LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 120 TAHUN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,

PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 A TAHUN 2014 TENTANG

SOSIALISASI PP 53 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG TENAGA HARIAN LEPAS PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TAHUN 2013 TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

KEBIJAKAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWATIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERATURAN DISIPLIN APARAT PEMERINTAH DESA BUPATI BANYUMAS,

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

SALINAN INSTRUKSI MENTERI KEUANGAN NOMOR 01/IMK.01/2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2000

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN PEGAWAI HONORER DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1980 TENTANG PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

5. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya,

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PENERAPAN DISIPLIN PNS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG

PEMBINAAN DISIPLIN A. DASAR HUKUM B. PENJELASAN 1. Maksud 2. Tujuan 1. Kewajiban,

Administrasi Kepegawaian Negara. Lina Miftahul Jannah

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, untuk kelancaran pelaksanaan sebagian tugastugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat yang bersifat teknis profesional dan administrasi, maka Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah mengangkat Pegawai Tidak Tetap; b. bahwa dalam rangka penataan manajemen Pegawai Tidak Tetap sebagaimana dimaksud pada huruf a, guna terwujudnya tertib administrasi dan menjamin kepastian hukum terhadap Pegawai Tidak Tetap perlu mengatur Peraturan Daerah tentang Ketentuan Pokok Pegawai Tidak Tetap Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890) ; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4561); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 26 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Badan Kepegawaian Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2005 Nomor 26);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA dan BUPATI PURBALINGGA, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Purbalingga. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga. 3. Bupati adalah Bupati Purbalingga. 4. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disebut dengan BKD adalah BKD Kabupaten Purbalingga. 5. Pegawai Tidak Tetap yang selanjutnya disebut PTT adalah Pegawai yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat lain dalam Pemerintahan, yang ditugaskan pada Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Dikecualikan dari ketentuan ini adalah PTT yang diangkat oleh Pejabat Pemerintah Pusat atau Pemerintah Propinsi, dan mendapat penghasilan dari APBN atau APBD Propinsi. 6. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah Bupati Purbalingga. 7. Pejabat Yang Berwenang adalah Bupati Purbalingga atau Pejabat lain yang menerima pendelegasian. 8. Perjanjian Kerja adalah suatu ikatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dengan PTT yang bersangkutan untuk jangka waktu tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban Pegawai Tidak Tetap yang bersangkutan. 9. Honorium adalah imbalan yang diterima oleh PTT dalam bentuk uang sebagai kompensasi atas pekerjaan dan atau jasa yang dilakukan oleh PTT, yang besarnya ditetapkan menurut perjanjian/kontrak kerja dan berdasarkan pada kemampuan keuangan Daerah. 10. Manajemen adalah keseluruhan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban, yang meliputi perencanaan, pengadaan, penempatan, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian.

BAB II JENIS DAN KEDUDUKAN PTT Bagian Pertama Jenis PTT Pasal 2 (1) PTT didasarkan pada keahlian dan spesifikasi tugas. (2) Pengelompokan jenis PTT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Kedua Kedudukan PTT Pasal 3 (1) PTT berkedudukan sebagai bagian dari unsur aparatur Pemerintah Daerah yang dipekerjakan untuk membantu pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarat atau tugas tertentu lainnya. (2) Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PTT harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 4 (1) Hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan PTT didasarkan pada Perjanjian Kerja. (2) Bentuk dan isi Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 5 Setiap PTT tidak berhak menuntut untuk diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, kecuali yang bersangkutan telah mengikuti seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil dan dinyatakan diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III PEMBERHENTIAN PTT Pasal 6 (1) Pejabat yang berwenang memberhentikan PTT adalah Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk. (2) Pemberhentian PTT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 7 (1) PTT diberhentikan dengan hormat karena : a. Meninggal dunia ; b. Atas permintaan sendiri ; c. Adanya penyederhanaan organisasi Pemerintah Daerah dan keterbatasan keuangan Pemerintah Daerah; d. Tidak cakap jasmani dan rokhani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai PTT berdasarkan surat keterangan dari Dokter yang ditunjuk ; e. Masa kontraknya telah habis ; f. Telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun ; g. Diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. (2) PTT dapat diberhentikan tidak dengan hormat karena : a. Melakukan perbuatan yang dapat menurunkan kehormatan, martabat atau merugikan Negara dan Pemerintah ; b. Melanggar ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian dan atau yang berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya; c. Dihukum penjara, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya setinggi-tingginya 4 (empat) tahun. (3) PTT diberhentikan tidak dengan hormat karena : a. Dihukum penjara atau kurungan, berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan tugasnya ; b. Ternyata terbukti melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang negara dan atau pemerintah. (4) PTT yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak diberikan pesangon. Setiap PTT berhak mendapatkan : a. Honorarium; b. Pesangon; c. Uang Duka; d. Cuti. BAB IV HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI PTT Bagian Pertama Hak PTT Pasal 8

Pasal 9 (1) Besarnya honorarium bagi PTT ditetapkan dengan mendasarkan kepada kemampuan keuangan Daerah dengan mempertimbangkan aspek kewajaran, kepatutan dan rasionalitas dengan memperhatikan ketentuan standar minimal upah Kabupaten yang berlaku. (2) Penetapan kriteria besarnya honorarium bagi PTT sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 10 Selain diberikan honorium, apabila PTT diberhentikan dengan hormat dapat diberikan pesangon dengan ketentuan : a. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus 1 (satu) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun, sebesar 2 (dua) bulan honor; b. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun, sebesar 3 (tiga) bulan honor; c. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus lebih dari 5 (lima) tahun sampai dengan 7 (tujuh) tahun, sebesar 4 (empat) bulan honor; d. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus lebih dari 7 (tujuh) tahun sampai dengan 9 (sembilan) tahun, sebesar 5 (lima) bulan honor; e. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus lebih dari 9 (sembilan) tahun sampai dengan 11 (sebelas) tahun, sebesar 6 (enam) bulan honor; f. Akumulasi masa kerja secara terus-menerus lebih dari 11 (sebelas) tahun, sebesar 7 (tujuh) bulan honor. Pasal 11 (1) Disamping ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Peraturan ini, secara selektif PTT dapat diikutsertakan dalam Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah Daerah dengan mendasarkan kemampuan keuangan Daerah. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 12 (1) Bagi PTT yang meninggal dunia, kepada ahli waris atau keluarganya diberikan uang duka. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. (1) Setiap PTT berhak mendapatkan Cuti. Pasal 13

(2) Jenis Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Cuti Tahunan; b. Cuti Karena Alasan Penting; c. Cuti Sakit; d. Cuti Bersalin. (3) Ketentuan mengenai tata cara dan lamanya waktu Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada ketentuan Cuti Pegawai Negeri Sipil. Bagian Kedua Kewajiban dan Larangan Bagi PTT Pasal 14 Setiap PTT Wajib : a. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; b. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah Daerah; c. Taat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Pemerintah Daerah atau atasannya ; d. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kepegawaian; e. Melaksanakan ketentuan perjanjian kerja antara Pemerintah Daerah dengan Pegawai Tidak Tetap yang bersangkutan; f. Menyimpan rahasia negara, Pemerintah Daerah dan atau yang berhubungan dengan tugasnya; g. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab; h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Pemerintah Daerah; i. Memelihara dan meningkatkan, kekompakan, persatuan dan kesatuan sesama pegawai tidak tetap dan pegawai negeri sipil; j. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Pemerintah Daerah, terutama di bidang keamanan, keuangan dan materiil; k. Mentaati ketentuan jam kerja; l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; m. Memelihara barang-barang milik Pemerintah Daerah dengan sebaik-baiknya; n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya; o. Bersikap jujur, rapi, patuh, sopan dan bertanggungjawab;

p. Hormat menghormati antar sesama pemeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; q. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan bermasyarakat; r. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; s. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. Pasal 15 Setiap PTT dilarang : a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah Daerah atau Pegawai Tidak Tetap; b. Menyalahgunakan tugas yang diembankan; c. Tanpa izin Pemerintah Daerah menjadi Pegawai atau bekerja untuk negara asing; d. Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik Pemerintah Daerah; e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barangbarang, dokumen atau surat-surat berharga milik Pemerintah Daerah secara tidak sah; f. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud untuk membalas dendam terhadap orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya; g. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Pemerintah Daerah; h. Memasuki, tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Tidak Tetap, kecuali untuk kepentingan dinas; i. Melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; j. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Pemerintah Daerah yang diketahui mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; k. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor instansi Pemerintah Daerah; l. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain; m. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat yang berwenang; n. Mempunyai istri/suami lebih dari seorang tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari pejabat yang berwenang; o. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

BAB V PELANGGARAN, SANKSI DAN PEMBINAAN PTT Bagian Pertama Pelanggaran Pasal 16 (1) Kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15 adalah merupakan disiplin PTT. (2) PTT yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15 adalah pelanggaran disiplin. (3) PTT yang melakukan pelanggaran disipilin dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum. (1) Tingkatan hukuman disiplin terdiri dari : a. hukuman disiplin ringan; b. hukuman disiplin berat. Bagian Kedua Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pasal 17 (2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a adalah: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan c. pernyataan tidak puas secara tertulis. (3) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b adalah : a. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PTT; dan b. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PTT. Bagian Ketiga Pejabat Yang Berwenang Menghukum Pasal 18 Pejabat yang berwenang menghukum adalah : a. Bupati bagi PTT yang sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) huruf a dan b.

b. Pimpinan Perangkat Daerah yang bersangkutan sepanjang mengenai jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c. Pasal 19 (1) Sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum wajib memeriksa lebih dahulu PTT yang melakukan pelanggaran disiplin. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : a. secara lisan, apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PTT yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2) Peraturan ini; b. secara tertulis, apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang menghukum, pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PTT yang bersangkutan akan dapat mengakibatkan dijatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (3) Peraturan ini. (3) Pemeriksaan PTT yang disangka melakukan pelanggaran disiplin dilakukan secara tertutup. Pasal 20 Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang berwenang menghukum dapat mendengar atau meminta keterangan dari pihak lain apabila dipandang perlu. Pasal 21 Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a dan huruf b Peraturan ini dapat memerintahkan pejabat bawahannya untuk memeriksa PTT yang disangka melakukan pelanggaran disiplin. Pasal 22 (1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan ini pejabat yang berwenang menghukum memutuskan jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan dengan mempertimbangkan secara seksama pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PTT yang bersangkutan. (2) Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), antara lain harus disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PTT yang bersangkutan.

Pasal 23 (1) Kepada PTT yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin. (2) Kepada PTT yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya. Pasal 24 (1) Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a Peraturan ini, dinyatakan secara lisan dan disampaikan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada PTT yang bersangkutan. (2) Jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b, dan huruf c Peraturan ini, dinyatakan secara tertulis dan disampaikan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada PTT yang bersangkutan. (3) Semua jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) Peraturan ini, ditetapkan dengan Keputusan dan disampaikan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada PTT yang bersangkutan. (4) Penyampaian hukuman disiplin dilakukan secara tertutup. Pasal 25 (1) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Peraturan ini, yang dijatuhkan kepada seorang PTT mulai berlaku sejak tanggal disampaikan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada yang bersangkutan. (2) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) Peraturan ini, yang dijatuhkan kepada seorang PTT mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menghukum. Pasal 26 PTT yang meninggal dunia atau masa kontraknya telah habis pada waktu menjalani hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) huruf a Peraturan ini, dianggap telah selesai menjalani hukuman disiplin, dan selanjutnya bagi PTT yang telah habis masa kontraknya tersebut tidak dapat diperpanjang masa kontrak kerjanya.

Bagian Keempat Pembinaan PTT Pasal 27 (1) Pembinaan PTT mengacu pada Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Kelima Penilaian Pekerjaan Pasal 28 (1) PTT dalam menjalankan tugas diberikan penilaian oleh Pejabat yang berwenang memberikan penilaian dalam bentuk Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan. (2) Penilaian Pekerjaan tersebut pada ayat (1) terdiri dari 5 unsur penilaian, yaitu kesetiaan, tanggungjawab, ketaatan, kejujuran dan kerjasama. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, BKD berkewajiban melakukan pendataan ulang terhadap PTT yang memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. (3) Bagi Tenaga Kontrak yang telah berusia 56 (lima puluh enam) tahun atau lebih pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, dapat diberi kesempatan lagi sebagai PTT paling lama 1 (satu) tahun. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 31 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga. Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 39 Tanggal 28 Desember 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA cap. ttd S U B E N O Ditetapkan di Purbalingga pada tanggal 26 Desember 2005 BUPATI PURBALINGGA, cap. ttd TRIYONO BUDI SASONGKO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA I. PENJELASAN UMUM. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, untuk kelancaran pelaksanaan sebagian tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat yang bersifat teknis profesional dan administrasi, maka Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah mengangkat Pegawai Tidak Tetap. Keberadaan Pegawai Tidak Tetap di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga selama ini dirasakan mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang kelancaran Perangkat Daerah melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat baik yang bersifat teknis maupun administratif. Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka diharapkan akan tercipta tertib administrasi dan kepastian hukum atas kedudukan Pegawai Tidak Tetap di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 angka 9 : Honorarium diberikan kepada PTT satu bulan kemudian setelah yang bersangkutan melaksanakan tugas. Pasal 2 : Cukup jelas Pasal 3 : Cukup Jelas Pasal 4 : Cukup Jelas Pasal 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : Cukup Jelas

Pasal 7 : Cukup Jelas Pasal 8 : Cukup Jelas Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 : Cukup Jelas Pasal 11 : Cukup Jelas Pasal 12 : Cukup Jelas Pasal 13 ayat (2) : Terhadap PTT yang ditugaskan sebagai Guru tidak diberikan hak Cuti Tahunan karena Guru sudah mendapatkan liburan secara periodik sesuai dengan libur siswa. Pasal 14 : Cukup Jelas Pasal 15 : Cukup Jelas Pasal 16 : Cukup Jelas Pasal 17 : Cukup Jelas Pasal 18 : Cukup Jelas Pasal 19 : Cukup Jelas Pasal 20 : Cukup Jelas Pasal 21 : Cukup Jelas Pasal 22 : Cukup Jelas Pasal 23 : Cukup Jelas Pasal 24 : Cukup Jelas Pasal 25 : Cukup Jelas Pasal 26 : Cukup Jelas Pasal 27 : Cukup Jelas Pasal 28 : Cukup Jelas Pasal 29 ayat (3) : Ketentuan mengenai pemberian perpanjangan waktu paling lama 1 (satu) tahun bagi PTT yang telah berusia 56 (lima puluh enam) tahun, hanya berlaku untuk tahun pertama berlakunya Peraturan Daerah ini. Pasal 30 : Cukup Jelas Pasal 31 : Cukup Jelas.