BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, Dasar Otomotif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil belajar matematika yang baik merupakan salah satu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

BAB I PENDAHULUAN. panas. Pada zaman modern sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan telah berusaha untuk memperbaiki kemampuan siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan; (2) proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Rizal, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara kualitatif maupun kuantitatif serta membantu sikap positif terhadap

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PERAWATAN PREVENTIF SARANA/PRASARANA LABORATORIUM

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam belajar tersebut, tentunya masing-masing individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS 1 SMUN 12 SEMARANG. Linda Agustina 1

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah selalu memperbaharui kurikulum dengan tujuan memperbaiki kualitas pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Pembaharuan yang telah dilakukan, di antaranya penyempurnaan Kurikulum Sekolah Menengah Atas Tahun 2004 (Depdiknas, 2003). Kurikulum 2004 disempurnakan untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam kurikulum operasional tingkat satuan pendidikan, disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan disingkat KTSP (Mulyana, 2006). Pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumber belajar adalah segala bentuk yang dapat memberikan informasi belajar kepada siswa, contohnya perpustakaan, laboratorium, audio visual, dll. Sedangkan lingkungan belajar mencakup tujuan pembelajaran, peserta didik, guru, kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran unsur-unsur ini dikenal sebagai komponen-komponen pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran fisika di sekolah khususnya di SMA, dijelaskan secara rinci sebagai berikut: (Depdiknas, 2003) (1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain (3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa 1

2 alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penguasaan konsep dan kemampuan berpikir menjadi sebagian dari tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran fisika. Penguasaan konsep ditunjukkan dengan hasil belajar kognitif yang dicapai siswa. Proses pembelajaran yang berkualitas terkait dengan kemampuan berpikir, membelajarkan siswa memiliki kemampuan berpikir untuk menyadari apa yang telah dipelajari, menyadarkan siswa berpikir kreatif dan antusias serta termotivasi untuk mengetahui objek belajarnya melalui pelibatan aktif belajar, baik memecahkan masalah nyata dalam kehidupannya, maupun merangsang siswa untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya (Winarno, Susilo, dan Soebagio, 2000). Pembelajaran di sekolah saat ini lebih berfokus pada pencapaian kurikulum dan tuntutan Ujian Akhir Nasional (UAN). Pembelajaran yang terjadi didomonasi sebagai kegiatan transfer informasi dari guru ke siswa. Lozanoz (dalam DePoter 2010: 32), proses belajar mengajar merupakan fenomena yang kompleks, segala sesuatu yang dilakukan guru berarti seperti kata-kata, pikiran, tindakan, dan sejauh mana guru mengubah lingkungan, prestasi dan rancangan pembelajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Dengan demikian proses pembelajaran tidak sebatas transfer informasi dari guru ke siswa tetapi sebagai proses yang kompleks, siswa belajar dari segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran. Masalahnya pembelajaran saat ini belum memberikan akses kepada siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan melatihkan kemampuan berpikir sehingga siswa mampu merencanakan, memantau dan mengevaluasi belajarnya. Pemerintah daerah provinsi Papua Barat melalui dinas pendidikan kabupaten Manokwari juga telah melakukan langkah untuk memperbaiki kemampuan siswa yang berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, psikomotor maupun pengembangkan kreativitas. Perbaikan kemampuan siswa dilakukan

3 dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas guru, penyiapan bahan ajar, dan mengembangkan pemanfaatan lembar kerja siswa dengan tujuan agar pendidikan di Manokwari semakin baik. Sejauh ini pelajaran fisika masih dianggap sulit, menakutkan oleh siswa yang memiliki hasil belajar tidak memuaskan (Naim, 2009:3). Studi pendahuluan di salah satu SMA di Manokwari pada konsep pemantulan dan pembiasan cahaya menunjukkan bahwa siswa yang menguasai konsep (PK) sebanyak 25,25 %, miskonsepsi (MK) sebanyak 31,75% dan tidak menguasai konsep (TK) sebanyak 43%. Selain itu hasil observasi pada salah satu SMA X di kabupaten manokwari menunjukan bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa rata-rata di bawah KKM yang ingin di capai yaitu 75 tetapi dalam 3 tahun pelajaran yaitu 2009-2012 rata-rata siswa hanya mencapai nilai 70. Wawancara dengan siswa menyatakan bahwa siswa kurang berminat belajar fisika karena fisika hanya mampu dikuasai oleh anak-anak dengan kemampuan matematika yang baik. Siswa juga menyatakan akan senang belajar fisika, jika mereka dapat menguasai konsep yang di sampaikan guru. Siswa menyadari pelajaran fisika penting untuk dipelajari, pada saat diberi pertanyaan mengapa mengambil jurusan IPA dan harus mempelajari fisika, siswa menjawab agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan cita-citanya. Studi pendahuluan ini memperlihatkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan siswa mengenal kemampuannya dirinya. Pembelajaran yang diterima belum banyak melatihkan kemampuan berpikir tentang potensi yang dimiliki. Siswa telah menyadari pentingnya belajar fisika dan ketidakmampuannya menguasai matematika tetapi belum mengunakan pengetahuannya untuk berpikir bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Kemampuan berpikir tentang apa yang diketahui dan tidak diketahui, bagaimana mengunakan strategi dalam belajar dan dapat mengevaluasi hasil yang akan dicapai merupakan kemampuan metakognitif. Brown (1987:66) menyatakan bahwa metakognif mengacu pada kognisi dan sistem pengontrolannya. Sedangkan Eggen dan Kauchak (1996) menyatakan bahwa metakognitif merupakan berpikir tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif dan berpikir kritis, yang mencakup

4 kombinasi antara pemahaman mendalam terhadap topik-topik khusus, kecakapan menggunakan proses kognitif dasar secara efektif, pemahaman dan kontrol terhadap proses kognitif dasar (metakognisi), maupun sikap dan pembawaan. Kemampuan metakognitif dikembangkan melalui pembelajaran dengan pemberian motivasi agar siswa mampu mengenal keandalan dirinya (self-efficacy), keyakinan untuk melaksanakan tujuan dan tugas belajar serta keyakinan akan nilai dan minat, hal ini akan membantu siswa untuk memiliki kesadaran tentang apa yang ia ketahui dan tidak diketahui, menerapkan strategi untuk mencapai tujuan belajar, memonitor cara belajar, dan dapat mengevaluasi hasil belajar yang dicapai. Disamping itu kemampuan metakognif sangat penting untuk kegiatan belajar yang berhasil karena memungkinkan individu untuk lebih baik mengelola keterampilan kognitif mereka dan menentukan kelemahan yang dapat diperbaiki dengan membangun keterampilan kognitif baru (Imel: 2002:1). Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan metakognitif penting dimiliki siswa karena kemampuan ini menunjang hasil belajar yang akan dicapai saat ini bahkan di masa yang akan datang. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala suasananya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar (Depoter, 2010:32). Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multipel Intellegences (Gadner), Neuro-Linguistik Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan dengan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, dan kompatibel dengan otak, yang akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami kemampuan siswa untuk berprestasi. Sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis, dan mudah diterapkan, quantum teaching menawarkan suatu sinesis dari hal-hal yang anda cari: cara-cara baru memaksimalkan dampak usaha pengajaran anda melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar dan penyampaian kurikulum (DePoter, 2010: 33).

5 Quantum teaching dimulai di SuperCamp, mengaitkan sebuah program percepatan Quantum Learning sebuah program yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan Internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan kerampilan pribadi (DePoter, 2010:23). Hasilnya menunjukan bahwa murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapat nilai lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos-Groenendal, 1991 dalam DePoter 2010: 23). Dalam program ini siswa diberi kiat untuk menguasai berbagai kiat dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi, mengingat dan membina hubungan dengan orang lain. Dilaporkan program ini dapat meningkatkan 73% hasil belajar, 68 % motivasi belajar, 81% rasa percaya diri, 84% harga diri dan 98% keterampilan siswa. Zuhdi, dkk (2007:6) dalam penelitiannya dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan di SMA Negeri I Kampar. Dilaporkan penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar pada kategori sedang pada konsep gerak lurus sebesar 16,2%, meningkatkkan daya serap siswa tergolong baik sebesar 79,05%, ketuntasan klasikal sebesar 86,49%, tahapan pencapaian ketuntasan kompetensi secara klasikal sebesar 77,78% dan motivasi belajar fisika siswa pada taraf kepercayaan 99%. Kusno dan Purwanto (2011:87) dalam penelitiannya yang berjudul Efektifitas of Quantum Learning for Teaching Linear Program At The Muhammadiah Senior High School of Purwokerto in Central Java, menunjukan penerapan model pembelajaran Quantum teaching efektif meningkatkan hasil belajar topik program linier dibandingkan dengan pengunaan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa hasil belajar siswa meningkat menjadi 85% dari hasil belajar yang diperoleh pada saat tes awal sebelum pembelajaran 23,69% dan respon positif siswa terhadap pembelajaran sebesar 97%. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa proses belajar yang berkualitas adalah proses yang memberi peluang kepada siswa

6 menjadi pembelajar yang aktif dan mampu melatih kemampuan berpikir. Proses transfer informasi yang kompleks dari guru ke siswa, segala sesuatu yang terjadi saat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai, oleh karena itu guru hendaknya menerapkan metode yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa. Demikian juga kemampuan-kemampuan lainnya maka dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi yang berfokus pada penerapan model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa SMA dengan judul Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Kemampuan Metakognitif pada Materi Alat Optik Siswa SMA. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan utama dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional? 3. Bagaimana hubungan antara kemampuan metakognitif dengan hasil belajar ranah kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching? 4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran dengan model quantum teaching? D. Batasan Masalah

7 Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1. Model quantum teaching menurut Bobbi Depoter (2010) adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuasanya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. 2. Hasil belajar ranah kognitif yang dimaksud adalah hasil belajar ranah kognitif menurut Anderson & Krathwohl (2010) meliputi: 4 aspek yaitu: mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). 3. Kemampuan Metakognitif yang ingin diketahui dalam penelitian ini menurut Flavel, (1979) yaitu pengetahuan kognisi dan regulasi kognisi. 4. Pembelajaran model quantum teaching dalam penelitian ini diterapkan pada pembelajaran fisika di SMA materi alat optik meliputi mata, lup, mikroskop dan teropong. C. Definisi Operasional 1. Qantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dengan tahapan pembelajaran yang dikenal dengan tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan). Peta pikiran terintegrasi dalam tahapan pembelajaran model quantum teaching merupakan salah satu kiat mencacat. Metode ini sesuai dengan cara kerja otak, membuat informasi lebih mudah dimengerti dan diingat kembali, dan memaksimalkan momen belajar. Tahapan pembelajaran dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan lembar keterlaksanaan pembelajaran. 2. Hasil belajar ranah kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Hasil belajar ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini menurut Andreson & Krahtwolh (2010), yaitu dimensi proses kognisi mencakup 6 aspek yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Hasil belajar ranah kognitif diukur dengan menggunakan test tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal Peningkatannya hasil belajar ranah kognitif dihitung menggunakan N-Gain menurut Hake (1998).

8 3. Kemampuan metakognitif Flavel (1979) adalah kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Kemampuan metakognitif pada penelitian ini diukur mengunakan skala sikap, yang diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pada awal pembelajaran dan akhir pembelajaran. Skala sikap yang digunakan dikembangkan berdasarkan Assessing metacognitive awareness (MAI) Schraw, G. & Dennison, R.S, ( Imel Susan, 2004:1). 4. Tanggapan guru dan siswa merupakan pendapat atau penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model quantum teaching. Respon diukur dengan menggunakan skala sikap, yang diisi setelah KBM berlangsung untuk menjaring tanggapan siswa dan guru tentang baik tidaknya model pembelajaran yang digunakan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran tentang peningkatan hasil belajar ranah kognitif materi alat optik pada siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional. 2. Mengetahui gambaran tentang peningkatan kemampuan metakognitif materi alat optik pada siswa yang mendapatkan pembelajaran model quantum teaching dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model konvensional. 3. Mengetahui gambaran hubungan antara kemampuan metakognitif dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah mendapat pembelajaran model quantum teaching. 4. Mengetahui gambaran tentang tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran model quantum teaching.

9 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bukti empiris tentang efektivitas pembelajaran model quantum teaching dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan metakognitif siswa. Disamping itu hasil penelitian ini dapat juga digunakan oleh pihak yang terkait atau yang berkepentingan.