret 1 laporan 1 laporan 1 kasus April - 1 laporan - Mei 3 laporan - - 6

Juni - 2 laporan 1 kasus Juli 3 laporan 1 laporan 3 kasus Agustus 2 laporan - - September 2 laporan 1 laporan - Oktober 1 laporan 1 laporan 1 kasus November 1 laporan - 1 kasus Jumlah 19 laporan 8 laporan 8 kasus 27 laporan 8 kasus selesai Sumber: Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Data diperoleh pada 27 Desember 2013. Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pelanggaran terhadap tindakan cyber bullying melalui internet sebanyak 19 laporan, sedangkan melalui Handphone (HP) sebanyak 8 laporan, sehingga totalnya 27 laporan. Dari laporan yang ada, kasus yang dapat diselesaikan sebanyak 8 kasus yang dapat diselesaikan oleh Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan peranannya, Polisi belum maksimal menangani tindakan cyber bullying. B. Identifikasi Masalah Dengan semakin canggihnya teknologi, maka kehidupan pun berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Permasalahan yang timbul semakin kompleks dari sebelunya dan semakin sulit ditangani. Masalah-masalah yang timbul karena perkembangan teknologi dapat berupa: 1. Adanya tindakan cyber bullying yang muncul akibat dari perkembangan teknologi. 7

2. Orang yang melakukan tindakan cyber bullying, kadang kala tidak sadar bahwa tindakannya termasuk dalam tindakan cyber bullying. 3. Korban yang mengalami tindakan cyber bullying tidak melapor kepada pihak berwajib ataupun orang tuanya karena faktor ketidak tahuan atau tidak berani melawan mereka yang melakukan tindakan cyber bullying kepadanya. 4. Sekolah, masyarakat, dan keluarga belum dapat mencegah terjadinya tindakan cyber bullying 5. Kepolisian sebagai lembaga negara yang bertugas menegakkan hukum, belum maksimal dalam menangani tindakan cyber bullying. C. Pembatasan Masalah Dari uraian identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi pembahasan pada Kepolisisan sebagai lembaga negara yang bertugas menegakkan hukum belum maksimal dalam menangani tindakan cyber bullying. Pembatasan dilakukan peneliti karena keterbatasan waktu, tenaga, serta biaya. D. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang serta pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1) Bagaimana peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying? 2) Apa kendala yang dialami oleh Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying? 8

3) Apa upaya yang dilakukan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengatasi kendala dalam menanggulangi kasus cyber bullying? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying 2. Mengetahui kendala yang dihadapi Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying 3. Mengetahui upaya yang dilakukan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengatasi kendala dalam menanggulangi kasus cyber bullying F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana yang merupakan salah satu rumpun keilmuan dari Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian berikutnya sesuai dengan bidang penelitian khususnya untuk pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan 2. Manfaat Praktis a) Manfaat bagi peneliti Untuk membentuk pola pikir peneliti agar dinamis dan untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam penerapan ilmu yang diperoleh 9

selama kegiatan perkuliahan. Disamping itu sebagai bekal peneliti untuk menjadi guru PKn yang professional b) Manfaat bagi Kepolisian Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan polisi dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan penanganan kasus cyber bullying c) Manfaat bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang cyber bullying sehingga tidak menjadi korban dan pelaku cyber bullying. Disamping itu memberikan informasi mengenai peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying. G. Batasan Istilah 1. Peranan Peranan menurut Poerwadarminta (1995: 751) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. 2. Penanggulangan Penanggulangan berarti upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi, atau mengatasi suatu keadaan. Di lingkungan Polri, istilah penanggulangan diartikan sebagai suatu usaha, tindakan dan kegiatan untuk mencegah dan menindak suatu kejahatan dan pelanggaran serta untuk 10

memelihara dan meningkatkan pembinaan Kamtibmas (Nurdjana, 2009: 28). Jadi, penangguangan adalah upaya untuk mencegah (perventif) dan menindak (represif). 3. Cyber bullying Justin W. Patchin and Sameer Hinduja (2012:9) dalam Cyber bullying Prevention And Response, mendiskripsikan cyber bullying sebagai willful and repeated harm inflicted through the use of computers, cell phone, or other electronic devices. Dapat diartikan bahwa cyber bullying merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk merugikan atau menyakiti orang lain secara psikologis melalui penggunaan komputer, telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya. Cyber bullying bukan saja dapat dilakukan melalui internet, tetapi dapat pula dilakukan melalui telepon baik sms, panggilan telepon, atau aplikasi lain dalam telepon. Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian Peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Menanggulangi Tindakan Cyber Bullying adalah tindakan yang dilakukan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mencegah (preventif) dan menindak (represif) tindakan yang merugikan atau menyakiti orang lain secara psikologis melalui penggunaan komputer, telepon seluler, dan peralatan elektronik lainnya. 11