HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

Sarah Youna Moniung Rolly Rondonuwu Yolanda B. Bataha

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat pertama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh : Intan Asmarita J500100053 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ABSTRAK Intan Asmarita. J500100053. 2014. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Latar Belakang : Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Secara total, hipertensi mungkin secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas 10-20% dari seluruh kematian (Julian et al., 2005). Kelainan tidur terjadi dalam persentase yang besar pada populasi dan biasanya tidak dibahas sebagai bagian dari evaluasi medis secara lengkap (Remmes, 2012). National Heart, Lung, and Blood Institut dari United States Department of Health and Human Services pada tahun 2009 menginformasikan bahwa kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kondisi medis lainnya. Tujuan Penelitian : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian berjumlah 36 pasien. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sphygmomanometer air raksa, stetoskop, dan rekam medis. Hasil Penelitian : Untuk menguji hipotesis digunakan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai p = 0,001, nilai signifikan p < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan : Ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kata Kunci : Kualitas Tidur, Tekanan Darah, Hipertensi

ABSTRACT Intan Asmarita. J500100053. 2014. Correlation Between Sleep Quality and Blood Pressure of Patients with Hypertension of Karanganyar General Hospital. Background : Hypertension is a primary risk factor for cardiovascular morbidity and mortality. Totally, hypertension may be directly or indirectly responsible for 10-20% of fatalities (Julian et al., 2005). Sleep disturbance occurs in great percentage among population and usually, it is not discussed as a part of complete medical evaluation (Remmes, 2012). National Heart, Lung, and Blood Institute of United States Department of Health and Human Services of 2009 informed that less sleep time or poor sleep quality increases risks of blood high pressure, cardiovascular diseases, and other medical conditions. Purpose of the Research : Purpose of the research is to know correlation between sleep quality and blood pressure of patients with hypertension. Method of the Research : The research uses the observational analytical method with cross sectional approach. Subject of the research is 36 patients. Instruments of the research are questionnaire, mercury sphygmomanometer, stethoscope, and medical records. Results of the Research : Chi-Square analysis was used to examine hypothesis and it obtained p value = 0.001, significance value p < 0.05. It means that Ho is rejected and Ha is accepted. Conclusion : There a correlation between sleep quality and blood pressure of patients with hypertension. Keywords : Sleep Quality, Blood Pressure, Hypertension

PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO), satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Proporsi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu satu dari sepuluh orang berusia 20-an dan 30-an sampai lima dari sepuluh orang berusia 50-an. Orang dewasa di beberapa negara berpendapatan rendah di Afrika memiliki tekanan darah tinggi dengan persentase tertinggi sebesar lebih dari 40% (WHO, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, sebagian besar kasus tekanan darah tinggi pada masyarakat belum terdiagnosis. Di Indonesia, pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun didapatkan prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 31,7%, yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi hanya 7,2% dan yang minum obat hipertensi hanya 0,4% (Depkes RI, 2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009 menginformasikan bahwa prevalensi kasus hipertensi esensial di provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 2,13%, sedangkan prevalensi hipertensi yang lain sebesar 0,21%. Jadi, total prevalensi kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 2,34%. Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Hipertensi mempercepat proses aterosklerosis pada arteri koroner, otak, dan ginjal, serta meningkatkan beban kerja jantung. Sebagai hasilnya pada pasien hipertensi adalah berisiko mengembangkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif. Secara total, hipertensi mungkin secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas 10-20% dari seluruh kematian (Julian et al., 2005). Kelainan tidur terjadi dalam persentase yang besar pada populasi dan biasanya tidak dibahas sebagai bagian dari evaluasi medis secara lengkap. Kantuk meningkatkan risiko kecelakaan kendaraan bermotor, kerja, dan mengurangi kinerja dan kualitas hidup. Jika tidak diidentifikasi dan diobati dengan baik, gangguan tidur dapat menyebabkan atau memperburuk gangguan medis dan psikiatris seperti hipertensi, penyakit pembuluh darah koroner atau otak, obesitas, dan depresi. Keinginan membatasi tidur menjadi masalah besar karena

peningkatan kompleksitas kehidupan dan ketersediaan hiburan larut malam mendorong waktu tidur yang lambat. Kita tidur, rata-rata berkurang satu jam pada malam hari daripada yang kita lakukan 100 tahun yang lalu, meskipun kebutuhan tidur kita tetap sama, sekitar 8 jam semalam (Remmes, 2012). National Heart, Lung, and Blood Institut dari United States Department of Health and Human Services pada tahun 2009 menginformasikan bahwa kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kondisi medis lainnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Kriteria inklusi : pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, pasien menjalani perawatan di bagian Poliklinik Penyakit Dalam, dan pasien menderita hipertensi. Kriteria eksklusi : pasien berusia < 18 tahun, pasien tidak bersedia menjadi responden, dan pasien menderita diabetes. HASIL Penelitian mengenai Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar telah dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dan didapatkan 36 sampel, dengan hasil sebagai berikut : 1. Karakteristik Sampel 1.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Dalam penelitian ini didapatkan subjek penelitian paling banyak adalah pasien dengan usia antara 61-70 tahun sebanyak 12 orang (33.3%),

sedangkan yang paling sedikit adalah pasien dengan usia 40 tahun sebanyak 1 orang (2.8%) (Tabel 1). Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Usia Frekuensi % 40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun 61-70 Tahun 71-80 Tahun > 80 Tahun 1 2 10 12 7 4 2.8 5.6 27.8 33.3 19.4 11.1 Jumlah 36 100.0 1.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam penelitian ini didapatkan subjek penelitian yang terdiri dari 13 pasien (36.1%) berjenis kelamin laki-laki dan 23 pasien (63.9%) berjenis kelamin perempuan (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-Laki Perempuan 13 23 36.1 63.9 Jumlah 36 100.0 1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur baik adalah sebanyak 18 orang (50.0%) dan yang memiliki kualitas tidur buruk adalah sebanyak 18 orang (50.0%) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur Kualitas Tidur Frekuensi % Baik Buruk 18 18 50.0 50.0 Jumlah 36 100.0 1.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa subjek penelitian yang memiliki hipertensi derajat 1 adalah sebanyak 20 orang (55.6%) dan yang memiliki hipertensi derajat 2 adalah sebanyak 16 orang (44.4%) (Tabel 4). Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Tekanan Darah pada Frekuensi % Pasien Hipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 20 16 55.6 44.4 Jumlah 36 100.0 1.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Dari tabel 7 diperoleh data mengenai kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Pada subjek penelitian ini didapatkan pasien yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 15 orang menderita hipertensi derajat 1 ( 83,3%) dan 3 orang menderita hipertensi derajat 2 (16,7%). Subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 5 orang menderita hipertensi derajat 1 (27,8%) dan 13 orang menderita hipertensi derajat 2 (72,2%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kualitas Tidur dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Keterangan Hipertensi Jumlah Derajat 1 Derajat 2 Kualitas Tidur Baik % Buruk % 15 83.3 5 27.8 3 16.7 13 72.2 18 100.0 18 100.0 Jumlah 20 16 36 2. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji analisis Chi-Square yang diolah menggunakan Statistic Product and Service Solution (SPSS) 16 karena sudah memenuhi syarat yaitu tidak ada nilai expected yang kurang dari 5. Hasil yang didapatkan dari analisis data tersebut adalah nilai p sebesar 0,001. Oleh karena itu, Ho ditolak dan Ha diterima (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji analisis Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara kualias tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi, kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi untuk melihat besarnya pengaruh kualitas tidur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi dengan uji korelasi Contingency Coefficient. Dari hasil korelasi diperoleh nilai 0,488, ini menunjukkan bahwa kekuatan korelasinya sedang. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014 setelah mendapatkan izin dari bagian Diklit Rumah Sakit Umum Daerah

Karanganyar untuk melakukan penelitian di Bagian Poliklinik Penyakit Dalam yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini diperoleh total 36 sampel, yaitu pasien yang memiliki hipertensi derajat 1 atau hipertensi derajat 2 yang menjalani perawatan di Bagian Poliklinik Penyakit Dalam. Data diambil secara langsung dengan kuesioner untuk mengetahui kualitas tidur, sphygmomanometer air raksa dan stetoskop untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi dan secara tidak langsung dengan menggunakan rekam medis untuk mengetahui riwayat hipertensi. Karakteristik sampel penelitian tersebut dilihat dari usia didapatkan kelompok usia tertinggi yaitu antara 61-70 tahun sebanyak 12 orang (33,3%), kemudian kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 10 orang (27,8%), kemudian kelompok usia 71-80 tahun sebanyak 7 orang (19,4%), kemudian kelompok usia > 80 tahun sebanyak 4 orang (11,1), kemudian kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang (5,6%), dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 40 tahun sebanyak 1 orang (2,8%). Hal ini sesuai dengan teori Yogiantoro (2009), yang menyatakan bahwa usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, makin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Karakteristik sampel penelitian dilihat dari jenis kelamin didapatkan 13 orang (36,1%) berjenis kelamin laki-laki dan 23 orang (63,9%) berjenis kelamin perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah sampel yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut teori Sanif (2009), laki-laki pada populasi umum memiliki angka diastolik tertinggi pada tekanan darahnya dibandingkan dengan perempuan pada semua usia dan juga laki-laki memiliki angka prevalensi tertinggi untuk terjadinya hipertensi. Walaupun laki-laki memiliki insiden tertinggi kasus kardiovaskuler pada semua usia, hipertensi pada laki-laki dan perempuan dapat menyebabkan stroke, pembesaran ventrikel kiri, dan disfungsi ginjal. Hipertensi terutama

mempengaruhi perempuan karena faktor resikonya dapat dimodifikasi dan hipertensi sering terjadi pada perempuan tua. Karakteristik sampel berdasarkan kualitas tidur didapatkan yang memiliki kualitas tidur baik adalah sebanyak 18 orang (50,0%) dan yang memiliki kualitas tidur buruk adalah sebanyak 18 orang (50,0%). Dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang memiliki kualitas tidur baik sama dengan jumlah sampel yang memiliki kualitas tidur buruk. Karakteristik sampel berdasarkan tekanan darah pada pasien hipertensi didapatkan yang memiliki hipertensi derajat 1 adalah sebanyak 20 orang (55,6%) dan yang memiliki hipertensi derajat 2 adalah sebanyak 16 orang (44,4%). Dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang memiliki hipertensi derajat 1 lebih banyak daripada jumlah sampel yang memiliki hipertensi derajat 2. Tabel 7 menunjukkan bahwa pasien yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 15 orang ( 83,3%) menderita hipertensi derajat 1 dan 3 orang (16,7%) menderita hipertensi derajat 2. Subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 5 orang (27,8%) menderita hipertensi derajat 1 dan 13 orang (72,2%) menderita hipertensi derajat 2. Dapat dilihat bahwa pada sampel yang memiliki kualitas tidur baik lebih banyak yang menderita hipertensi derajat 1 daripada hipertensi derajat 2, sedangkan sampel yang memiliki kualitas tidur buruk lebih banyak yang menderita hipertensi derajat 2 daripada hipertensi derajat 1. Derajat hipertensi pada sampel yang kualitas tidurnya buruk lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Remmes (2012), yang menyatakan bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan atau memperburuk gangguan medis dan psikiatris seperti hipertensi, penyakit pembuluh darah koroner atau otak, obesitas, dan depresi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji analisis Chi-Square dan didapatkan hasil nilai p adalah 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi Contingency Coefficient untuk mengetahui berapa kekuatan korelasinya dan diperoleh nilai 0,488, ini menunjukkan bahwa kekuatan korelasinya sedang. Hasil dari analisis data tersebut

juga menunjukkan bahwa pada kualitas tidur buruk resiko terjadinya peningkatan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki kualitas tidur baik. Menurut hasil penelitian cross sectional oleh Bansil et al. (2011), bahwa orang dewasa yang memiliki gangguan tidur, tidur yang pendek, dan kualitas tidur buruk 1,84 kali lebih mungkin memiliki hipertensi daripada orang dewasa yang tidak memiliki gangguan tidur, tidur yang pendek, dan kualitas tidur buruk. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bruno et al. (2013), bahwa kualitas tidur yang buruk secara signifikan berhubungan dengan resistensi terhadap pengobatan pada perempuan hipertensi, yaitu gabungan antara gangguan kardiovaskuler dengan gangguan kejiwaan, sedangkan resistensi terhadap pengobatan pada laki-laki hipertensi berhubungan dengan usia, diabetes melitus, dan obesitas. Kurang tidur dapat merujuk ke kualitas tidur yang buruk. Tidur yang kurang dapat membawa kepada perkembangan hipertensi yaitu dengan cara meningkatkan aktivitas simpatis, meningkatkan stresor fisik dan psikis, dan meningkatkan retensi garam (Gangwisch et al., 2006). Di dalam penelitiannya, Javaheri et al. (2008) menyatakan bahwa data mengenai hubungan antara peningkatan tekanan darah karena kualitas tidur yang buruk pada orang dewasa sudah banyak, kualitas tidur adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kesehatan selain life style, efisiensi tidur yang rendah diketahui dapat berisiko terhadap terjadinya hipertensi, optimalisasi jam tidur dapat membantu untuk mencegah terjadinya hipertensi. Memantau kualitas dan kuantitas tidur sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat sangat penting dilakukan. Menurut Japardi (2002), penatalaksanaan umum gangguan tidur yaitu sebagai berikut : 1. Pendekatan hubungan antara dokter dengan pasien yang bertujuan : a. Mencari penyebab dasar dan pengobatan yang adekuat b. Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik c. Mencegah komplikasi sekunder akibat penggunaan obat hipnotik, alkohol, dan gangguan mental

d. Mengubah kebiasaan tidur yang jelek 2. Konseling dan psikoterapi Psikoterapi sangat membantu pasien yang memiliki gangguan psikiatri (depresi, obsesi, dan kompulsi) dan gangguan tidur kronik. Psikoterapi dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur tanpa penggunaan obat hipnotik. 3. Sleep hygiene a. Tidur dan bangun secara reguler/kebiasaan b. Hindari tidur pada siang hari/sambilan c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari d. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti dekongestan e. Latihan/olagraga ringan sebelum tidur f. Hindari makan sebelum tidur, tetapi jangan tidur dalam keadaan perut kosong g. Segera bangun dari tempat tidur jika tidak dapat tidur (15-30 menit) h. Hindari rasa cemas atau frustasi i. Membuat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman, dan enak 4. Pendekatan farmakologi Untuk mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bagian Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA Bansil P., Kuklina E. V., Merritt R. K., Yoon P. W., 2011. Associations Between Sleep Disorders, Sleep Duration, Quality of Sleep, and Hypertension : Results from The National Health and Nutrition Examination Survey, 2005 to 2008. American Society of Hypertension. 13 (10) : 739-743 Bruno R. M. et al., 2013. Poor Sleep Quality and Resistant Hypertension. Sleep Medicine. 14 (11) : 1157-1163 Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009. www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2009/profil_2009br.pdf (05 Juli 2013) Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. www.depkes.go.id. (10 Maret 2013) Gangwisch J. E. et al., 2006. Short Sleep Duration as a Risk Factor for Hypertension : Analyses of The First National Health and Nutrition Examination Survey. American Heart Association. 47 : 833-839 Japardi I., 2002. Gangguan Tidur. Universitas Sumatra Utara Digital Library. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf (22 April 2013) Javaheri S., Isser A. S., Rosen C.L., Redline S., 2008. Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescents. NIH Public Access. 118 (10) : 1034-1040 Julian D.G., Cowan J. C., McLenachan J. M., 2005. Cardiology. Hypertension and Heart Disease.China : Elsevier Saunders pp. 301-318 National Heart, Lung, and Blood Institut dari U.S. Department of Health and Human Services, 2009. Healthy Sleep. www.nhlbi.nih.gov. (10 Mei 2013) Remmes A. H., 2012. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Sleep Disorders. Second Edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc. pp. 483-491 Sanif E. M., 2009. Hipertensi pada Wanita. www.jantunghipertensi.com (25 Januari 2014)

World Health Organization, 2013. World Health Day 7 April 2013. www.who.int. (10 Maret 2013) Yogiantoro M., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hipertensi Esensial. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing pp. 1079-1085