BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus mendebarkan hati. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dijalaninya. Dalam memenuhi kodratnya untuk menikah, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang merusak sel-sel hati (liver)

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan.

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa era globalisasi ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. dianggap penting. Melalui pendidikan, individu dapat belajar. pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan anak yang sehat secara fisik dan mental. Pada kenyataannya tidak

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sejak tahun 2004 hingga 2010,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kusta atau Leprae merupakan salah satu penyakit tertua di dunia. Catatancatatan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ( Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan ibu berperan di dapur

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memiliki anak merupakan hal yang diharapkan oleh orang tua, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia, namun tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas hiburan yang mencakup permainan (game) di dalamnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita mempunyai kecenderungan untuk mencari dan menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun atau sistem pertahanan tubuh. Sistem imun ini berupa antibodi, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dari golongan ekonomi kelas atas saja, tapi juga sudah masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan fenomena sosial yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pekerjaan yang layak bagi penunjang kemandirian dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING AND FUTURE ORIENTATION ADOLESCENT OF JATINANGORS ADOLESCENCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Lemahnya penegakan hukum di Indonesia dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

lampiran 1 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan akan memperoleh kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih, menentukan dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan citacita, maupun tuntutan dari lingkungannya. Dengan pendidikan yang dimiliki, siswa dinilai lebih mampu dan siap untuk memasuki persaingan dalam dunia kerja. Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan semakin tinggi sehingga menyebabkan tingkat pengangguran meningkat. Tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia terbukti dengan setiap tahun ada penambahan jumlah pengangguran sebanyak 1,3 juta orang. Pengangguran yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh karena ketidaksesuaian antara kualitas pencari kerja, dengan tuntutan kualitas yang dibutuhkan dunia kerja industri, jasa maupun perdagangan (http://economy.okezone.com/read/2011/12/14/20/542081/setiap-tahun-ada-1-3-jutaorang-pengangguran). Salah satu cara pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran adalah menyelenggarakan program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk pendidikan menengah yang berorientasi untuk mempersiapkan siswanya memasuki dunia kerja. Adapun jurusan-jurusan dalam 1

2 SMK ditujukan untuk mengasah keterampilan dalam bidang tertentu, yaitu akuntansi, farmasi, teknik elektro, teknik mesin, teknik komputer jaringan, administrasi perkantoran, pemasaran, pastry, usaha perjalanan wisata, multimedia. SMK selama ini dikenal memiliki keunggulan, yaitu siswanya bisa langsung bekerja setelah lulus. Kurikulum SMK lebih menekankan pada praktek daripada teori sebagai pendidikan dan pelatihan agar siswa menjadi terampil untuk memasuki dunia pekerjaan. Tamatan SMK siap kerja dan mandiri. Selain itu, siswa SMK mendapat pengalaman belajarnya tidak hanya di sekolah melainkan di tempat kerja. (http:// ardansirodjuddin.wordpress.com/ 2008/ 06/ 03/ smk-lebih-menjanjikan-masa-depandi-banding-sma/). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah di SMK X, diperoleh informasi yaitu SMK X berdiri pada tanggal 17 Juli 2008 yang mempunyai visi PRODUKTIF. Kata PRODUKTIF berarti sebagai suatu proses pemberdayaan yang dilakukan secara sistemik dan kontinyu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan manusia di masa kini dan masa yang akan datang. SMK X bertujuan memberikan pembekalan kepada siswa agar mampu berkarir, ulet, dan giat dalam berkompetensi, mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat mengembangkan sikap profesional sesuai kompetensi yang dimilikinya. Adapun jurusan-jurusan di SMK ditentukan oleh yayasan dengan melihat pada kebutuhan masyarakat. Jurusan yang dapat dipilih di SMK X adalah; kelas akuntansi, teknik informatika, dan mesin otomotif yang sekarang disebut dengan teknik kendaraan ringan. Dengan pemilihan jurusan yang dilakukan diharapkan dapat

3 membantu siswa untuk menentukan pekerjaan yang akan dipilih setelah menyelesaikan studi di SMK. Penjurusan di SMK X dilakukan pada saat siswa memasuki kelas X, siswa kelas X SMK X merupakan masa adaptasi, siswa kelas XI SMK X mempersiapkan diri dengan materi yang diberikan dan dapat menjadi dasar ketika siswa memasuki dunia kerja. Sedangkan siswa kelas XII SMK X diharapkan sudah siap untuk memasuki dunia pekerjaan dan dianggap telah menguasai bidang yang telah dipilih di SMK. Maka dari itu, responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK X. Dunia kerja bagi siswa bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan. Masa remaja merupakan transisi menuju masa dewasa, menemukan siapa diri mereka, tujuan apa dan kemana mereka harus menuju dalam hidup. Dimensi yang penting adalah mengeksplorasi alternatif mengenai peran. Salah satu peran yang menyangkut pekerjaan. Eksplorasi tentang karir adalah penting (Santrock; 2003:49). Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI SMK X diantaranya adalah siswa merasa pesimis apakah setelah lulus bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Selain itu, ada permasalahan lain yang terjadi yaitu siswa masih belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus dari SMK, belum mengenali kemampuan diri, belum memahami jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan diri. Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 orang siswa, 13 siswa (86,7%) menyatakan bahwa mereka tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah. Dari 13 siswa, sebanyak 9 siswa (60%) yakin dapat memahami semua mata pelajaran walaupun materinya sulit, berusaha terus mencoba untuk mendapat yang terbaik,

4 mereka akan mendapatkan keberhasilan yang memuaskan dan sudah menentukan yang akan mereka lakukan setelah lulus SMK, yaitu langsung melanjutkan bekerja, melanjutkan kuliah sambil bekerja, melanjutkan bekerja setelah itu akan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi, mau melanjutkan studi dan sudah menentukan jurusan. Mereka belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh mengenai jurusan yang sudah dipilih. Mereka bertanya pada orang yang sudah berpengalaman untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Selain itu, siswa melakukan pemikiran kembali kemungkinan tercapainya tujuan dan rencana - rencana yang telah dilakukan berdasarkan kemampuan dirinya (evaluasi). Sebanyak 4 siswa (26,7%) yakin dapat memahami semua mata pelajaran di SMK maka mereka sudah menentukan tujuan yang akan dilakukan, namun belum merencanakan dan memikirkan mengenai masa depan. Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi yakin bahwa mereka akan mendapatkan keberhasilan yang memuaskan sehingga akan memiliki tujuan, rencana, serta evaluasi akan kemampuan diri setelah menyelesaikan studi di SMK. Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi memilih pantang menyerah pada keadaan dan mencari informasi tentang pekerjaan yang akan ditekuni. Sebanyak 2 siswa (13,3%) menganggap bahwa dirinya mudah menyerah pada keadaan dimana mereka menghadapi masalah. Dari 2 siswa, sebanyak 1 siswa (6,65%) sudah menentukan satu bidang yang pasti akan ditekuni, sudah merencanakan masa depan, tujuan dan perencanaan akan apa yang dilakukan setelah lulus dari SMK. Sebanyak 1 siswa (6,65%) belum menentukan satu bidang yang pasti akan ditekuni, belum memikirkan mengenai rencana yang harus dilakukan untuk

5 mencapai tujuan mereka setelah lulus dari SMK, dan kesulitan dalam melakukan penilaian mengenai kemampuan diri. Siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah cenderung memilih menyerah pada keadaan dan tidak mencari informasi tentang pekerjaan yang akan ditekuni. Selain itu, mereka menganggap bahwa dirinya selalu mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah menganggap kegagalan yang satu akan mengakibatkan kegagalan yang lain dalam keseluruhan aspek kehidupannya, kegagalan dalam studinya akan menimbulkan kesulitan dalam menjalankan tujuan, rencana serta evaluasi akan kemampuan diri. Siswa yang mempunyai derajat optimisme tinggi akan lebih mudah menetapkan tujuan, mulai membuat perencanaan setelah lulus dari SMK dan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian antara tujuan dan rencana yang telah ditetapkan untuk masa depannya. Sedangkan siswa yang mempunyai derajat optimisme rendah akan lebih sulit dalam menetapkan tujuan, perencanaan masa depan setelah lulus dari SMK, dan kesulitan dalam melakukan penilaian antara tujuan dan rencana yang telah ditetapkan untuk masa depannya. Melihat pentingnya siswa mempunyai derajat optimisme tinggi dalam menentukan masa depannya, maka siswa perlu dipersiapkan dan dibantu pihak-pihak terkait seperti: guru, orang tua, supaya siswa dapat berpikir positif akan masa depannya, mempunyai pikiran terbuka untuk menerima saran maupun ide. Selain itu, dapat langsung membuat tindakan dengan mencari informasi dan merencanakan tentang masa depannya, terutama dalam bidang pekerjaan.

6 Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Kontribusi Derajat Optimisme terhadap Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Siswa Kelas XI SMK X di Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, yang ingin diteliti adalah seberapa besar kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kontribusi derajat optimisme dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK X Bandung. 1.3.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memeroleh gambaran mengenai kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK X Bandung.

7 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Kegunaan teoretis dari penelitian ini adalah: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan pada ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI SMK X. Memberi informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya sebagai bahan masukan, khususnya yang berminat untuk memperdalam pengetahuan mengenai derajat optimisme dan orientasi masa depan bidang pekerjaan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah : Memberikan masukan bagi guru SMK X, mengenai kontribusi derajat optimisme dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI SMK X Bandung sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam usaha mendidik dan membimbing siswa-siswinya untuk mengarahkan masa depannya. Memberikan informasi pada siswa kelas XI di SMK X Bandung untuk mengenali dan memahami dirinya dalam hal persiapan di masa depan

8 sehingga menjadi masukan dan diharapkan mereka dapat mengembangkan karier di masa depan. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut Santrock (2003), masa remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18 dan 22 tahun. Siswa kelas XI SMK tergolong ke dalam perkembangan masa remaja akhir (late adolescence) yang menunjuk pada usia setelah 15 tahun. Dalam tahap ini, salah satu minat yang dialami siswa kelas XI SMK adalah mengenai karir. Minat pada karir seringkali lebih nyata pada remaja akhir daripada remaja awal (Santrock, 2003). Karena harus mempersiapkan diri untuk masa depannya. Siswa SMK adalah siswa yang setelah lulus sudah dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia pekerjaan dan dapat bekerja sesuai dengan jurusan yang diambilnya. Akan tetapi, siswa mengalami hambatan dalam hal optimisme. Hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam melaksanakan tanggung jawabanya dapat dihayati sebagai situasi buruk oleh siswa. Ketika siswa menghadapi situasi buruk, tindakan yang akan dilakukan untuk menghadapi situasi buruk tersebut dengan cara berpikir siswa dalam menghadapi setiap situasi yang terjadi padanya, situasi buruk maupun situasi baik. Terdapat perbedaan dalam cara berpikir siswa menghayati situasi yang mereka alami, situasi buruk maupun situasi baik, dipengaruhi oleh derajat optimisme. Kebiasaan (habit) dalam berpikir mengenai suatu keadaan diungkapkan oleh Martin E.P.Seligman (1990: 40-44). Kebiasaan ini menurut Seligman disebut explanatory style yang menjadi dasar dari optimisme.

9 Menurut Martin E. P Seligman (1990) mengungkapkan individu yang memiliki derajat optimisme tinggi adalah individu percaya bahwa situasi buruk yang dialami hanyalah sementara terjadi pada peristiwa tertentu saja dan keadaan di luar dirinya (lingkungan) merupakan penyebab dari kekalahan tersebut. Individu yang memiliki derajat optimisme tinggi menganggap bahwa situasi yang buruk yang terjadi merupakan tantangan dan individu tersebut berusaha keras untuk menghadapinya. Individu yang memiliki derajat optimisme rendah cenderung percaya bahwa peristiwa-peristiwa buruk akan berlangsung untuk waktu yang lama, mereka akan menghentikan semua yang mereka lakukan dan menganggap peristiwa buruk itu terjadi disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri. Martin E.P. Seligman (1990) mengemukakan ada 3 dimensi yang digunakan dalam berpikir tentang penyebab suatu situasi. Adapun 3 dimensi itu adalah permanence, pervasiveness, dan personalization. Dalam dimensi permanence, dibicarakan mengenai waktu, yaitu apakah suatu keadaan yang dialami permanence (menetap) atau temporary (sementara). Jadi dalam dimensi permanence ini, siswa kelas XI SMK akan berpikir bagaimana atau seberapa lama suatu keadaaan baik atau buruk akan dialami olehnya. Bila siswa berpikir tentang dimensi permanence pada keadaan yang baik, disebut permanence good atau PmG, sedangkan pada keadaan yang buruk disebut permanence bad atau PmB. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa keadaan baik akan menetap (PmG - permanence) dan keadaan buruk hanya akan terjadi sementara (PmB - temporary), misalnya siswa kelas XI SMK memenangkan pertandingan olahraga.

10 Sebaliknya siswa pesimis akan berpikir bahwa keadaan baik hanya terjadi sementara (PmG - temporary) dan siswa memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa keadaan buruk akan menetap (PmB - permanence) dan ini akan memberi pengaruh dalam hidup individu secara permanence, misalnya siswa kelas XI SMK yang marah pada temannya. Dalam dimensi pervasiveness, membicarakan mengenai ruang lingkup dari suatu peristiwa, yang dibedakan antara universal dan spesific. Apabila siswa berpikir tentang dimensi pervasiveness pada keadaan baik disebut pervasiveness good, sedangkan apabila siswa berpikir tentang dimensi pervasiveness pada keadaan buruk disebut pervasiveness bad. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa keadaan baik akan terjadi pada semua peristiwa (PvG universal) dan keadaan buruk akan terjadi pada peristiwa tertentu (PvB - spesific). Siswa kelas XI SMK diminta untuk memberikan saran pada gurunya. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa keadaan baik akan terjadi pada peristiwa tertentu (PvG - spesific) dan keadaan buruk akan terjadi pada semua peristiwa (PvB - universal) misalnya siswa kelas XI SMK gagal dalam ujian yang sangat penting. Dalam dimensi personalization, membicarakan mengenai siapa yang menyebabkan suatu keadaan, dibedakan menjadi penyebab internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Siswa berpikir tentang dimensi personalization pada keadaan baik disebut personalization good (PsG), sedangkan pada keadaan buruk disebut personalization bad (PsB). Berkaitan dengan dimensi ini, siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa yang menyebabkan terjadinya keadaan

11 buruk adalah sesuatu di luar dirinya seperti orang lain, lingkungan, situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan (PsB - eksternal) dan pada keadaan yang baik, siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan berpikir bahwa yang menyebabkan keadaan baik itu terjadi pada dirinya sendiri (PsG - internal). Siswa kelas XI SMK yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi dikarenakan gurunya tidak kompeten di bidangnya. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan berpikir bahwa yang menyebabkan terjadinya keadaan buruk adalah dirinya sendiri (PsB - internal) dan akan berpikir bahwa yang menyebabkan keadaan baik itu adalah karena sesuatu di luar dirinya seperti orang lain, lingkungan, situasi, dan kondisi yang memungkinkan (PsG - eksternal). Siswa kelas XI SMK kesulitan dalam memahami materi pelajaran dikarenakan menganggap dirinya tidak pandai. Kurangnya keyakinan diri apakah siswa memiliki kemampuan untuk mendapatkan nilai yang baik akan memengaruhi persiapan dan perencanaan masa depan. Keyakinan individu atau derajat optimisme untuk dapat mewujudkan tujuan dan rencana yang dimiliki menjadi bagian dari proses evaluasi (Nurmi,1989) (http:// repository.upi.edu / operator / upload /s_psi_0606938_chapter2.pdf). Derajat optimisme siswa terhadap situasi yang dialami dalam studinya sebagai siswa akan memengaruhi tindakannya dalam menghadapi hambatan dan tantangan dalam belajar. Derajat optimisme tinggi dan derajat optimisme rendah memiliki kontribusi yang berbeda terhadap orientasi masa depan siswa dalam mepersiapkan masa depannya. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan mempunyai orientasi masa depan yang jelas dalam menjalankan tugas tugasnya sebagai siswa karena ketika mereka

12 mengalami situasi yang dapat dihayati sebagai situasi buruk namun juga dapat dihayati sebagai situasi baik yang membuatnya merasa tertantang, siswa berusaha untuk tidak mudah menyerah dan berusaha bangkit kembali ketika menghadapi kegagalan atau hambatan. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan cenderung mudah menyerah ketika menghadapi situasi buruk, bahkan ia belum mempunyai perencanaan sehingga tidak tahu bagaimana cara menghadapi situasi buruk serta ia juga akan lebih rentan mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi dibandingkan siswa dengan derajat optimisme tinggi. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah juga akan menganggap bahwa situasi yang mengalami kegagalan dan masalah merupakan situasi buruk yang membuat ia terhambat karena itu ia akan kesulitan dalam menentukan orientasi masa depannya. Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) didefinisikan sebagai cara seseorang memandang masa depannya yang mencakup tujuan standar perencanaan, dan strategi pencapaian tujuan tersebut. Orientasi masa depan bidang pekerjaan adalah cara pandang seseorang berkaitan dengan masa depan pekerjaannya.orientasi masa depan memiliki tiga tahapan yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Nurmi (1989) mengungkapkan bahwa orientasi yang jelas ditandai dengan motivasi, perencanaan dan evaluasi yang dapat mendorong siswa kelas XI SMK dalam menetapkan masa depannya. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka siswa kelas XI SMK diharapkan memiliki minat, harapan, dan motivasi. Dengan minat, siswa kelas XI SMK akan termotivasi dalam aktivitasnya sehingga dapat merencanakan dengan tepat mengenai tujuan antisipasi kejadian kejadian di masa depannya.

13 Setelah itu, siswa kelas XI SMK akan melakukan evaluasi terhadap perencanaan yang telah dilakukan untuk mencapai masa depannya. Tahap pertama adalah motivasi (motivation). Tahap proses motivasi adalah minat (interest), eksplorasi (exploration), tujuan (goal setting), dan komitmen (commitment). Pada mulanya individu menunjukkan minat terhadap satu atau beberapa hal yang ingin diwujudkan di masa depan. Siswa kelas XI SMK memiliki keinginan untuk bekerja di bidang yang diminatinya. Minat ini mendorong indivdu untuk melakukan eksplorasi sebelum mereka menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Siswa kelas XI SMK mencari informasi mengenai bidang pekerjaan yang diminati. Setelah melakukan eksplorasi, individu membentuk tujuan yang ingin diraihnya di masa depan. Dengan unsur nilai (value) yang dimiliki berkaitan dengan masa depan yang akan lebih memperjelas dan menentukan bidang pekerjaan yang diminati di masa depan. Hal inilah yang mendorong siswa kelas XI SMK untuk menentukan tujuan di masa depan. Setelah tujuan ditetapkan, diri individu berkomitmen dengan keputusannya. Siswa kelas XI SMK akan melakukan bidang pekerjaan yang diminati dengan sungguh-sungguh. Tahap selanjutnya adalah merancang langkah - langkah (planning) berupaya untuk merealisasikan pengetahuan dan keterampilan mereka dan juga apa yang harus dimilikinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di bidang pekerjaan. Menurut Nurmi (1989), penyusunan rencana mengenai langkah langkah yang akan dilakukan untuk merealisasikan tujuan yang ingin dicapai di masa depan melalui knowledge, plans, dan realization. Diawali dengan knowledge yang berkaitan dengan

14 pengetahuan dan informasi yang dimiliki. Siswa kelas XI SMK akan mengeksplorasi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan tujuan masa depan bidang pekerjaan yang diharapkan. Plans berkaitan dengan keragaman atau strategi yang dilakukan untuk meraih tujuan di bidang pekerjaan. Siswa kelas XI SMK dapat membuat berbagai rencana seperti merencanakan untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh di bidang pekerjaan yang diminati. Realization berkaitan dengan apa saja yang akan dilakukan siswa kelas XI SMK dalam mewujudkan tujuan di bidang pekerjaan. Siswa kelas XI SMK dapat memilah rencana mana saja yang akan dilakukan untuk lebih mengarahkan ke pekerjaan yang diminati. Tahap terakhir dari orientasi masa depan, siswa melakukan evaluasi (evaluation) untuk kemungkinan dalam merealisasikan tujuan tujuan yang telah ditetapkan dan rencana rencana yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari dua model evaluasi, yaitu primary evaluation dan causal attribution. Primary evaluation merupakan penghayatan perasaan positif atau negatif yang belum spesifik biasanya berkaitan dengan penghayatan adanya ancaman atau tantangan. Siswa kelas XI SMK yang mempunyai perasaan positif yakin akan masa depannya. Weiner mengusulkan model yang menurutnya proses atribusi emosi bertanggung jawab dalam mengevaluasi hasil perilaku. Causal attribution merupakan kelanjutan dari primary evaluation yang disertai emosi spesifik seperti perasaaan yang penuh harapan, keputusasaan, optimisme atau pesimisme. Sebagai contoh, atribusi keberhasilan masa depan pada penyebab internal dan terkendali diikuti dengan perasaan hopefullness dan optimisme. Emosi spesifik ini menyangkut hasil evaluasi masa lalu, namun dapat

15 diterapkan pada saat keadaan memikirkan masa depan (Nurmi, 1989:16). Siswa kelas XI SMK X memiliki gagasan mengenai tujuan masa depan, menyusun dan melaksanakan langkah langkah yang telah disusun. Siswa kelas XI SMK X yang memiliki derajat optimisme tinggi akan memiliki harapan tinggi terhadap tujuan dan masa depannya. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan kurang memiliki harapan dan merasa dirinya tidak memiliki orientasi masa depan yang jelas, hal ini dikarenakan siswa merasa tidak ada tujuan yang ingin diapai di masa depan.

16 Faktor yang mempengaruhi: a. Internal Proses interaksi Kematangan kognitif b. Eksternal Social learning Tuntutan situasional Siswa kelas XI SMK X Bandung Derajat Optimisme Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Permanence Pervasiveness Personalization Motivasi Goals Perencanaan Plans Evaluasi Jelas Tidak Jelas Attribution Emotions Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

17 1.6 Asumsi Dari uraian di atas, dapat diambil asumsi sebagai berikut: 1. Derajat optimisme pada siswa kelas XI SMK X memengaruhi orientasi masa depan. 2. Siswa yang optimis akan memandang suatu peristiwa baik sebagai sesuatu yang bersifat permanent, universal, dan internal. 3. Siswa yang pesimis akan memandang suatu peristiwa baik sebagai sesuatu yang bersifat temporary, spesific, dan eksternal. 4. Siswa yang optimis akan memandang suatu peristiwa buruk sebagai sesuatu yang bersifat temporary, spesific, dan eksternal. 5. Siswa yang pesimis akan memandang suatu peristiwa buruk sebagai sesuatu yang bersifat permanent, universal, dan internal. 6. Siswa yang memiliki derajat optimisme tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang jelas. 7. Siswa yang memiliki derajat optimisme rendah akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas. 1.7 Hipotesis Terdapat kontribusi derajat optimisme terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan pada siswa kelas XI di SMK X Bandung