II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. PENGAWAS BENIH IKAN

I. PENGAWAS PERIKANAN

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XV. PRANATA KOMPUTER

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XX. TEKNISI LITKAYASA

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

X. GURU A. Dasar Hukum

XII. PENGAWAS SEKOLAH

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

XI. D O S E N A. DASAR HUKUM

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER

2014, No

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 162 TAHUN 2000 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

Transkripsi:

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 9. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; 11. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 36/KEP/M.PAN/5/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan dan Angka Kreditnya; 12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/51/M.PAN/4/2005 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 36/KEP/M.PAN/5/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan dan Angka Kreditnya; 13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/60/M.PAN/6/2005 tentang Perubahan atas Ketentuan Lampiran I dan atau Lampiran II Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan dan Angka Kreditnya; 14. Keputusan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor SKB.54/MEN/2001 dan Nomor: 41 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan dan Angka Kreditnya; 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah ketiga kalinya dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007; 16. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 61/MEN/SJ/2002 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; 17. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.64/MEN/SJ/2002 tentang Tata Kerja Tim Penilai dan Tata Cara Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; 16

18. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.07/MEN- KP/KP.430/2006 tentang Pemberian Kuasa Menandatangani Keputusan tentang Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian, dan Mutasi Kepegawaian lainnya. B. PENGERTIAN-PENGERTIAN 1. Hama dan Penyakit Ikan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan dan atau menyebabkan kematian ikan. 2. Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (PHPI) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit ikan. 3. Pengendalian hama dan penyakit ikan adalah upaya pencegahan masuk dan tersebarnya, pengobatan, dan pemberantasan hama dan penyakit ikan, yang meliputi kegiatan-kegiatan persiapan dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit ikan, analisis dan evaluasi hasil pengendalian hama dan penyakit ikan, bimbingan pengendalian hama dan penyakit ikan, dan pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit ikan, serta pembuatan koleksi, visualisasi, dan informasi. 4. PHPI Terampil adalah jabatan fungsional PHPI Keterampilan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas prosedur dan teknik kerja tertentu. 5. PHPI Ahli adalah jabatan fungsional PHPI Keahlian yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis tertentu. 6. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) adalah blanko yang berisi keterangan perorangan PHPI dan butir kegiatan yang dinilai dan harus diisi oleh PHPI dalam rangka PAK. 7. Penetapan Angka Kredit (PAK) adalah blanko yang berisi keterangan perorangan PHPI dan satuan nilai dari hasil penilaian butir kegiatan dan atau akumulasi nilai-nilai butir kegiatan yang telah dicapai oleh PHPI yang telah ditetapkan oleh Pejabat Penetap Angka Kredit. 8. Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang PHPI dalam mengerjakan butir kegiatan dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat PHPI. 9. Tim Penilai Angka Kredit adalah tim penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang serta mempunyai tugas menilai prestasi kerja PHPI. C. TUGAS POKOK, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN 1. Tugas pokok PHPI adalah menyiapkan, melaksanakan, menganalisis, mengevaluasi, mengembangkan, dan melaporkan kegiatan pengendalian hama dan penyakit ikan dalam rangka melindungi sumber daya ikan dan lingkungannya. 2. Unsur dan sub unsur kegiatan PHPI yang dinilai angka kreditnya terdiri dari: a. Pendidikan, meliputi: 1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar. 2) Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan serta memperoleh STTPL atau Sertifikat. 17

b. Pengendali hama dan penyakit ikan, meliputi: 1) Menyiapkan tempat, alat, dan bahan; 2) Melaksanankan pemeriksaan dan pengendalian hama penyakit ikan; 3) Melakukan analisis dan evalusi hasil pengendalian hama dan penyakit ikan; 4) Membimbing pengendalian hama dan penyakit ikan; 5) Mengembangkan metode pengamatan/tindak karantina; 6) Membuat koleksi, visualisasi, dan informasi; 7) Melaksanakan pengawasan lalulintas. c. Pengembangan profesi, meliputi: 1) Membuat karya tulis/ilmiah dibidang pengendalian hama dan penyakit ikan; 2) Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan; 3) Membimbing PHPI dibawah jenjang jabatannya. d. Penunjang tugas pengendalian hama dan penyakit ikan, meliputi: 1) Mengikuti kegiatan seminar/lokakarya; 2) Mengajar/melatih pada pendidikan dan pelatihan; 3) Menjadi anggota dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional PHPI; 4) Menjadi anggota dalam organisasi profesi; 5) Memperoleh penghargaan/tanda jasa; 6) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya. D. JENJANG JABATAN, GOLONGAN, ANGKA KREDIT, TUNJANGAN JABATAN, DAN BATAS USIA PENSIUN NO. JENJANG JABATAN GOL ANGKA KREDIT TUNJANGAN Rp Tingkat Terampil II/b 40 1. PHPI Pelaksana II/c 60 197.000,- II/d 80 2. PHPI Pelaksana Lanjutan III/a 100 III/b 150 220.000,- 3. PHPI Penyelia III/c 200 III/d 300 264.000,- Tingkat Ahli 1. PHPI Pertama III/a 100 III/b 150 220.000,- 2. PHPI Muda III/c 200 III/d 300 330.000,- IV/a 400 3. PHPI Madya IV/b 550 550.000,- IV/c 700 BUP (THN) 56 18

E. PENGANGKATAN PERTAMA 1. Pejabat yang berwenang a. Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan PHPI Madya; b. Kepala Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan PHPI Pelaksana Lanjutan s.d PHPI Penyelia dan PHPI Pertama s.d PHPI Muda; dan c. Kepala Bagian Jabatan Fungsional a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan PHPI Pelaksana. 2. Persyaratan PNS yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan PHPI harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. PHPI Terampil 1) Berijazah serendah-rendahnya Diploma II bidang perikanan atau bidang lain yang berkaitan dengan bidang pengendalian hama dan penyakit ikan; 2) Pangkat serendah-rendahnya, Pengatur Muda Tk.I-II/b; 3) Telah mengikuti diklat fungsional di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan dan memperoleh sertifikat tanda lulus; 4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; 5) Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang telah memperoleh penetapan dari pejabat yang berwenang. b. PHPI Ahli 1) Berijazah serendah-rendahnya Sarjana (S.1)/Diploma IV (D.IV) bidang perikanan atau bidang lain yang berkaitan dengan bidang pengendalian hama dan penyakit ikan; 2) Pangkat serendah-rendahnya, Penata Muda-III/a; 3) Telah mengikuti diklat fungsional di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan dan memperoleh sertifikat tanda lulus; 4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; 5) Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang telah memperoleh penetapan dari pejabat yang berwenang. 3. Ketentuan dalam pengangkatan pertama a. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional PHPI dapat dilakukan setelah memperhitungkan jumlah kebutuhan/formasi PHPI pada unit kerja yang bersangkutan; b. Pengangkatan Pertama kali kedalam jabatan fungsional PHPI dapat dilakukan terhadap PNS yang telah dipersiapkan untuk mengisi kebutuhan PHPI pada unit kerja yang bersangkutan; c. Pangkat PHPI yang diangkat pertama kali adalah sama dengan pangkat terakhir yang diduduki sebagai PNS, sedangkan jenjang jabatan ditentukan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimilikinya yang berasal dari pendidikan, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengembangan profesi, dan penunjang tugas PHPI setelah ditetapkan oleh Pejabat Penetap Angka Kredit. 19

4. Tata cara pengangkatan pertama Pengangkatan pertama kali PNS dalam jabatan fungsional PHPI adalah sbb : a. PNS yang bersangkutan (calon PHPI) menyiapkan berkas usul pengangkatan dalam jabatan PHPI, yang terdiri dari: 1) Penetapan Angka Kredit (PAK) yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; 2) Fotocopy keputusan dalam pangkat/golongan terakhir yang dilegalisir; 3) Fotocopy ijazah terakhir bidang perikanan atau bidang lain yang terkait dengan pengendalian hama dan penyakit ikan yang dilegalisir; 4) Fotocopy Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) atau sertifikat di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan yang dilegalisir; 5) Fotocopy Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) tahun terakhir yang dilegalisir. b. Berkas usul pengangkatan dalam jabatan PHPI disampaikan PNS yang bersangkutan kepada pimpinan unit kerjanya untuk diperiksa atau diteliti kelengkapan dan kebenaran persyaratannya. c. Pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan PNS yang akan diangkat dalam jabatan PHPI, disertai dengan kelengkapan persyaratan pada huruf a kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. d. Pejabat yang berwenang, sesuai ketentuan yang berlaku memproses dan menerbitkan keputusan pengangkatan kedalam jabatan fungsional PHPI. e. Keputusan pengangkatan pertama kali tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada PHPI yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. F. PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN 1. Pejabat yang berwenang menetapkan Pengangkatan PNS dari jabatan lain kedalam jabatan PHPI, ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sebagaimana pengangkatan pertama kali pada huruf E butir I. 2. Persyaratan a. Memenuhi syarat sebagaimana ketentuan pada pengangkatan pertama kali, kecuali untuk pendidikan serendah-rendahnya SMK/SMU sesuai dengan kulifikasi yang ditentukan untuk jabatan PHPI; b. Memiliki pengalaman melakukan kegiatan di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; c. Berusia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai usia pensiun dari jabatan terakhir yang didudukinya. 3. Ketentuan pengangkatan dari jabatan lain a. Pangkat PHPI ditetapkan sesuai dengan pangkat terakhir yang dimiliki PNS yang bersangkutan, sedangkan jenjang jabatannya ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang berasal dari pendidikan, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengembangan profesi, dan penunjang tugas 20

pengendalian hama dan penyakit ikan, setelah ditetapkan oleh pejabat Penetap Angka Kredit. b. Bagi PHPI Terampil, selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak pengangkatan dalam jabatan PHPI harus sudah lulus Diklat fungsional pengendalian hama dan penyakit ikan. c. Pengangkatan dalam jabatan PHPI harus memperhitungkan kebutuhan jumlah PHPI pada unit kerja yang bersangkutan. 4. Tata cara pengangkatan dari jabatan lain Tata cara pengangkatan PNS dari jabatan lain ke dalam jabatan PHPI mengikuti tata cara pengangkatan pertama kali sebagaimana tersebut pada huruf E butir 4. G. PENETAPAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit a. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya bagi PHPI Madya; b. Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya bagi PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda di lingkungan Ditjen. Perikanan Budidaya dan UPT-nya; c. Kepala Pusat Karantina Ikan bagi PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda di lingkungan Pusat Karantina Ikan dan UPT-nya. 2. Jadwal waktu penetapan angka kredit Penetapan angka kredit dilakukan selambat-lambatnya akhir bulan Januari untuk kenaikan pangkat periode April, dan akhir bulan Juli untuk kenaikan pangkat periode Oktober tahun berjalan. Apabila pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit berhalangan sehingga tidak dapat melakukan penetapan angka kredit sampai batas waktu yang telah ditetapkan maka tugas tersebut didelegasikan kepada pejabat lain yang setingkat lebih rendah. H. PENGUSULAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat Pengusul a. Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya bagi PHPI Madya di lingkungan Ditjen Perikanan Budidaya dan UPT-nya; b. Kepala Pusat Karantina Ikan kepada Dirjen Perikanan Budidaya bagi PHPI Madya di lingkungan Pusat Karantina Ikan dan UPT-nya; c. Pimpinan Unit Kerja/UPT serendah-rendahnya eselon IV kepada: 1) Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan bagi PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda di lingkungan unit kerja masingmasing. 2) Kepala Pusat Karantina Ikan bagi PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda di lingkungan unit kerja masing-masing. 2. Waktu pengajuan DUPAK a. DUPAK disampaikan setelah menurut perhitungan, yang bersangkutan memenuhi jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi. 21

b. DUPAK beserta lampirannya harus sudah diterima oleh Sekretariat Tim Penilai selambat-lambatnya awal Januari untuk kenaikan pangkat periode April dan awal Juli untuk kenaikan pangkat periode Oktober tahun berjalan. 3. Tata cara pengajuan DUPAK PHPI/calon PHPI 1 Pimpinan 2 Tim 3a Unit Kerja Penilai Unit 6 5 Kerja 4a Direktur Kesehatan Ikan & Lingkungan/ Kepala Puskari Perbenihan 4c 3b Tim Penilai Pusat 3c 4b Dirjen Perikanan Budidaya Keterangan : 1) PHPI/calon PHPI menyampaikan DUPAK beserta lampiran persyaratan dan bukti fisik kepada pimpinan unit kerja/satuan organisasi untuk diteliti kelengkapan dan kebenaranya; 2) Pimpinan unit kerja/satuan organisasi dimaksud selanjutnya meneruskan DUPAK tersebut kepada Tim Penilai Instansi c.q. Sekretariat Tim, untuk PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda. Sedangkan untuk PHPI Madya disampaikan kepada Tim Penilai Pusat; 3) Penetapan Angka Kredit PHPI Pelaksana s.d Penyelia dan PHPI Pertama s.d Muda ditandatangani Direktur Kesling atau Kepala Puskari sesuai unit kerjanya, sedangkan untuk PHPI Madya oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya; 4) Realisasi Penetapan Angka Kredit, 4 (a,b,c), 5, 6. I. KENAIKAN JABATAN 1. Pejabat yang berwenang 1) Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan jabatan menjadi PHPI Madya; 2) Kepala Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan jabatan menjadi PHPI Pelaksana Lanjutan s.d PHPI Penyelia dan PHPI Pertama s.d PHPI Muda. 2. Persyaratan Pengusulan kenaikan jabatan PHPI dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Memperoleh angka kredit minimal yang telah ditetapkan oleh Pejabat Penetap Angka Kredit untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi; 2) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan yang terakhir; 3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. 22

3. Tata cara pengusulan kenaikan jabatan a. PHPI yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan, menyiapkan berkas yang terdiri dari: 1) Fotocopy Keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; 2) Fotocopy Keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; 3) Penetapan Angka Kredit (PAK); 4) Fotocopy DP3 tahun terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. b. Usul kenaikan jabatan PHPI, disampaikan oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutan kepada pejabat yang berwenang, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. c. Berdasarkan usul dan ketentuan yang berlaku, pejabat yang berwenang, menerbitkan keputusan kenaikan jabatan d. Keputusan kenaikan jabatan tersebut, disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada PHPI yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. J. KENAIKAN PANGKAT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan a. Presiden untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda-IV/c setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN; b. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Tk.I-IV/b setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN; c. Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina-IV/a setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN; d. Kepala Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Penata-III/c s.d Penata Tk.I-III/d setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN; e. Kepala Bagian Mutasi a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat Penata Muda Tk.I-III/b ke bawah setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. 2. Persyaratan PHPI yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat, menyiapkan berkas yang terdiri dari: a. Fotocopy Keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; b. Fotocopy Keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang; c. PAK asli; d. Fotocopy DP3 dalam 2 (dua) tahun terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang. 3. Ketentuan kenaikan pangkat/jabatan a. Komposisi jumlah angka kredit kumulatif yang harus dipenuhi oleh PHPI untuk kenaikan pangkat/jabatan, sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh 23

persen) angka kredit harus dari unsur utama dan sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) dari unsur penunjang. b. Untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi menjadi PHPI Madya, pangkat Pembina Tk.I-IV/b, diwajibkan mengumpulkan sekurangkurangnya 12 (dua belas) angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi. c. PHPI yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut diperhitungkan untuk kenaikan jabatan/pangkat berikutnya. d. PHPI yang telah mencapai angka kredit untuk kenaikan pangkat pada tahun pertama dalam masa pangkat yang dimilikinya, pada tahun berikutnya diwajibkan memperoleh angka kredit sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan pengendalian hama dan penyakit ikan. 4. Tata cara pengusulan kenaikan pangkat a. PHPI yang telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, melengkapi berkas kelengkapan usul kenaikan pangkatnya, selanjutnya secara hirarki disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan c.q. Kepala Biro Kepegawaian. b. Kepala Biro Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk, memproses dan menyampaikan berkas usulan tersebut kepada : 1) Presiden dengan tembusan Kepala BKN untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda-IV/c; 2) Kepala BKN untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pengatur-II/c s.d Pembina Tk.I-IV/b. c. Kenaikan pangkat hanya dapat dilakukan pada periode kenaikan pangkat sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu pada 1 April dan 1 Oktober. Sedangkan untuk kenaikan jabatan dapat dilakukan setiap saat, tidak tergantung periode kenaikan pangkat. d. PHPI yang dibebaskan sementara karena sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan, selama dalam pembebasan sementara dapat dipertimbangkan kenaikan pangkat pilihan tanpa dipersyaratkan angka kredit, dengan ketentuan : 1) Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; 2) Setiap unsur dalam DP3 bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. K. PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN 1. Pembebasan Sementara a. Alasan pembebasan PHPI dibebaskan sementara dari jabatannya apabila: 1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi. 2) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya : a) 10 (sepuluh) bagi PHPI Penyelia, pangkat Penata Tk.I-III/d; 24

b) 20 (dua puluh) bagi PHPI Madya, pangkat Pembina Utama-IV/c. 3) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berupa penurunan pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; 4) Diberhentikan sementara sebagai PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966; 5) Ditugaskan secara penuh diluar jabatan PHPI, termasuk yang menduduki jabatan struktural; 6) Cuti diluar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya; 7) Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. b. Ketentuan pembebasan sementara 1) PHPI yang dibebaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam butir a.3, selama menjalani hukuman disiplin yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas pokoknya, tetapi kegiatan tersebut tidak dapat ditetapkan angka kreditnya. 2) PHPI yang dibebaskan sementara karena tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan, selama pembebasan sementara tersebut dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat PNS sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002, apabila sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir dan setiap unsur penilaian prestasi kerja DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir, serta tidak melampaui pangkat atasan langsungnya. c. Tata cara pembebasan sementara 1) Pimpinan unit kerja mengusulkan PHPI untuk dibebaskan sementara dari jabatan fungsional PHPI kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan melampirkan : a) Fotocopy keputusan pangkat/jabatan terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; b) Fotocopy keputusan penugasan diluar jabatan PHPI yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; c) Fotocopy keputusan penunjukan tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; d) Fotocopy keputusan hukuman disiplin dengan tingkat hukuman sedang atau berat, berupa penurunan pangkat yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; e) Fotocopy keputusan cuti diluar tanggungan negara yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. 2) Berdasarkan usulan tersebut, pejabat yang berwenang, menerbitkan keputusan pembebasan sementara dari jabatan fungsional PHPI dan disampaikan kepada yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dengan tembusan kepada unit kerjanya dan atau instansi terkait. 2. Pengangkatan Kembali a. Kriteria pengangkatan kembali 1) PNS yang telah selesai menjalani pembebasan sementara, dapat diangkat kembali dalam jabatan PHPI, apabila telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana tersebut butir 1 diatas. 25

2) PNS yang diangkat kembali dalam jabatan PHPI dapat menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dan yang berasal dari prestasi kerja di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan yang diperoleh selama tidak menduduki jabatan PHPI setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. b. Tata cara pengangkatan kembali 1) PNS yang dibebaskan sementara dari jabatan PHPI melaporkan secara tertulis kepada pimpinan unit kerja yang bersangkutan bahwa yang bersangkutan telah selesai menjalani pembebasan sementara, dengan melampirkan: a) Penetapan Angka Kredit terakhir yang telah dimiliki atau Penetapan Angka Kredit terakhir yang telah ditambah angka kredit yang berasal dari prestasi di bidang pengendalian hama dan penyakit ikan yang diperoleh selama dibebaskan sementara. b) Fotocopy keputusan dalam pangkat terakhir yang dilegalisir pejabat yang berwenang. c) Fotocopy keputusan pembebasan sementara sebagai PHPI yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. d) Surat keterangan/keputusan/pernyataan telah selesai menjalani tugas di luar jabatan PHPI. e) Fotocopy ijazah/sttpl yang diperoleh dengan disertai pengangkatan/penugasan kembali pada unit kerja semula bagi yang telah selesai tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. f) Surat keterangan telah selesai menjalani hukuman disiplin. g) Fotocopy keputusan pengangkatan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil, bagi yang telah selesai menjalani cuti diluar tanggungan negara yang dilegalisir pejabat yang berwenang. 2) Berdasarkan laporan tersebut pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan pengangkatan kembali PNS yang bersangkutan kedalam jabatan PHPI dengan melampirkan persyaratan sebagaimana butir (1), sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3) Berdasarkan usul tersebut, pejabat yang berwenang, menerbitkan keputusan pengangkatan kembali PNS yang bersangkutan kedalam jabatan PHPI. 4) Keputusan pengangkatan kembali tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada PHPI yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerja yang bersangkutan dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. c. Ketentuan dalam pengangkatan kembali PNS yang diangkat kembali dalam jabatan PHPI, apabila dalam masa pembebasan sementara yang bersangkutan melakukan tugas yang berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit ikan maka prestasi kerja selama tidak menduduki jabatan PHPI dapat dinilai angka kreditnya, kecuali bagi PHPI yang dibebaskan sementara karena dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat. 3. Pemberhentian a. Alasan pemberhentian PNS diberhentikan dari jabatan fungsional PHPI dilakukan apabila : 26

1) Dijatuhi hukuman disiplin dengan tingkat hukuman disiplin berat dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; 2) Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diberhentikan sebagai PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979; 3) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; 4) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit bagi PHPI Penyelia, pangkat III/d dan PHPI Utama, pangkat IV/c. b. Tata cara pemberhentian 1) Pimpinan unit kerja mengusulkan PNS untuk diberhentikan dari jabatan PHPI kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dengan melampirkan: a) Fotocopy Keputusan pangkat terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; b) Fotocopy Keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; c) Surat keterangan dari Ketua Tim Penilai bahwa yang bersangkutan tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang dipersyaratkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan setelah pembebasan sementara; d) Fotocopy keputusan hukuman disiplin yang dilegalisir pejabat yang berwenang. 2) Berdasarkan usulan tersebut, pejabat yang berwenang menetapkan keputusan pemberhentian dari jabatan PHPI. 27