KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

Lestari dan Murhadi Pengaruh Nisbah Total Etanol - PKO...

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

Havita Dwi Anggasari 1) dan Murhadi 2) Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2)

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

Pengaruh Jenis Asam dan Waktu Reaksi Pemanasan terhadap Karakteristik Produk Etanolisis PKO (Palm Kernel Oil)

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

PENDAHULUAN ABSTRACT. Diterima : 21 Agustus 2012 Disetujui : 12 September Korespondensi Penulis :

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

3 METODOLOGI PENELITIAN

PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PRODUK FRAKSINASI DINGIN CAMPURAN CPO (CRUDE PALM OIL) DAN PKO (PALM KERNEL OIL)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

PRODUKSI DAN APLIKASI PRODUK MONOASILGLISEROL DARI MINYAK KELAPA DALAM PENGOLAHAN SANTAN AWET

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

Deskripsi ASAM LAURAT DARI BUAH KELAPA SEBAGAI ANTI BAKTERI HASIL HIDROLISIS ENZIMATIS MENGGUNAKAN LIPASE

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

KAJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA MONOASILGLISEROL (MAG) DAN MONO-DIASILGLISEROL (MDAG) DARI MINYAK KELAPA DAN MINYAK INTI SAWIT

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

Penelitian dan Pengembangan untuk Mendukung Agribisnis Kelapa Sawit Nasional

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

LAMPIRAN. Ekstraksi dengan 25 ml etil asetat digojog 10 menit dalam corong pemisah. Etil asetat dipisahkan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB III BAHAN DAN METODE

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Transkripsi:

KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT (Elaeis quineensis Jacq.) DAN MINYAK BIJI MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) [Antibacterial Activities of Crude Ethanolysis Product from Mixture of Palm Kernel Oil and Morinda Seeds Oil] Murhadi 1) dan Suharyono AS 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145 Telp. 0721-781823; e-mail: murhadi_thp@unila.ac.id ABSTRACT The objective of this research was to measure antibacterial activities of ethanolysis products that produced through ethanolysis reaction of mixture of palm kernel oil (PKO) and Morinda seeds oil (25:1 and 50:1, w/w) in ethanol solution contained 1% NaOH (v/w based on oil weight) at ratio of 5 : 6 (b/v) and shaken on a shaker (300 rpm, room temp.) for 3, 6, 9 and 12 minutes. Fractionation of ethanolysis products using absolute ethanol (1:3; v/v) and centrifuged at 4.000 rpm for 30 min, yielding Fraction 1 (upper layer) and Fraction 2 (lower layer). Generally, all ethanolysis products showed antibacterial activities against four test bacteria (E. coli, S. aureus, B. cereus and S. enteritidis) at range of d values (mm) from 0,93 (B. cereus; 3 min) up to 3,87 (E. coli; 9 min). Fraction 1 showed the highest antibacterial activity with d values (mm) from 1,20 (B. cereus; 9 min) up to 5,63 (E. coli; 9 min), while Fraction 2 for all treatments had no antibacterial activity, relativelly. Ethanolysis products and its fraction (Fraction 1) were resulted from ethanolysis reaction for 6 and 9 min showed higher antibacterial activities than those for 3 and 12 min. Keywords: Antibacterial activities, ethanolysis product, Morinda seeds oil, PKO PENDAHULUAN Salah satu produk samping industri pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit kasar (CPO) adalah minyak inti sawit atau PKO (palm kernel oil) yang banyak digunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri pangan dan non pangan. Minyak inti sawit berwarna kuning, dihasilkan dari ekstraksi terhadap daging buah biji (inti) sawit. Komposisi asam lemak PKO berbeda dengan CPO, karena asam lemaknya didominasi oleh asam laurat (12:0) dan asam miristat (14:0), masingmasing 45% dan 18% (Gurr, 1992). Mengkudu dengan nama spesiesnya Morinda citrifolia L. atau juga dikenal dengan nama buah noni, merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia terutama tumbuh liar di halaman rumah dan sekitarnya. Sejak sekitar tahun 2000, buah mengkudu telah diketahui banyak manfaatnya terutama untuk kesehatan manusia dan telah banyak diusahakan untuk pembudidayaan tanaman mengkudu. Mengkudu termasuk famili Rubiaceae, tumbuh sedikit membengkok dengan ketinggian antara 3-8 meter disertai cabang yang banyak serta ranting segi empat. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai dataran relatif tinggi dengan ketinggian antara 500-1500 meter dari atas permukaan laut (Wijayakusuma dan Dalimartha, 1999). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 47

Sebagai limbah dari pengolahan daging buah mengkudu, di antaranya menjadi produk sari buah mengkudu, serbuk (tepung) mengkudu, selai buah mengkudu, dan untuk keperluan pengobatan dalam bentuk kapsul serta untuk kosmetik, adalah biji buah mengkudu yang belum banyak dimanfaatkan. Biji mengkudu mengandung minyak dengan berbagai komponen asam lemaknya, terutama didominasi oleh asam lemak esensial yaitu asam lemak omega 6 (linoleat; 18:2, n6) yang dapat mencapai 66.8% dan sejumlah kecil asam lemak omega 3 (linolenat; 18:3, n3) serta vitamin E kira-kira 11-25 IU/100 g (John dan Wadsworth, 2002). Produk etanolisis campuran dari PKO dengan minyak biji mengkudu (MBM) diharapkan cukup potensial sebagai bahan pengawet sekaligus dapat meningkatkan nutrisi asam lemak esensial omega 6 dan 3 pada bahan/produk pangan. Hal ini terutama diharapkan dari kontribusi aktivitas antibakteri dari senyawa monogliserida (MG) terutama dalam bentuk monolaurin (asam laurat; 12:0) yang bersumber dari PKO dan tingginya kandungan asam lemak omega 6 (asam linoleat; 18:2) yang berasal dari MBM. Kombinasi tingginya kandungan asam laurat (12:0; sebagai antimikroba) dan asam linoleat (18:2; asam lemak esensial) dalam produk etanolisis tersebut, diharapkan merupakan kombinasi potensial sebagai pengawet pangan pada produk pangan yang bersesuaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk-produk MG dalam bentuk monolaurin dan monomiristin (asam miristat; 14:0) terbukti mempunyai aktivitas anti bakteri (Gram + dan Gram -), kamir, dan kapang dengan spektrum luas (Wang et al., 1993; Bautista et al., 1993; Oh dan Marshall, 1994; Cotton dan Marshall, 1997; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003; dan Rangga et al., 2005), bahkan juga terbukti sebagai anti sel-sel tumor dan HIV- 1 (Kovacs et al., 1999). Produk-produk MG tersebut umumnya dihasilkan dari suatu reaksi gliserolisis minyak nabati baik dari reaksi secara kimia (katalis kimia) pada suhu tinggi (> 210 o C) ataupun secara enzimatis baik komersial atau dari sumber alami. Kelemahan dengan metode-metode tersebut di antaranya adalah: rusaknya sebagian struktur kimia asam lemak akibat suhu tinggi (pirolisis), waktu yang lama, relatif mahal (enzim komersial), dan rendemen yang masih rendah (enzim dari sumber nabati). Salah satu metode produksi MG dan digliserida (DG) yang cukup potensial adalah dengan reaksi etanolisis minyak nabati pada suhu ruang. Hasanuddin et al. (2003), melaporkan bahwa produksi MG dan DG dengan reaksi etanolisis terhadap minyak sawit mentah (CPO) selama 6 menit pada suhu ruang (30 o C) dengan nisbah etanol dan CPO adalah 1 : 1 (v/b) dapat menghasilkan fraksi massa MG sejumlah 9.36% (b/b) dari berat sampel. Penelitian bertujuan untuk mengukur aktivitas antibakteri produk etanolisis dan fraksinya dari campuran PKO dengan MBM (25:1 dan 50:1; b/b) yang direaksikan dengan larutan etanol teknis 96% yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) di atas shaker (300 rpm) selama 3, 6, 9 dan 12 menit. Nisbah larutan etanol- NaOH 1% terhadap campuran PKO dengan MBM yang digunakan adalah 1,2 atau 6 : 5 (v/b). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 48

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan utama adalah PKO dan buah mengkudu yang sudah masak/tua. Bahan kimia: heksana p.a., etanol p.a., etanol 96%, NaOH, HCl, sodium sulfat anhidrat, dan akuades. Kultur bakteri: Escherichia coli (ATCC 25922), Staphylococcus aureus (ATCC 25923), Bacillus cereus (ATCC 11778), dan Samonella enteritidis (ATCC 13076). Media: NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth). Peralatan terdiri dari: soxhlet, shaker, separating funnel, timbangan analitik, rotavapor, pompa vakum, sentrifuge, penangas air, corong Buchner, otoklaf, vial, jangka sorong. dan alat-alat penunjang penelitian untuk uji antibakteri. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian meliputi tahap persiapan bahan, ekstraksi minyak biji mengkudu, produksi produk etanolisis dan fraksinasi produk etanolisis dari campuran PKO dengan MBM. Persiapan Bahan PKO diperoleh dari PTPN VII Bekeri, Lampung Tengah, lalu disaring menggunakan kertas saring (Whatman No. 42) dengan bantuan corong Buchner dan pompa vakum sehingga dihasilkan PKO yang bebas dari kotoran. Buah mengkudu dipilih yang sudah tua/masak, lalu dilakukan pemisahan biji mengkudu dengan mencucinya pada air mengalir, pengeringan biji mengkudu dalam oven 60 o C sampai kadar air 8-10%, penggilingan biji mengkudu kering hingga dihasilkan bubuk (serbuk) biji mengkudu kering yang siap diekstraksi minyaknya dengan pelarut heksana. Ekstraksi Minyak Ekstraksi bubuk biji mengkudu kering dilakukan terlebih dahulu dengan ekstraksi maserasi dalam pelarut heksana dengan penggoyangan (shaker; 275 rpm, 24 jam), disaring sehingga dihasilkan Filtrat 1 dan residu bubuk biji mengkudu. Selanjutnya residu tersebut diekstrak lagi dengan heksana pada alat soxhlet (24 jam) sehingga dihasilkan Filtrat 2. Filtrat 1 dan Filtrat 2 dicampur lalu dihilangkan pelarutnya (heksana) menggunakan rotary evaporator, disaring (Whatman No. 42) sehingga dihasilkan MBM bebas kotoran. Produksi Produk Etanolisis Produksi produk etanolisis dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu: (1) Komposisi campuran PKO dengan MBM, terdiri dari 2 taraf, 25:1 dan 50:1 (b/b); dan (2) Waktu reaksi etanolisis terdiri dari 4 taraf, 3, 6, 9 dan 12 menit. Reaksi etanolisis dilakukan dengan penambahan etanol 96% yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) dengan nisbah terhadap campuran PKO dengan MBM adalah 1,2 (v/b) atau 6 : 5 (v/b). Penelitian ini dilakukan secara deskriptif (3 kali ulangan) dan data yang diperoleh disajikan dalam bentuk histogram/grafik, lalu dianalisis secara deskriptif. Prosedur percobaan mengikuti prosedur yang telah dikembangkan oleh Hasanuddin et al. (2003) dengan modifikasi. Sejumlah (ml) etanol 96% yang telah mengandung NaOH 1% ditambah sejumlah (g) campuran PKO dengan MBM (sesuai perlakuan) dengan nisbah 1,2 (v/b), direaksikan di dalam Erlenmayer 250 ml (tertutup), lalu digoyang di atas shaker (kecepatan 300 rpm) selama 3, 6, 9 atau 12 menit (sesuai perlakuan) pada suhu ruang (28 ± 1 o C) dengan volume reaksi kurang lebih 100 ml. Etanol sisa dipisahkan dalam Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 49

labu pemisah, dicuci dengan akuades hingga lapisan bawah relatif jernih. Lapisan atas (produk etanolisis) dibebaskan dari kandungan airnya dengan menambahkan Na 2 SO 4 anhidrat, lalu disaring. Terhadap masing-masing produk etanolisis tersebut, dihitung rendemen dan diuji aktivitas antibakterinya. Fraksinasi Produk Etanolisis Fraksinasi produk etanolisis menggunakan metode pemusingan (sentrifuge; Mappiratu, 1999; Rangga et al., 2005) dalam pelarut etanol p.a dengan perbandingan produk etanolisis dan pelarut = 1 : 3 (v/v). Sebelum pemusingan, produk etanolisis didinginkan dalam lemari pendingin (2-4 o C) selama 1 jam. Pemusingan berlangsung selama 30 menit pada kecepatan putar 4.000 rpm sehingga menghasilkan dua fraksi terpisah (Fraksi 1 dan Fraksi 2). Terhadap masing-masing fraksi, diuji aktivitas antibakterinya. Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan terhadap produk etanolisis dan fraksinya menggunakan metode difusi agar/sumur (Gariga et al., 1983; Murhadi, 2002; Rangga et al., 2005). Pengujian aktivitas antibakteri produk etanolisis PKO- MBM dan fraksinya dilakukan terhadap enam jenis sampel, yaitu: (1) Sampel A = produk etanolisis PKO-MBM tanpa pengenceran; (2) Sampel B = produk etanolisis PKO-MBM dengan pengenceran menggunakan etanol (1:3, v/v); (3)Sampel C = Fraksi 1 yaitu lapisan atas; (4) Sampel D = pengenceran Fraksi 1 dengan etanol (1:3, v/v); (5) Sampel E = Fraksi 2 yaitu lapisan bawah; dan (6) Sampel F = pengenceran Fraksi 2 dengan etanol (1:3, v/v). Masing-masing kultur bakteri murni disegarkan di dalam medium NB steril selama 24 jam pada 37 o C, dihomogenkan (vorteks), diinokulasikan sebanyak 20 µl ke dalam Erlenmeyer yang berisi 20 ml medium agar cair (NA, 44-45 o C) steril, dikocok merata, kemudian dituang ke dalam cawan petri (100 x 15 mm) steril dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 5 lubang (sumur) secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm (seragam). Ke dalam tiap lubang, diinokulasi dengan 60 µl produk etanolisis atau fraksinya (dengan dan tanpa pengenceran). Sebagai kontrol, diinokulasi sebanyak 60 µl etanol 96%. Zona penghambatan yang diukur adalah radius (r, mm) penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37 o C. Pengukuran jari-jari (r, mm) zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat menggunakan jangka sorong (ketelitian 0.01 mm) pada beberapa sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan. Selanjutnya nilai d (mm) dapat dihitung dengan rumus: 2 x r. HASIL DAN PEMBAHASAN Warna PKO yang telah disaring adalah kuning cerah, relatif sama dengan warna MBM hasil ekstraksi dari biji mengkudu. Berat jenis PKO dengan MBM juga relatif sama, masing-masing adalah 0,9198 dan 0,9177, sehingga mudah dicampurkan. Rendemen Produk Etanolisis Histogram rendemen produk etanolisis kasar dari reaksi etanolisis campuran PKO dengan MBM, masingmasing untuk perlakuan dengan perbandingan 25:1 (b/b) dan 50:1 (b/b) serta perbedaan waktu etanolisis selama 3, 6, 9 dan 12 menit, disajikan pada Gambar 1. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 50

Rendemen Produk Etanolisis (%) 99 98 97 96 95 94 93 92 95,74 96,02 97,51 97,4 91 Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (25:1;b/b) Rendemen Produk Etanolisis (%) 100 99 98 97 96 95 94 93 92 91 90 97,92 95,56 96,1 96,35 Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (50:1;b/b) A B Gambar 1. Histogram rendemen produk etanolisis campuran dan minyak biji mengkudu dengan perbandingan 1:25 (b/b; A) dan 1:50 (b/b; B) Pola rendemen produk etanolisis kasar pada perlakuan PKO : MBM baik untuk perbandingan 25:1 (b/b) maupun 50:1 (b/b) relatif sama dengan semakin lama waktu reaksi etanolisis pada selang waktu 3 sampai 12 menit, yaitu dengan rendemen berkisar antara 95,56 97,92%. Aktivitas Antibakteri Grafik aktivitas antibakteri produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM serta fraksinya terhadap E. coli, S. aureus, B. cereus dan S. enteritidis dengan perlakuan lama reaksi etanolisis (3, 6, 9, dan 12 menit), masing-masing dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4, dan Gambar 5. Produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM memiliki aktivitas antibakteri terhadap empat bakteri penguji dengan kisaran nilai diameter (mm) zona penghambatan antara 2,27 (B. cereus; 9 menit) hingga 3,87 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25: 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 0,93 (B. cereus; 3 menit) sampai 3,12 (S. aureus; 6 menit). Fraksinasi dengan cara sentrifusi 4000 rpm 30 menit terhadap produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM menghasilkan 2 fraksi, yaitu Fraksi 1 sebagai lapisan atas (Sampel C) dan Fraksi 2 sebagai lapisan bawah/endapan (Sampel E). Aktivitas antibakteri Fraksi 1 lebih tinggi dibandingkan dengan produk etanolisis kasarnya dengan kisaran nilai diameter (mm) penghambatan antara 2,91 (B. cereus; 12 menit) hingga 5,63 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25 : 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 1,20 (B. cereus; 9 menit) sampai 3,75 (S. aureus; 12 menit). Sementara Fraksi 2 relatif tidak memiliki aktivitas antibakteri untuk semua perlakuan. Pengenceran terhadap produk etanolisis kasar atau fraksinya, masing-masing menggunakan etanol (1:3, b/v), rata-rata menurunkan daya aktivitas antibakterinya. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 51

6,0 5,0 4,0 MBM (25:1; b/b) A 3,5 2,5 1,5 0,5 MBM (50:1; b/b) B Gambar 2. Grafik diameter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap E. coli Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 52

Kajian Aktivitas Antibakteri 6,0 5,0 4,0 MBM (25:1; b/b) A 4,0 3,5 2,5 1,5 0,5 MBM (50:1; b/b) B Gambar 3. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap S. aureus Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 53

Kajian Aktivitas Antibakteri 5,0 4,5 4,0 3,5 2,5 1,5 0,5 MBM (25:1; b/b) A 2,5 1,5 0,5 MBM (50:1; b/b) B Gambar 4. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap B. cereus Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 54

Kajian Aktivitas Antibakteri 4,5 4,0 3,5 2,5 1,5 0,5 MBM (25:1; b/b) A 3,5 2,5 1,5 0,5 MBM (25:1; b/b) B Gambar 5. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap S. enteritidis Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 55

Fraksi 1 diduga merupakan campuran monogliserida (MG) dan digliserida (DG) dari proses etanolisis campuran PKO dengan MBM yang memiliki aktivitas antibakteri dan bersifat semipolar menuju polar, sehingga sangat larut dalam etanol. Diketahui bahwa etanol bersifat polar dengan karakteristik nilai = 0,68 (Moyler dalam Ashurst; 1995) dan konstanta dielektrik (25 o C) = 24,30 (Pomerans dan Meloan, 1994) yang dapat melarutkan substansi polar (Houghton dan Raman, 1998) termasuk MG dan DG. Ester asam lemak dengan gliserol dalam bentuk MG dengan komposisi asam lemaknya adalah asam laurat (12:0) misalnya yang berasal dari minyak kelapa (Wang et al., 1993; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003) atau dari PKO (Rangga et al., 2005) telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas. Fraksi 2 merupakan lapisan bawah (kurang larut dalam etanol/mengendap) dari hasil fraksinasi produk etanolisis campuran PKO dengan MBM relatif tidak memiliki aktivitas antibakteri, yang diduga merupakan sisa trigliserida (TG) dari proses etanolisis tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM masih merupakan gabungan antara MG, DG dan sisa TG dari campuran PKO dengan MBM. Sehubungan dengan aktivitas antimikroba asam-asam lemak dari sumber minyak atau lemak tanaman, diketahui bahwa lemak (dalam bentuk TG) tidak memiliki efek penghambatan terhadap mikroba, kecuali yang mengandung asam-asam lemak berantai karbon rendah-sedang khususnya dalam bentuk MG atau asam lemak bebas (Kabara dalam Branen dan Davidson, 1983). Aktivitas antibakteri produk etanolisis campuran PKO dengan MBM (25:1 dan 50:1, b/b) dan fraksi-fraksinya tertinggi adalah pada perlakuan reaksi etanolisis selama 6 dan 9 menit untuk Fraksi 1, khususnya terhadap bakteri uji E. coli dan B. cereus (Gambar 3 dan 5), sedangkan terhadap bakteri S. aureus dan S. enteritidis untuk reaksi etanolisis selama 12 menit, juga untuk Fraksi 1 (Gambar 4 dan 6). Reaksi etanolisis terhadap minyak sawit kasar (CPO) pada selang waktu reaksi 5 sampai 8 menit lebih optimal menghasilkan MG dan etil ester ketiga, lebih tinggi dari pada etanolisis CPO untuk menghasilkan DG dan etil ester pertama (Hasanuddin et al., 2003). KESIMPULAN Produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM memiliki aktivitas antibakteri terhadap empat bakteri penguji (E. coli, S. aureus, B. cereus dan S. enteritidis) dengan kisaran nilai diameter (mm) zona penghambatan antara 2,27 (B. cereus; 9 menit) sampai 3,87 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25: 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 0,93 (B. cereus; 3 menit) sampai 3,12 (S. aureus; 6 menit). Aktivitas antibakteri Fraksi 1 lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas antibakteri produk etanolisis kasarnya, dengan kisaran nilai diameter (mm) zona penghambatan Fraksi 1 antara 2,91 (B. cereus; 12 menit) hingga 5,63 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25 : 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 1,20 (B. cereus; 9 menit) sampai 3,75 (S. aureus; 12 menit). Sementara Fraksi 2 relatif tidak Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 56

memiliki aktivitas antibakteri untuk semua perlakuan. Secara keseluruhan, diameter zona penghambatan baik pada produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM maupun pada fraksi-fraksinya terhadap 4 bakteri penguji (E. coli, S. aureus, B. cereus dan S. enteritidis) relatif masih rendah, yaitu di bawah 6,00 mm. Untuk itu masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memodifikasi proses etanolisis campuran PKO dengan MBM dan mengoptimalkan proses fraksinasinya. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah membiayai penelitian ini yaitu pada Program Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2007 berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak antara Lembaga Penelitian Unila dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 028/SP2H/PP/ DP2M/ III/2007 tanggal 29 Maret 2007. DAFTAR PUSTAKA Bautista, D. A., A. R. Hill, and M.W. Griffiths. 1993. An all natural approach to preserve cottage cheese. Modern Dairy. 72(1):12-13. Cotton, L.N. and D.L. Marshall. 1997. Monolaurin preparation methods effects activity against vegetative cell of Bacillus cereus. J. Food Sci. Technol. 30(8):830-832. Gariga, M., M. Hugas, T. Aymerich, and J.M. Monfort. 1983. Bacteriogenic activity of lactobacilli from fermented sausage. App. Bacteriol. 75:142-148. Gurr, M.I. 1992. Role of Fats in Food and Nutrition. Elsevier Appl. Sci. New York. Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Hutomo. 2003. Pola Perubahan Mono dan Diasilgliserol dalam Reaksi Etanolisis Minyak Sawit Mentah. J. Teknol. dan Industri Pangan. XIV(3): 241-246. Houghton, P.J. and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. Chapman & Hall. London. John, J. and Wadsworth. 2002. Morinda Citrifolia Oil. United States Patent. Di dalam http://www.patft.uspto.gov/ Netacgi/Nph-Parser. Diakses Tanggal 10 Juni 2008. Kabara, J.J. Medium-chain fatty acids and esters. In Branen, A. L. and P.M. Davidson. 1983. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, Inc. New york. Kovacs, A., M. Schluchter, and K. Easley. 1999. Cytomegalovirus infection and HIV-1 disease progressionin infant born to HIV-1-infected women. New England J.Medicine. 341: 77-84. Mappiratu. 1999. Penggunaan Biokatalis Dedak Padi dalam Biosintesis Antimikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi S3. PPs IPB. Bogor. Mappiratu, D. Fardiaz, dan A. Hasanuddin. 2003. Produksi dan Aplikasi Produk Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa dalam Pengolahan Santan Awet. J. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 57

Teknologi & Industri Pangan. XIV(3): 233-240. Moyler, D.A. Oleoresins, tinctures, and extracts. In Ashurst, P.R. (Ed.). 1995. Food Flavorings. Blackie Academic & Profesional. New York. Murhadi. 2002. Isolasi dan Karakterisasi Komponen Antibakteri dari Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Oh, D.H. and D.L. Marshall. 1994. Enhanced inhibition of Listeria monocytogenes by glycerol monolaurat with organic acids. J. Food Sci. 59(6): 1258-1261. Rangga, A., Murhadi, F. Nuraeni, dan Pitutur. 2005. Produksi dan Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Gliserolisis dari Minyak Inti Sawit (PKO). Bahan Seminar Nasional Research and Studies TPSDP Dikti Depdiknas. Yogyakarta, Mei 2005. Wang, L.L., B.K. Yang, K.L. Parkin, and E.A. Johnson. 1993. Inhibition of Listeria monocytogenes by monoacylglyceros synthesized from coconut oil and milk fat by lipasecatalyzed glycerolysis. J. Agric. Food Chem. 41: 1000-1005. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 58