ÉÄx{M Joeni Arianto Kurniawan, S. H.
Perkawinan dlm Hukum Adat meliputi kepentingan dunia lahir dan dunia gaib HAZAIRIN: Perkawinan mrp rentetan perbuatanperbuatan magis, yg bertujuan utk menjamin ketenangan, kebahagiaan, dan kesuburan.
A. Van Gennep Perkawinan sbg suatu rites de passage (upacara peralihan) peralihan status kedua mempelai Peralihan ini tdr 3 tahap: - rites de separation -rites de merge - rites de aggregation
Djojodigoeno: Perkawinan merupakan suatu paguyuban atau somah (Jawa: keluarga), dan bukan merupakan suatu hubungan perikatan atas dasar perjanjian. Hubungan suami-istri sebegitu eratnya, sebagai suatu ketunggalan Cth: Adanya harta gono-gini, adanya istilah garwa (Jawa), adanya perubahan nama stl kawin mjd nama tua
PERTUNANGAN Suatu fase sebelum perkawinan, dimana pihak lakilaki telah mengadakan prosesi lamaran kepada pihak keluarga perempuan dan tlh tercapai kesepakatan antara dua belah pihak untuk mengadakan perkawinan. Pertunangan baru mengikat apabila pihak laki-laki tlh memberikan kpd pihak perempuan tanda pengikat yg kelihatan (Jawa: peningset atau panjer).
Beberapa alasan / motif pertunangan: - Ingin menjamin perkawinan yg dikehendaki dapat berlangsung dlm waktu dekat. - Untuk membatasi pergaulan pihak yg telah diikat pertunangan - Memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk lebih saling mengenal
Akibat pertunangan: Kedua belah pihak telah terikat untuk melangsungkan perkawinan Tetapi, walaupun sudah terikat dlm pertunangan bukan berarti kedua mempelai harus melaksanakan perkawinan. Tetap dimungkinkan tjdnya pembatalan pertunangan Kemungkinan pembatalan pertunangan: 1. Oleh kehendak kedua belah pihak 2. Oleh kehendak salah satu pihak - Jk dilakukan pihak yg menerima tanda tunangan mengembalikan tanda tunangan sejumlah atau berlipat dari yg diterima - Jk dilakukan pihak yg memberi tanda tunangan tanda tunangan tdk dikembalikan
Perkawinan tanpa pertunangan: - kawin lari - kawin rangkat
PERKAWINAN dan Sifat Genealogis Perkawinan dlm sistem PATRILINEAL Perkawinan dlm sistem MATRILINEL Perkawinan dlm sistem PARENTAL
1. Perkawinan Patrilineal Perkawinan dg pembayaran JUJUR Jujur sbg tanda diputuskannya hubungan si isteri dg persekutuannya Setelah perkawinan, si isteri masuk sepenuhnya ke dalam keluarga / persekutuan si suami Sistem pembayaran jujur: - Secara kontan - Dibayar dikemudian hari - Tidak dibayar
Jika Jujur dibayar di kemudian hari: (Bali: Nunggonin, Batak: Mandinding. ) Hubungan antara menantu laki-laki dg keluarga isteri spt buruh dan majikan. Si laki-laki harus memberikan jasanya pd keluarga mertuanya, ttp ia tdk masuk ke keluarga isterinya (tetap sbg anggota persekutuan asalnya) Selama jujur belum dibayar, anak yg lahir akan masuk mjd anggota persekutuan keluarga isteri. Jk jujur tlh dibayar, anak-anak stl pembayaran jujur tsb masuk ke keluarga laki-laki
Jk jujur tdk dibayar: Dimaksudkan agar si laki-laki masuk ke keluarga isteri Sehingga anak yang dilahirkan nanti mjd penerus keturunan / clan dari bapak mertua laki-laki tersebut.
Dalam perkawinan sistem patrilineal dikenal kawin ganti suami (levirat)/ kawin ganti isteri (sororat) Jika suami mati, maka si isteri yg menjada harus kawin lagi dg saudara almarhum suaminya, atau jika si isteri mati mk si suami harus kawin dg saudara almarhum isterinya
Konsep adat Perbedaan Jujur dan mas kawin / mahar Jujur Kewajiban kerabat pria yg dilakukan pada saat pelamaran kepada kerabat wanita utk dibagikan kpd marga pihak perempuan Dilakukan pd saat pelamaran Tdk bisa dihutang Konsep Islam Mahar Kewajiban mempelai pria kepada mempelaiwanita (individu) Dilakukan stl akad nikah Bisa dihutang
2. Perkawinan Matrilineal Merupakan kebalikan perkawinan jujur Dilakukan dlm rangka mempertahankan keturunan pihak isteri Pihak pria tdk membayar jujur kpd pihak perempuan, bahkan utk daerah Minagkabau proses pelamaran dilakukan oleh pihak perempuan kpd pihak laki-laki.
Suami turut berdiam di rumah isteri dan keluarga isteri. Ttp suami tidak masuk ke dalam keluarga isterinya, melainkan tetap masuk keluarganya sendiri. Anak-anak keturunan dari perkawinan tersebut nantinya akan masuk ke dalam clan isterinya, dan si ayah tdk mempunyai kekuasaan terhadap anakanaknya.
3. Perkawinan Parental Si suami masuk ke dalam keluarga isterinya, dan sebaliknya. Shg akibat adanya perkawinan, baik suami maupun isteri mjd mempunyai dua kekeluargaan. Dikenal pemberian hadiah perkawinan dr pihak lakilaki kpdpihak perempuan, ttp bukan berfungsi sbg jujur melainkan lbh kpd sumbangan biaya perkawinan dari pihak laki-laki.
SISTEM PERKAWINAN Ada tiga macam: 1. Sistem Endogami 2. Sistem Eksogami 3. Sistem Eleutherogami
1. Sistem Endogami Berlaku di daerah toraja Orang hanya diperbolehkan kawin dengan seorang dari sukunya sendiri
2. Sistem Eksogami Tdp di daerah Gayo, Alas, Tapanuli, Minagkabau, Sumatera Selatan, Buru, dan Seram Orang hanya diperbolehkan kawin dengan seorang di luar clan keluarganya
3. Sistem Eleutherogami Paling banyak diterapkan di daerah-daerah di Indonesia Sistem dimana tdk mengenal larangan-larangan seperti pada sistem endogami maupun eksogami
UU No. 1 Th 1974 Perkawinan diatur secara unifikasi Hk adat ttg perkawinan dikesampingkan, krn yg digunakan adl hk agama (psl 2 ayat 1) Perkawinan dikonsepkan sebagai suatu perjanjian (psl 6 ayat 1)
HARTA PERKAWINAN UU 1 / 74: Psl 35-37 Terdiri dari (psl 35): 1. Harta bersama 2. Harta bawaan 1. Harta bersama Adalah hak bersama suami dan istri, digunakan atas perjanjian kedua belah pihak. (Psl 36 ayat 1) 2. Harta bawaan Hak sepenuhnya masing2 pihak (Psl 36 ayat 2)
Menurut Konsep Hk Adat Harta Perkawinan: 1. Harta Bersama / Harta Pencarian (Jawa: harta gono-gini, Minangkabau: harta suarang, dll) Meliputi segala kekayaan yang diperoleh suami atau isteri atau kedua-duanya secara bersama-sama, selama berlangsungnya perkawinan. 2. Harta Bawaan / Harta Asal (Jawa: gawan, Lampung: sesan, dll) Meliputi: harta / barang yg diperoleh suami / istrisebelum mereka menikah, harta / barang yang diperoleh dari warisan atau hibah. 3. Harta Pusaka / Harta peninggalan (hny utk daerah tertentu, spt: Batak, Minangkabau) Penguasaan harta perkawinan bergantung sistem kekerabatannya.
Masyarakat Patrilinieal: Istri kedudukannya tunduk pd hukum kekerabatan suami Shg semua harta perkawinan dikuasai oleh suami Tdk ada pemisahan harta yg penguasaannya berbeda-beda Semua harta, meliputi harta pencarian (bersama), harta bawaan (harta hasil warisan dan hadiah), hingga harta pusaka (harta peninggalan) penguasaannya (hak mengaturnya) dipegang oleh suami.
Masyarakat Matrilineal: Harta tepatan tinggal, harta pembawaan kembali, harta suarang dibagi, harta sekutu dibelah. Terdapat pemisahan kekuasaan thd harta perkawinan. Harta pusaka adalah harta milik bersama kerabat, penguasaannya dipegang oleh Mamak Kepala Waris. Suami atau istri hanya mempunyai hak pakai saja (cth: hak utk mengusahakan dan menikmati hasil panen dari tanah pusaka, hak mendiami rumah gadang) dan bukan memilikinya Harta bersama (harta suarang) dikuasai secara bersama oleh suami dan istri Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing.
Masyarakat Parental: Kedudukan suami istri sejajar Hanya dibagi mjd: harta bersama dan harta bawaan Harta bersama dikuasai bersama untuk kepentingan bersama Harta bawaan dikuasai oleh masing-masing
PERCERAIAN Dalam pandangan adat adalah suatu hal yang semaksimal mungkin harus dihindari. Masyarakat patrilineal cenderung tdk mengenal (mengharamkan sama sekali) perceraian Sebab-sebab dimungkinkannya perceraian: 1. Istri berzinah Adalah suatu delik adat. Si istri / keluarganya wajib membayar uang delik, mengembalikan jujur, dan kehilangan hak atas harta bersama / gono-gini. 2. Ketidakmampuan istri / suami untuk menghasilkan keturunan 3. Suami meninggalkan isteri dalam waktu yg sangat lama / isteri berkelakuan tidak sopan 4. Adanya kesepakatan bersama untuk bercerai
Akibat Perceraian thd Harta Perkawinan Harta Bersama Harta bersama diatur menurut hukum masing-masing (hk Islam, Adat, atau B.W) Pasal 37 Dlm masyarakat patrilineal tdk mengenal perceraian, shg jk tjd mrp pelanggaran adat, shg istri tdk berhak menuntut bagian harta bersama (maupun jg thd harta bawaannya) Pada masyarakat parental, dan pada umumnya, harta bersama dibagi antara kedua belah pihak, masing-masing separuh. Jika salah satu pihak meninggal berada di bawah kekuasaan pihak yg masih hidup, utk kemudian diwariskan kpd anak-anaknya. Jk tdk ada anak, dibagikan kpd kerabat pihak yg meninggal.
Sekian & Terima Kasih Â`xÇâ}â exäéäâá [â~âå \ÇwÉÇxá t `xçâ}â exäéäâá UtÇzát \ÇwÉÇxá tê