ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar. Hukum PERDATA. ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H. Joeni Arianto K - Pengantar Hukum Perdata

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

Persekutuan Unsur Status kelengkapan. ada. Famili di Minangkabau. Merupakan persekutuan hukum. Pengurus. Bernama Penghulu Andiko. Harta benda sendiri

HUKUM. wtätå Hukum Adat. Subyek Hukum dlm Hukum Adat. Joeni Arianto Kurniawan

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

ÉÄx{ Joeni Arianto Kurniawan

Pengantar Hukum Pidana Joeni Arianto Kurniawan,S.H.

HUKUM KELUARGA DAN KEWARISAN ADAT. Oleh: Fokky Fuad, SH, MH

Joeni Arianto Kurniawan, S. H. 11/07/2008 Joeni Arianto Kurniawan, S. H. - Hk Acara Pidana

HUKUM ADAT (Pasca Mid Semester)

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

Hukum Waris Kekeluargaan Adat Kelas B Pak Afdol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

HukumAdat WARIS. Joeni Arianto Kurniawan. Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

Joeni Arianto Kurniawan. Departemen Dasar Ilmu Hukum FH Unair 1

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB II LATAR BELAKANG DILAKUKANNYA PERJANJIAN KAWIN SEBELUM NIKAH. ialah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

CATATAN HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN ADAT MATERI UTS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN ADAT

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

HUKUM ADAT. Oleh : PUJI WULANDARI, M.Kn

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

HUKUM ACARA PIDANA. DOSEN PENGASUH MATA KULIAH: DRS. ZAINUL AKHYAR M. ELMY, S.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perkawinan menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

Calon suami isteri berhak menyimpang atau menghindarkan diri dari aturan menurut UU

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUKUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi.

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

PERJANJIAN JUAL BELI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan

KARAKTERISTIK HUKUM ADAT

data Profil Pemateri Nama : Dr. Sri Walny Rahayu, S.H., M. Hum. Pekerjaan : Dosen FH Universitas Syiah Kuala Jabatan/Pangkat/Gol/Ruang Lektor Kepala/P

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga,

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

Membangun Keluarga yang Islam

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEWARISAN DITINJAU DARI SISTEM HUKUM KEKERABATAN ADAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Subyek Hukum Dagang BADAN USAHA NON-BADAN HUKUM BADAN USAHA TIDAK BERBADAN HUKUM PERUSAHAAN DAGANG PERORANGAN 11/8/2014. Dlm Hk Dagang : Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian hukum menurut pendapat para ahli hukum : E. Utrecht, dalam bukunya pengantar dalam hukum indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FEM3313

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

UPAH DAN JAMINAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

JUAL BELI PERJANJIAN TIMBAL-BALIK. Saat terjadinya Jual- Beli 4/7/2014. Perjanjian timbal balik: BarangygmenjadiobyekperjJ-B: Ps.

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

KEDUDUKAN HUKUM PERKAWINAN ADAT DI DALAM SISTEM HUKUM PERKAWINAN NASIONAL MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Transkripsi:

ÉÄx{M Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

Perkawinan dlm Hukum Adat meliputi kepentingan dunia lahir dan dunia gaib HAZAIRIN: Perkawinan mrp rentetan perbuatanperbuatan magis, yg bertujuan utk menjamin ketenangan, kebahagiaan, dan kesuburan.

A. Van Gennep Perkawinan sbg suatu rites de passage (upacara peralihan) peralihan status kedua mempelai Peralihan ini tdr 3 tahap: - rites de separation -rites de merge - rites de aggregation

Djojodigoeno: Perkawinan merupakan suatu paguyuban atau somah (Jawa: keluarga), dan bukan merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar perjanjian. Hubungan suami-istri sebegitu eratnya, sebagai suatu ketunggalan Cth: Adanya harta gono-gini, adanya istilah garwa (Jawa), adanya perubahan nama stl kawin mjd nama tua

PERTUNANGAN Suatu fase sebelum perkawinan, dimana pihak lakilaki telah mengadakan prosesi lamaran kepada pihak keluarga perempuan dan tlh tercapai kesepakatan antara dua belah pihak untuk mengadakan perkawinan. Pertunangan baru mengikat apabila pihak laki-laki tlh memberikan kpd pihak perempuan tanda pengikat yg kelihatan (Jawa: peningset atau panjer).

Beberapa alasan / motif pertunangan: - Ingin menjamin perkawinan yg dikehendaki dapat berlangsung dlm waktu dekat. - Untuk membatasi pergaulan pihak yg telah diikat pertunangan - Memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk lebih saling mengenal

Akibat pertunangan: Kedua belah pihak telah terikat untuk melangsungkan perkawinan Tetapi, walaupun sudah terikat dlm pertunangan bukan berarti kedua mempelai harus melaksanakan perkawinan. Tetap dimungkinkan tjdnya pembatalan pertunangan Kemungkinan pembatalan pertunangan: 1. Oleh kehendak kedua belah pihak 2. Oleh kehendak salah satu pihak - Jk dilakukan pihak yg menerima tanda tunangan mengembalikan tanda tunangan sejumlah atau berlipat dari yg diterima - Jk dilakukan pihak yg memberi tanda tunangan tanda tunangan tdk dikembalikan

Perkawinan tanpa pertunangan: - kawin lari - kawin rangkat

PERKAWINAN dan Sifat Genealogis Perkawinan dlm sistem PATRILINEAL Perkawinan dlm sistem MATRILINEL Perkawinan dlm sistem PARENTAL

1. Perkawinan Patrilineal Perkawinan dg pembayaran JUJUR Jujur sbg tanda diputuskannya hubungan si isteri dg persekutuannya Setelah perkawinan, si isteri masuk sepenuhnya ke dalam keluarga / persekutuan si suami Sistem pembayaran jujur: - Secara kontan - Dibayar dikemudian hari - Tidak dibayar

Jika Jujur dibayar di kemudian hari: (Bali: Nunggonin, Batak: Mandinding. ) Hubungan antara menantu laki-laki dg keluarga isteri spt buruh dan majikan. Si laki-laki harus memberikan jasanya pd keluarga mertuanya, ttp ia tdk masuk ke keluarga isterinya (tetap sbg anggota persekutuan asalnya) Selama jujur belum dibayar, anak yg lahir akan masuk mjd anggota persekutuan keluarga isteri. Jk jujur tlh dibayar, anak-anak stl pembayaran jujur tsb masuk ke keluarga laki-laki

Jk jujur tdk dibayar: Dimaksudkan agar si laki-laki masuk ke keluarga isteri Sehingga anak yang dilahirkan nanti mjd penerus keturunan / clan dari bapak mertua laki-laki tersebut.

Dalam perkawinan sistem patrilineal dikenal kawin ganti suami (levirat)/ kawin ganti isteri (sororat) Jika suami mati, maka si isteri yg menjada harus kawin lagi dg saudara almarhum suaminya, atau jika si isteri mati mk si suami harus kawin dg saudara almarhum isterinya

Konsep adat Perbedaan Jujur dan mas kawin / mahar Jujur Kewajiban kerabat pria yg dilakukan pada saat pelamaran kepada kerabat wanita utk dibagikan kpd marga pihak perempuan Dilakukan pd saat pelamaran Tdk bisa dihutang Konsep Islam Mahar Kewajiban mempelai pria kepada mempelaiwanita (individu) Dilakukan stl akad nikah Bisa dihutang

2. Perkawinan Matrilineal Merupakan kebalikan perkawinan jujur Dilakukan dlm rangka mempertahankan keturunan pihak isteri Pihak pria tdk membayar jujur kpd pihak perempuan, bahkan utk daerah Minagkabau proses pelamaran dilakukan oleh pihak perempuan kpd pihak laki-laki.

Suami turut berdiam di rumah isteri dan keluarga isteri. Ttp suami tidak masuk ke dalam keluarga isterinya, melainkan tetap masuk keluarganya sendiri. Anak-anak keturunan dari perkawinan tersebut nantinya akan masuk ke dalam clan isterinya, dan si ayah tdk mempunyai kekuasaan terhadap anakanaknya.

3. Perkawinan Parental Si suami masuk ke dalam keluarga isterinya, dan sebaliknya. Shg akibat adanya perkawinan, baik suami maupun isteri mjd mempunyai dua kekeluargaan. Dikenal pemberian hadiah perkawinan dr pihak lakilaki kpdpihak perempuan, ttp bukan berfungsi sbg jujur melainkan lbh kpd sumbangan biaya perkawinan dari pihak laki-laki.

SISTEM PERKAWINAN Ada tiga macam: 1. Sistem Endogami 2. Sistem Eksogami 3. Sistem Eleutherogami

1. Sistem Endogami Berlaku di daerah toraja Orang hanya diperbolehkan kawin dengan seorang dari sukunya sendiri

2. Sistem Eksogami Tdp di daerah Gayo, Alas, Tapanuli, Minagkabau, Sumatera Selatan, Buru, dan Seram Orang hanya diperbolehkan kawin dengan seorang di luar clan keluarganya

3. Sistem Eleutherogami Paling banyak diterapkan di daerah-daerah di Indonesia Sistem dimana tdk mengenal larangan-larangan seperti pada sistem endogami maupun eksogami

UU No. 1 Th 1974 Perkawinan diatur secara unifikasi Hk adat ttg perkawinan dikesampingkan, krn yg digunakan adl hk agama (psl 2 ayat 1) Perkawinan dikonsepkan sebagai suatu perjanjian (psl 6 ayat 1)

HARTA PERKAWINAN UU 1 / 74: Psl 35-37 Terdiri dari (psl 35): 1. Harta bersama 2. Harta bawaan 1. Harta bersama Adalah hak bersama suami dan istri, digunakan atas perjanjian kedua belah pihak. (Psl 36 ayat 1) 2. Harta bawaan Hak sepenuhnya masing2 pihak (Psl 36 ayat 2)

Menurut Konsep Hk Adat Harta Perkawinan: 1. Harta Bersama / Harta Pencarian (Jawa: harta gono-gini, Minangkabau: harta suarang, dll) Meliputi segala kekayaan yang diperoleh suami atau isteri atau kedua-duanya secara bersama-sama, selama berlangsungnya perkawinan. 2. Harta Bawaan / Harta Asal (Jawa: gawan, Lampung: sesan, dll) Meliputi: harta / barang yg diperoleh suami / istrisebelum mereka menikah, harta / barang yang diperoleh dari warisan atau hibah. 3. Harta Pusaka / Harta peninggalan (hny utk daerah tertentu, spt: Batak, Minangkabau) Penguasaan harta perkawinan bergantung sistem kekerabatannya.

Masyarakat Patrilinieal: Istri kedudukannya tunduk pd hukum kekerabatan suami Shg semua harta perkawinan dikuasai oleh suami Tdk ada pemisahan harta yg penguasaannya berbeda-beda Semua harta, meliputi harta pencarian (bersama), harta bawaan (harta hasil warisan dan hadiah), hingga harta pusaka (harta peninggalan) penguasaannya (hak mengaturnya) dipegang oleh suami.

Masyarakat Matrilineal: Harta tepatan tinggal, harta pembawaan kembali, harta suarang dibagi, harta sekutu dibelah. Terdapat pemisahan kekuasaan thd harta perkawinan. Harta pusaka adalah harta milik bersama kerabat, penguasaannya dipegang oleh Mamak Kepala Waris. Suami atau istri hanya mempunyai hak pakai saja (cth: hak utk mengusahakan dan menikmati hasil panen dari tanah pusaka, hak mendiami rumah gadang) dan bukan memilikinya Harta bersama (harta suarang) dikuasai secara bersama oleh suami dan istri Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing.

Masyarakat Parental: Kedudukan suami istri sejajar Hanya dibagi mjd: harta bersama dan harta bawaan Harta bersama dikuasai bersama untuk kepentingan bersama Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing

PERCERAIAN Dalam pandangan adat adalah suatu hal yang semaksimal mungkin harus dihindari. Masyarakat patrilineal cenderung tdk mengenal (mengharamkan sama sekali) perceraian Sebab-sebab dimungkinkannya perceraian: 1. Istri berzinah Adalah suatu delik adat. Si istri / keluarganya wajib membayar uang delik, mengembalikan jujur, dan kehilangan hak atas harta bersama / gono-gini. 2. Ketidakmampuan istri / suami untuk menghasilkan keturunan 3. Suami meninggalkan isteri dalam waktu yg sangat lama / isteri berkelakuan tidak sopan 4. Adanya kesepakatan bersama untuk bercerai

Akibat Perceraian thd Harta Perkawinan Harta Bersama Harta bersama diatur menurut hukum masing-masing (hk Islam, Adat, atau B.W) Pasal 37 Dlm masyarakat patrilineal tdk mengenal perceraian, shg jk tjd mrp pelanggaran adat, shg istri tdk berhak menuntut bagian harta bersama (maupun jg thd harta bawaannya) Pada masyarakat parental, dan pada umumnya, harta bersama dibagi antara kedua belah pihak, masing-masing separuh. Jika salah satu pihak meninggal berada di bawah kekuasaan pihak yg masih hidup, utk kemudian diwariskan kpd anak-anaknya. Jk tdk ada anak, dibagikan kpd kerabat pihak yg meninggal.

Sekian & Terima Kasih Â`xÇâ}â exäéäâá [â~âå \ÇwÉÇxá t `xçâ}â exäéäâá UtÇzát \ÇwÉÇxá tê