BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

PENGARUH OBJEKTIVITAS DAN INTEGRITAS AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Kasus Pada Inspektorat Daerah Se Bandung Raya)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul dan Syam (2012: 108) menyatakan bahwa:

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan Otonomi Daerah sesuai dengan aturan Undangundang. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

A. Latar Belakang Masalah

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah dari rakyat melalui penyelenggaraan pemerintahan yang dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat, serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan amanah tersebut kepada rakyat. Hal ini dapat mewujudkan transparansi yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada Pemerintah, dan masyarakat mau berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Kondisi ini dalam kenyataannya belum terwujud sebagaimma yang diharapkan, ha1 ini dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian dan kejadian yang ada di masyarakat. (Sadeli, 2008) Fenomena di masyarakat yang mengambarkan akuntabilitas keuangan belum berjalan sepenuhnya antara lain, tingkat korupsi yang masih tinggi, adanya kebocoran anggaran, pengukuran kinerja Instansi Pemerintah lebih menekankan kepada kemampuan Instansi Pemerintah dalam menyerap anggaran, pengawasan fungsional belum efektif karena belum dilaksanakan secara professional. Akuntabilitas keuangan yang dibuat oleh Instansi Pemerintah Daerah bukan hanya sekadar laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang bersifat formalitas, tetapi berisi informasi yang kredibel bagi para penggunanya. Dengan informasi yang kredibel, pengguna akan terpengaruh dalam melakukan

2 pengambilan keputusan yang terbaik. Masalahnya apakah akuntabilitas keuangan yang dibuat oleh Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah bejalan sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan, yaitu akuntabilitas keuangan yang berkualitas. Untuk menghasilkan akuntabilitas keuangan yang berkualitas perlu didukung dengan unsur pengawasan. Hal ini diperlukan agar akuntabilitas keuangan berisi informasi yang tidak mengandung kesalahan yang material dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Sadeli, 2008) Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. (Mardiasmo, 2005) Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang

3 dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. (Mardiasmo, 2005) Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. (Efendy, 2010) Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kegiatan ini dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Audit merupakan salah satu bagian dari pengawasan. Pada praktisnya audit terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta

4 menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam pelaksanaannya dimana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan manusiawi yang terlalu menonjol. Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap/perilaku, kemampuan aparat pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien. (Sukriah, et.al, 2009) Pengguna laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP menginginkan adanya aparat pengawasan yang bersih, berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah ditetapkan. (Sukriah, et.al, 2009) Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008, salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit

5 sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas, objektivitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; objektivitas diperlukan agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit; serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. (Sukriah, et.al, 2009) Standar Audit APIP sebagaimana diatur dalam PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit. Standar umum dalam standar audit tersebut antara lain mengatur tentang independensi APIP dan objektivitas auditor. Disebutkan dalam standar umum tersebut bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya. Hal ini mengandung arti bahwa independensi APIP serta objektivitas auditor diperlukan agar kualitas hasil pekerjaan APIP meningkat. (Sukriah, et.al, 2009) Peran dan kinerja inspektorat daerah kini tengah menjadi sorotan masyarakat. Dalam Pikiran Rakyat Online (Senin, 26/03/2012) Peran inspektorat daerah dalam mengawasi kinerja pemerintah daerah layak untuk diambil alih pemerintah pusat atau Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI. Sebab, selama ini Inspektorat Daerah dinilai tidak mampu memberikan transparansi dari hasil fungsi pengawasan yang dilakukan kepada kinerja Pemerintah Daerah.

6 Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa Peran inspektorat daerah belum pernah terdengar fungsi jelasnya. Ada sejumlah asumsi yang mengatakan inspektorat daerah tidak berjalan sesuai perannya karena berada satu level dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dinas lain. Bahkan, Pengamat dari Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Bandung Barat Holid Nurjamil menduga, posisi inspektorat daerah yang mempunyai hierarki di bawah kepala daerah membuat fungsinya dianggap meragukan. Inspektorat daerah memiliki beban moral ketika berada di bawah kepala daerah. Ketika pengawasan ada di bawah kepala daerah, pengawasan kinerja pemerintah daerah tidak akan pernah dianggap objektif. Dalam Rapat Paripurna Pembacaan Rekomendasi DPRD Kota Bandung terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Wali Kota Bandung 2011 di Gedung DPRD Kota Bandung, Selasa (1/5), banyaknya temuan pada hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada setiap SKPD termasuk Inspektorat sendiri, dianggap DPRD mencerminkan lemahnya pengawasan internal Inspektorat. "Untuk itu, Dewan meminta agar Wali Kota melakukan reformasi di tubuh Inspektorat Kota Bandung," tutur Erwan Setiawan. (Pikiran Rakyat Online, Selasa, 01/05/2012) Hal tersebut mengindikasikan bahwa LKPj kota Bandung belum bisa dikatakan baik, bisa dilihat dari masih banyaknya temuan dari hasil pemeriksaan BPK. Hal ini berkaitan dengan perwujudan good governance yang harus didukung dengan pertanggungjawaban pemerintah. Jika akuntabilitas pemerintah baik, maka akan menghasilkan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian. Namun pada

7 kenyataannya, jarang sekali pemerintah daerah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Untuk menghasilkan opini tersebut harus diimbangi dengan kualitas audit yang baik. Sedangkan untuk menciptakan kualitas audit yang baik harus didukung dengan objektivitas dan integritas auditor yang baik pula. Fenomena lain yaitu dalam siaran pers BPK RI perwakilan Provinsi Jawa Barat mengenai penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas LKPD di Provinsi Jawa Barat. BPK RI memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) terhadap LKPD Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi untuk tahun anggaran 2011. Hal tersebut mengakibatkan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor aparat Inspektorat menjadi perhatian masyarakat. Hal ini disebabkan dari temuan pemeriksaan audit tidak terdeteksi oleh aparat Inspektorat sebagai auditor internal. Akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat Inspektorat masih relatif kurang baik. (Rosnidah, et.al, 2011) Tabel 1.1 Tindak Lanjut Hasil Audit Inspektorat Kabupaten/Kota Inspektorat Jumalah Belum Ditindak Tindak Lanjut Sedang Selesai Ditindak Lanjut Rekomendasi Lanjut Berjalan 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Kota Bandung 352 405 450 0 0 0 0 0 0 100% 100% 100% Kota Cimahi 352 263 223 0,57% 0 0,45% 35,79% 0,38% 0 63,64% 99,62% 99,55% Kab. Bandung Barat 84 44 51 0 0 0 7,14% 9,09% 15,69% 92,86% 90,91% 84,31% Sumber: Data primer 2012, diolah

8 Berdasarkan tindak lanjut hasil audit yang dilakukan Inspektorat Kabupaten Bandung Barat ada beberapa temuan dan rekomendasi berkisar 7-15% dari temuan tahun 2009-2011 yang belum selesai ditindak lanjut atau sedang berjalan. Begitupun Inspektorat Kota Cimahi, berkisar 35% dari temuan tahun 2009 masih belum selesai ditindak lanjut. Bahkan di tahun 2011 ada temuan yang sama sekali belum ditindak lanjuti oleh Inspektorat. Hal tersebut menandakan bahwa kualitas audit Inspektorat masih kurang baik. Selain itu berdasarkan temuan-temuan yang ditemukan oleh Inspektorat daerah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat sering ditemukan temuan yang sama di tiga tahun terakhir. Seperti yang diungkapkan oleh Haryati yang menjabat sebagai P2UPD di Inspektorat kota Cimahi bahwa rata-rata temuan yang sering ditemukan yaitu dalam tiga hal: (1) Aset; (2) Pelayanan dan kedisiplinan; (3) Pencapaian kinerja. Sementara di Kabupaten Bandung Barat juga terdapat temuan yang terus berulang dari tahun ke tahun. Moch. Lukmanul yang menjabat sebagai Kasubag Evaluasi dan Perencanaan mengatakan bahwa temuan yang sering berulang yaitu dalam hal: (1) Sistem Pengendalian Internal (SPI), yaitu aset dan persediaan, baik itu dalam hal penilaian maupun pencatatan; (2) Kepatuhan, yaitu kurangnya volume pekerjaan. Berbeda halnya dengan Inspektorat Kota Bandung, menurut Bagus Sukma yang menjabat sebagai auditor ahli pertama mengungkapkan bahwa Inspektorat Kota Bandung menghindari kejadian temuan yang berulang dari tahun ke tahun dengan cara langsung memberikan sanksi teguran yang dilaporkan kepada

9 pimpinan SKPD atau kecamatan yang bersangkutan. Beliau mengatakan lebih lanjut temuan yang berulang dari tahun ke tahun tersebut mengindikasikan bahwa kinerja dan pembinaan Inspektorat kurang baik, dengan kata lain Inspektorat belum bisa dikatan memiliki kualitas audit yang baik. Melihat fenomena-fenomena diatas, memunculkan pertanyaan apakah Inspektorat daerah memiliki kualitas audit yang baik dan apakah auditor memakai sikap objektivitas dan integritasnya dalam menjalankan tugas Negara. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat objektivitas dan integritas auditor saat ini dan apakah objektivitas dan integritas auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Memang bukan hal yang mudah menjaga objektivitas dan integritas auditor. Pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Alim et.al. (2007) menyatakan bahwa kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan obyek pemeriksaan selama penugasan dapat mempengaruhi objektivitas auditor, serta bukan tidak mungkin auditor menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang menunjukkan rendahnya integritas auditor. Oleh karena itu merupakan hal menarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh objektivitas dan integritas terhadap kualitas audit. Pusdiklatwas BPKP (2005) menyatakan objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang

10 berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa adanya. Objektivitas diduga berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Hasil penelitian Sukriah et.al (2009) menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hai ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang juga menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Faktor integritas auditor juga dapat berpengaruh terhadap kulitas hasil audit. Sunarto dalam Sukriah, et.al. (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Penelitian yang dilakukan Sukriah, et.al. (2009) menguji pengaruh integritas terhadap kualitas audit dan hasilnya tidak signifikan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang menunjukkan bahwa integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat topik ini sebagai bahan penelitian dengan judul: Pengaruh Objektivitas dan Integritas Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Inspektorat Daerah Se-Bandung Raya).

11 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut : 1. Apakah objektivitas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah integritas auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah objektivitas dan integritas auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, sebagai salah satu syarat menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas auditor terhadap kualitas audit secara parsial. 2. Untuk mengetahui pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit secara parsial. 3. Untuk mengetahui pengaruh objektivitas dan integritas auditor terhadap kualitas audit baik secara simultan.

12 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya penulis itu sendiri, bagi Inspektorat, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan : 1. Bagi Penulis Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu yang diteliti. 2. Bagi Inspektorat Dapat memberikan masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance. Sehingga Inspektorat diharapkan dapat membuat program yang berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang membahas topik yang berkaitan dengan penelitian ini, ataupun pada objek yang cakupannya lebih luas pada disiplin ilmu yang diteliti.