BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2016 Jakarta, 11 Maret 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DALAM ACARA MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAPPEDA Planning for a better Babel

DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

SULTAN BACHTIAR NAJAMUDIN MUJIONO

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

REVITALISASI KEHUTANAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

Transkripsi:

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1

I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu: pertambangan dan penggalian; pertanian terutama perkebunan; dan industri pengolahan. Sektor penunjang perekonomian Pulau Kalimantan adalah: perikanan; dan kehutanan 2

TEMA BESAR PEMBANGUNAN WILAYAH KALIMANTAN Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paruparu dunia serta mengembangkan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir dan kebakaran hutan. Lumbung energi nasional. Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa. Lumbung pangan nasional. 3

II. KONEKTIVITAS Salah satu sasaran pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 adalah meningkatkan keterkaitan (konektivitas) desa-kota. Sebagai upaya percepatan pembangunan sistem transportasi antar wilayah, telah dialokasikan Dana Alokasi Khusus Bidang Transportasi Perdesaan (DAK Transdes) kepada daerah-daerah yang berkomitmen dalam pengembangan kawasan.

REPUBLIK INDONESIA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN (DAK TRANSDES) Dilaksanakan dalam rangka mewujudkan keterhubungan antar wilayah (domestic connectivity), untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan distribusi barang/jasa serta untuk membuka keterisolasian wilayah tertinggal dan perbatasan antar negara. Pagu DAK Sub Bidang Transdes Tahun 2015 telah ditetapkan sebesar Rp. 1.594.311.000.000 (satu triliun lima ratus sembilan puluh empat milyar tiga ratus sebelas juta rupiah), dengan total daerah penerima sebanyak 277 (dua ratus tujuh puluh tujuh) kabupaten/kota dimana 22 (dua puluh dua) kabupaten/kota berada di Regional Kalimantan.

LANJUTAN Dalam lima tahun mendatang (2015-2019), salah satu arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan pada upaya menciptakan konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara internasional (locally integrated, internationally connected). Oleh karena itu, pada tahun 2016 masih akan dialokasikan DAK Sub Bidang Transdes bagi kabupaten/kota.

III. KEDAULATAN PANGAN Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 17 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melindungi dan memberdayakan petani, nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha pangan sebagai produsen pangan.

KETAHANAN PANGAN Pemerintah telah menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pangan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Pemerintah melakukan pengelolaan stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok, dan Pemerintah Daerah menjamin penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah.

TUJUAN UTAMA KEBIJAKAN PANGAN Melindungi masyarakat miskin dari kritis; Mengembangkan pasar jangka panjang yang meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya; dan Meningkatkan produksi pangan yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani.

UPAYA MEWUJUDKAN KETERSEDIAAN PANGAN Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal; Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan; Mengembangkan sarana dan prasarana dan teknologi untuk produksi, penanganan pasca panen, pengolahan, dan penyimpanan pangan; Membangun, merehabilitasi, dan mengembangkan prasarana produksi pangan; Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif; dan Membangun kawasan sentra produksi pangan.

IV. KEDAULATAN ENERGI Kedaulatan energi adalah hak negara dan bangsa untuk secara mandiri menentukan kebijakan pengelolaan energi untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi. Ketahanan energi adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh kondisi regional maupun internasional. Sedangkan kemandirian energi adalah kemampuan negara dan bangsa untuk memanfatkan keanekaragaman energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermartabat.

LANJUTAN Dalam rangka pemenuhan pelayanan dasar energi listrik di Pulau Kalimantan, dalam tahun 2015 2019 direncanakan akan dibangun pembangkit dengan total kapasitas 1,87 GW oleh PLN dan Independent Power Producer (IPP). Selain pembangunan pembangkit, dilakukan pula pengembangan biogas ramah lingkungan dan penyediaan bahan bakar minyak di wilayah terpencil dan perbatasan.

V. KEMARITIMAN Arahan Pembangunan Kemaritiman dalam RPJPN 2005-2025 adalah mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional Dalam konteks nasional, Wilayah Kalimantan memiliki banyak potensi di bidang kemaritiman, seperti pertambangan baik migas maupun non-migas, kekayaan cadangan minyak bumi, gas, batubara, serta cadangan bijih besi terbesar di Indonesia.

ISU DAN PERMASALAHAN KEMARITIMAN Perkembangan dinamika global, terkait tata kelautan internasional baru, sehingga memerlukan penyesuaian kebijakan dan regulasi, sekaligus menyongsong berlakunya Asean Economic Community (AEC) tahun 2015; Desentralisasi dan Otonomi Daerah, perlunya reorientasi perencanaan dalam mendayagunakan potensi laut dan pesisir; Pengembangan teknologi tinggi dan industri informasi; keterbatasan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar (energi dan sumber daya air); dan Prioritas wilayah-wilayah pengembangan berbagai potensi kelautan, sehingga dapat dikembangkan sebagai pusat pengolahan industri perikanan, industri perkapalan, industri pariwisata bahari, dan lain-lain.

SARAN DAN REKOMENDASI Pentingnya program lintas kementerian/lembaga dalam mendorong Pemerintah Daerah untuk memprioritaskan pembangunan maritim melalui pembangunan transportasi laut, industri perkapalan, industri perikanan, pariwisata bahari, riset, SDM, dan investasi. Diperlukan kehati-hatian dalam menyusun penataan ruang laut dan pesisir, terutama terkait izin investasi. Peningkatan ekonomi wilayah yang kompetitif berbasis pada keunggulan sumber daya alam, kapasitas sumber daya manusia dan penguatan kapasitas iptek di Wilayah Kalimantan.

VI. KAWASAN PERBATASAN Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sasaran pengembangan wilayah Pulau Kalimantan terkait kawasan perbatasan adalah mewujudkan halaman depan Negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Sasaran tersebut dicapai dengan strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat.

LANJUTAN Sesuai dengan Pasal 361 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, salah satu kewajiban Pemerintah Pusat adalah membangun kawasan perbatasan negara.

ISU DAN PERMASALAHAN Keterisolasian kawasan perbatasan negara; Belum efektifnya pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di perbatasan; Masih terdapat segmen-segmen batas wilayah negara Indonesia dengan negara tetangga yang belum disepakati (overlapping claim areas); Pengamanan dan pengelolaan batas wilayah laut, darat, dan udara di kawasan perbatasan negara belum optimal, sehingga masih banyak terdapat aktivitas ilegal di wilayah perbatasan Indonesia; Pengelolaan perbatasan negara belum terintegrasi antar sektor, sehingga pembangunan perbatasan masih dominan dengan pendekatan parsial/sektoral; Minimnya akses transportasi dan telekomunikasi membuat masyarakat perbatasan tergantung dengan fasilitas negara tetangga.

TERIMA KASIH