BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
M PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekalipun mereka berasal dari anak kembar. Tiap orang memiliki ciri-ciri pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan secara historis telah ikut menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan juga merupakan variabel yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai akhlak. Hal tersebut sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:5). Suatu keniscayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa melibatkan institusi pendidikan dan lebih khusus pembelajaran. Banyak mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah, salah satunya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 1

2 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Menurut Farisi (2013:6) terdapat perbedaan antara KTSP dengan kurikulum 2013 yaitu : pada kelas-kelas rendah (kelas 1-3) status IPS di SD tidak lagi sebagai mata pelajaran yang berdiri-sendiri atau otonom menggunakan label mata pelajaran IPS. Label IPS sebagai mata pelajaran, hanya digunakan di kelas-kelas tinggi (kelas 4-6). Namun demikian, baik di kelas-kelas rendah/tinggi, konten maupun kompetensi IPS SD pun tidak dikembangkan secara spesifik untuk tujuan kurikuler IPS atau tujuan-tujuan keilmuan (ilmu-ilmu sosial) yang selama ini telah menjadi sumbernya. Konten IPS SD juga tidak lagi memiliki kaitan struktural-fungsional dengan disiplin ilmu-ilmu sosial, kecuali sebagai kesatuan atau keutuhan tematik dalam rangka pembentukan KI dan KD. Di kelas-kelas rendah, konten IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Seni Budaya, dan di kelas-kelas tinggi, barulah konten IPS tetap terintegrasi secara utuh di dalam mata pelajaran IPS. Namun demikian, di dua jenjang SD tersebut, fungsi IPS berubah. IPS tidak lagi sebagai sumber konten, melainkan sebagai pengorganisasi konten, baik dalam bentuk tema atau kompetensi. Tema memiliki peran sentral di dalam proses integrasi konten kurikuler. Tema memberikan makna kepada setiap konten yang diintegrasikan, sehingga peserta didik mampu mempelajarinya secara lebih bermakna, karena kontens terkait secara langsung dengan kehidupan nyata. Sementara kompetensi IPS memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya. Berdasarkan model pengembangan KI dan KD seperti dikemukakan di atas, maka kompetensi-kompetensi IPS di dalam kurikulum SD 2013

3 diorganisasi secara berbeda antara kelas rendah (kelas I III), dan kelas tinggi (kelas IV VI). Di kelas-kelas rendah, kompetensi-kompetensi IPS diorganisasi terintegrasi ke dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sementara, di kelas-kelas tinggi, kompetensikompetensi IPS diintegrasikan ke dalam berbagai tema seperti gambar dibawah ini : Gambar 1.1 Struktur Kompetensi IPS SD menurut Kurikulum 2013 (Sumber : Farisi, 2013: 8) Menyadari pentingnya mata pelajaran IPS dalam kehidupan berbangsa, maka berbagai upaya yang mendukung pembelajaran telah dilakukan, baik oleh pendidikan formal maupun non-formal. Upaya tersebut seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan mutu guru, dan sarana prasarana pendidikan. Perbaikan tersebut masih dalam cakupan eksternal peserta didik, dalam hal ini peserta didik dipersepsi sebagai unsur yang harus dilayani. Idealnya, peserta didik perlu dilihat sebagai unit yang mengandung potensi, yang meliputi pengetahuan, nilai sikap dan dorongan. Menurut Ramainas (Victoria, 2010: 3) upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran.

4 Pengalaman guru dalam proses pembelajaran, umumnya masih merasakan bahwa produk/proses pembelajaran di bawah harapan. Hasil belajar umumnya masih rendah, perilaku-perilaku peserta didik yang tidak mendukung hasil belajar, seperti : malas, kurang perhatian, kurang motivasi belajar dan tidak disiplin masih banyak di temukan. Suryabrata (Victoria, 2010: 3) mengungkapkan rendahnya hasil belajar disebabkan oleh dua faktor, yakni : (1) faktor dari luar diri peserta didik (external), terdiri atas faktor- faktor sosial dan non-sosial, seperti kualifikasi guru, metode, media, peralatan dan evaluasi; (2) faktor dari dalam diri peserta didik (internal), terdiri atas faktor-faktor fisiologis dan psikologis, seperti intelegensi, minat, bakat, motivasi, persepsi, dan cara belajar. Berbagai penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut disinyalir timbul dari sistem pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan. Penyebab utama keberhasilan sekaligus ketidakberhasilan suatu proses pembelajaran dalam suatu pendidikan adalah kemampuan guru menerapkan metode pembelajaran yang sesuai. Penerapan metode pembelajaran yang sesuai, diharapkan mampu mengatasi atau menyiasati berbagai hambatan dan keterbatasan baik itu sarana maupun fasilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan temuan Depdiknas (Sudrajat, 2010) tentang permasalahan pembelajaran IPS, menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan terjadi kebosanan pada siswa saat pembelajaran berlangsung, lemahnya motivasi belajar siswa, rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, iklim pembelajaran masih bersifat teacher centered. Hal tersebut disebabkan karena strategi yang digunakan lebih banyak ceramah, guru kurang kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran yang ada. Lalu bagaimana menyikapi agar peserta didik mau dan menyukai untuk mempelajari IPS? Apakah model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar sangat monoton? Pembelajaran lebih didominasi oleh guru (theacher centered), sehingga membosankan. Padahal melihat dari ruang lingkup dan tujuan dipelajarinya IPS sangatlah penting, tinggal persoalannya

5 bagaimana guru yang bersangkutan dalam menyajikan pelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan di kelas. Mengingat kebutuhan tersebut penting dalam pembelajaran IPS, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah pengembangan dimensi kemampuan khususnya mengenai kemampuan berpikir kritis telah disentuh dan dikembangkan dalam pembelajaran IPS di SD. Untuk keperluan data awal, peneliti telah melakukan observasi ke sekolah yang hendak dijadikan lokasi penelitian. Adapun sekolah yang di pilih ialah SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Berdasarkan temuan observasi awal, diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran belum mencerminkan tuntutan dan harapan sebagaimana tujuan kurikulum dalam mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Hal tersebut ditunjukan antara lain : 1. Pembelajaran IPS masih bersifat teacher centered, dimana dalam pembelajaran guru masih mendominasi, dengan metode ceramah dan tanya jawab, bahkan hanya cenderung pada pemindahan pengetahuan saja dari guru ke siswa (transfer of knowledge) sementara siswa lebih banyak pasif, hal ini menyebabkab dalam pembelajaran kurang terbuka dalam memotivasi siswa untuk berinovasi sesuai tuntutan kurikulum. 2. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) baik menggunakan modul atau soal dari guru. 3. Guru hanya memberikan tumpukan informasi kepada siswa, terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan sampai saatnya diperlukan, dan lebih menekankan pada aspek hapalan, kurang mengembangkan aspek lainnya seperti keterampilan berfikir, menganalisa, dan bekerjasama, serta pembelajaran hanya terjadi dalam kelas. 4. Penilaian yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada aplikasi tes formal dengan konsentrasi pengukuran hanya pada aspek kognitif saja, sehingga siswa hanya dituntut untuk menghafal. 5. Pembelajaran belum mampu menggali dan mengembangkan potensi dasar siswa yang meliputi rasa ingin tahu (sense of curiosity), rasa ingin melihat kenyataan (sense of reality), rasa

6 ingin mencari (sense of inquiry), rasa ingin menemukan (sense of discovery). Kendala-kendala dalam praktek pembelajaran IPS tersebut di atas, pada gilirannya berdampak terhadap rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata mata pelajaran IPS yang masih di bawah SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 63,56% dari 70% SKM yang harus dicapai oleh siswa. Alternatif solusi yang ditawarkan untuk mengatasi persoalan di atas, peneliti memilih metode pembelajaran Inkuiri. Menurut Sari dan Gunansyah (2010: 3) bahwa pemilihan metode pembelajaran ini didasarkan karena Inkuiri mampu mengembangkan keterampilan kognitif khususnya keterampilan berpikir kritis yang diperlukan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan, diantaranya: (1) dapat memperoleh informasi baru; (2) menganalisis informasi tersebut dan menggunakannya secara efektif; (3) mengajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sebagai bekal pengetahuan; (4) membantu siswa untuk memahami belajar bagaimana belajar sehingga siswa kelak menjadi seorang pembelajar seumur hidup; dan (5) siswa mampu memperoleh informasi, menginterpretasi dan memanfaatkan informasi tersebut sebagai sesuatu yang penting bagi dirinya. Senada dengan pendapat di atas menurut Sanjaya (2009: 167) mengemukakan bahwa : Dalam stertegi inkuiri siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Menurut Arends (Trianto, 2007: 66) it is strange that we except students to learn yet seldom teach then about learning, we except student to solve problems yet seldom teach then about problem solving, yang berarti

7 dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Ryder (Sanjaya, 2009:131) menjelaskan pula tentang pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas-aktivitas harian manusia dan menyatakan bahwa hanya pribadipribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk terus berkembang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rustini (2009) terbukti bahwa model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas belajar siswa sehingga proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran IPS dengan menggunakan model inkuiri terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa sekolah dasar. Hasil penelitian Hendarwati (2013) juga membuktikan bahwa (1) aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar mempunyai kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata - rata aktivitas siswa sebesar 3,11. (2) Hasil belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05 dan t hitung (6,2650) < ttabel (1,671). Berdasarkan uraian latar belakang, terlihat jelas tentang pentingnya metode pembelajaran inkuiri dalam suatu proses belajar mengajar, termasuk dalam pembelajaran IPS agar peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode pembelajaran inkuiri, maka penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut melalui sebuah penelitian yang berjudul : pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest)? 2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest)? 3. Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode konvensional? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPS di SD Negeri Gunung Rahayu Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menerapkan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest). c. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode pembelajaran inkuiri dengan

9 kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menerapkan metode konvensional. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat teoritis bagi para stakeholder untuk dapat memahami dan mengembangkan lebih lanjut metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar baik di dalam kelas maupun luar kelas. Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi guru SD, hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran IPS. b. Bagi Prodi, dapat menjadi referensi/acuan dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPS di perkuliahan maupun pengembangan keilmuan. c. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang terkait dengan bidang pendidikan mengenai peningkatan kualitas pembelajaran IPS di Sekolah Dasar melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri. D. Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan seperti pendapat Tuckman (Victoria, 2010:14) mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukannya oleh orang lain. Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur variabel yang mendukung masalah penelitian. Jika penelitian itu terdiri dari serangkaian aktifitas operasional, maka penting sekali memberdayakan variabelnya lebih operasional pula. Ada dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu metode pembelajaran inkuiri sebagai variabel bebas (independent) dan

10 kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat (dependent). Adapun definisi operasional masing-masing veriabel tersebut sebagai berikut : 1. Metode Pembelajaran Inkuiri Metode pembelajaran inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar, inkuiri juga menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan, kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami oleh karena itu inkuiri menuntut siswa untuk berfikir. Metode pembelajaran inkuiri dalam konteks penelitian ini melibatkan siswa dalam kegiatan intelektual, menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk berpikir analisis, sistematis dan kritis. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Proses pembelajaran hendaknya mampu melatih aspek intelektual, emosional dan keterampilan bagi siswa. Salah satu potensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis yang harus dikembangkan oleh guru pada saat pembelajaran. Menurut Sapriya (2012:87) tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide. Senada dengan pendapat ahli diatas menurut Rakhmat (2004:79) mengartikan bahwa:

11 Berpikir kritis adalah keterampilan yang menggunakan proses berpikir dasar untuk menganalisis argument, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran yang logis, memahami asumsi dan bisa yang mendasari setiap posisi, memberikan model persentasi yang ringkas dan meyakinkan. Adapun kemampuan berpikir kritis dalam konteks penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses membaca dengan kritis, daya analisis, rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan mampu mengungkapkan pendapatnya secara baik dan benar. E. Struktur Organisasi Tesis Laporan hasil penelitian pada penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut: Bab I, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi tesis. Bab II, terdiri atas landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, dan variabel penelitian. Bab III, terdiri atas uraian mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian tersebut meliputi metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data, instrumen penelitian, dan pengujian instrumen penelitian. Bab IV, terdiri atas gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian melalui deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, terdiri atas penafsiran data dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, saran-saran yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut, serta rekomendasi penelitian ini.