OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

PRIMA Volume 8, Nomor 1, Juni 2011 ISSN : DESAIN PINTU RUANG PESAWAT SINAR-X DARI BAHAN KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

PEMETAAN FLUKS NEUTRON PADA PUSAT TERAS PASCA PERGANTIAN BAHAN BAKAR REAKTOR KARTINI SKRIPSI

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

[ PTRKN BATAN ] 2012 BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF. [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ]

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

FISIKA ATOM & RADIASI

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

Diterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014

R and D Project Comissioning fasilitas Uji In vitro dan In Vivo BNCT di Beamport tembus Reaktor Kartini

PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

Pertanyaan Final (rebutan)

BIDANG STUDI : FISIKA

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

DESAIN PERISAI RADIASI UNTUK SIKLOTRON DECY-13 MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II RADIASI PENGION

MAKALAH FISIKA REAKTOR PSTA-BATAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

ASPEK SAFEGUARD DAN PROTEKSI FISIK FASILITAS PERANGKAT SUBKRITIK SAMOP

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

BETON SEBAGAI PERISAI RADIASI NEUTRON CEPAT

BAB I PENDAHAULUAN. mulai dari bidang energi, industri, hidrologi, kesehatan dan lain

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

DESAIN KOLIMATOR TIPE TABUNG UNTUK PENYEDIA- AN BERKAS RADIOGRAFI DENGAN SUMBER GENE- RATOR NETRON

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PEMODELAN d ALEMBERT PADA PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI BETON SISTEM AKSELERATOR ELEKTRON: RADIASI ELEKTRON DAN SINAR-X

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

Transkripsi:

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI Fidayati Nurlaili 1, M. Azam 2, K. Sofjan Firdausi 2, Widarto 3 1. Mahasiswa Universitas Diponegoro, 2. Dosen dan Peneliti di Jurusan Fisika Universitas Diponegoro, 3. Peneliti di bidang reaktor BATAN INTISARI Telah dilakukan optimasi perisai dan perhitungan nilai terhadap fluks neutron yang keluar melalui Kolom termalisasi reaktor Kartini Fluks neutron akan mengalami pengurangan secara eksponensial ketika dilewatkan pada suatu bahan perisai. Pada Kolom termalisasi reaktor Kartini terdapat berbagai macam perisai diantanya grafit, lead, parafin dan ruang kosong yang berisi udara, sehingga dapat dihitung besar fluks neutron yang keluar melalui Kolom termalisasi. Dilakukan juga optimasi terhadap perisai-perisai dalam Kolom termalisasi sehingga menghasilkan fluks neutron terkecil. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai fluks neurton yang keluar melalui Kolom termalisasi adalah sebesar 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1. Setelah dilakukan optimasi, fluks neutron yang tersisa setelah melewati Kolom termalisasi yaitu sebesar1,042.10-28 cacah cm -2 s -1. Kata kunci: Kolom termalisasi, perisai, fluks neutron Abstract Shield optimization and the calculation of neutron flux the coming out of the thermalizing column of the Kartini reactor have been conducted. The neutron flux will decrease exponentially as it passes the thermalizing column. The thermalizing column of Kartini reactor consists of many different kinds of shields, i.e, graphite, lead, paraffin and an empty chamber of air, therefore the neutron flux count that is coming out of the thermalizing column can be calculated and the shields within the column can be optimized to give smaller neutron flux. Calculation result indicates that the neutron flux coming out of the thermalizing column is 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1. After optimization, the remaining flux coming out of the thermalizing column is 1,042.10-28 cacah cm -2 s -1. Key words: thermalizing column, Shield, neutron flux PENDAHULUAN Neutron adalah radiasi zarah tak bermuatan, yang merupakan jenis radiasi yang sangat berbahaya. Neutron mempunyai jangkauan yang panjang seperti sinar-γ.

Walau neutron tidak bermuatan listrik, namun neutron mampu mengionisasi bahan yang dilaluinya melalui ionisasi sekunder(alkhadi,1997). Radiasi pengion dapat menimbulkan efek biologi jika berinteraksi dengan manusia. Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun yang merupakan akibat dari paparan radiasi bermula dari interaksi antara radiasi pengion dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi tersebut maka sel-sel dapat mengalami perubahan struktur dari struktur normal semula. Oleh karena itu diperlukan perisai radiasi untuk tujuan proteksi radiasi(alkhadi,1997). Dalam Peraturan Pemerintaah RI no.63 tahun 2000 tentang keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion, pada bab III pasal 3 disebutkan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup, maka penguasaan instalasi yang melaksanakan setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang dapat mengakibatkan penerimaan dosis radiasi harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan sebagai berikut : a. Setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih besar dibanding resiko yang ditimbulkan. b. Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh badan pengawas. c. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi ditekan serendah-rendahnya (Wardhana,2007) Oleh karena itu, untuk menghindari paparan langsung terhadap radiasi neutron diperlukan perisai neutron. METODE PENELITIAN 1. Menghitung fluks neutron mula-mula. Fluks neutron mula-mula yang dimagsud disini yaitu fluks neutron sebelum melewati thermalizing column. Karena reaktor sedang tidak beroperasi, maka data besarnya fluks neutron diambil dari penelitian Ery rahmawati, mahasiswi UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang melakukan pemetakan fluks neutron di reaktor kartini yaitu dengan judul penelitian Pemetakan Fluks neutron Thermal

pada Fasilitas Iradiasi Lazy Susan. Karena kolom termalisasi terletak di sebelah selatan, maka nilai fluks neutron yang diambil juga data fluks neutron yang memancar kearah selatan dengan daya pada saat reaktor dioperasikan adalah daya maksimal dari reaktor kartini yaitu sebesar 100Kwatt. Perhitungan dan ralat berbobot dari fluks neutron yang mengarah ke arah selatan dapat dilihat pada lampiran C. 2. Menghitung besar fluks neutron ketika melewati reflektor grafit. Sebelum memasuki kolom termalisasi, fluks neutron dari lazy susan terlebih dahulu melewati reflector grafit setebal 16,5 cm. Lazy susan CORE 16,5 cm Reflektor Grafit 30,5 cm Gambar 3.1. penampang teras dan reflector. Sehingga sebelum memasuki kolom termalisasi, fluks neutron sudah mengalami pengurangan terlebih dahulu, besar fluks neutron setelah melewati reflector grafit dapat dilihat pada lampiran D. 3. Mengoptimasi shielding neutron dalam thermalizing column Optimasi perisai dalam thermalizing column dilakukan dengan memvariasi tebal perisainya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapapatkan nilai fluks neutron sekecil mungkin bahkan lebih kecil dari perhitungan fluks neutron pada thermalizing column dengan susunan perisai yang memang sudah ada saat ini.

Pada optimasi ini,tebal yang divariasi yaitu paraffin, timbal dan grafit yang berada paling ujung pada thermalizing column. Sedangkan udara dan grafit yang berada paling dekat dengan teras reaktor dianggap konstan. 4. Menghitung besar fluks neutron pada thermalizing column dengan susunan perisai yang sudah ada saat ini. Setelah melewati reflector grafit, neutron baru memasuki kolom thermalizing column. Urutan perisai yang akan dilewati neutron adalah grafit, parafin, lead, udara, dan yang terakhir adalah grafit kembali. untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dari gambar dibawah ini : aluminium beton core CORE CORE tutup dari lead grafit 1 grafit 2 udara boral lead parafin Gambar 3.2. penampang termalizing column reactor kartini Pehitungan besarnya fluks neutron setelah melewati berbagai perisai dapat dilihat pada lampiran E. 5. Membandingkan hasil yang diperoleh apakah sudah sesuai standar. Setelah hasil perhitungan diperoleh, maka masih perlu dipertanyakan apakah hasil perhitungan yang diperoleh sudah sesuai dengan standar dari keselamatan dan kesehatan kerja atau belum. Untuk mengetahui berapa fluks neutron minimal yang diijinkan, maka hal ini ditanyakan langsung pada Bidang Keselamatan dan Kesehatan (BK2) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi Shielding Neutron optimasi perisai dalam thermalizing column dilakukan dengan memvariasi tebal perisainya. Perisai yang tebalnya divariasi yaitu paraffin, timbal dan grafit yang berada paling ujung pada thermalizing column. Sedangkan udara dan grafit yang berada paling dekat dengan teras reaktor dianggap konstan. Ukuran variasi tebal dilakukan berdasarkan tebal perisai yang sudah ada di Bidang Reaktor, BATAN Yagyakarta. Misalnya, balok grafit yang sudah ada tebalnya 20,3 cm, maka variasi untuk tebal grafit adalah 20,3 cm, 40,6 cm dan 60,9 cm yang merupakan kelipatan dari 20,3 cm. Sedangkan untuk parafin dan timbal divariasi sesuai dengan sisa tebal pada thermalizing column. Ruang kosong yang berisi udara tidak mendapatkan variasi dikarenakan dari hasil perhitungan didapatkan bahwa, seberapun tebal atau volume udara tidak terlalu berpengaruh terhadap pengurangan fluks neutron. Hal ini telah dijelaskan pada subbab 4.2 point 4. Sedangkan grafit yang berada paling dekat dengan teras reaktor tidak divariasi karena pada salah satu sisi dari grafit berbentuk setengah lingkaran mengikuti kontur reaktor Kartini. Sehingga hanya parafin, lead dan grafit yang berada paling ujung saja yang divariasi. Setelah dilakukan variasi ketebalan terhadap perisai didapatkan hasil fluks neutron yang tersisa yang keluar melalui thermalizing column dijelaskan dalam tabel 4.1 : Tabel 4.1 Besar Fluks Neutron Ketika Dilakukan Variasi Tebal Perisai Parafin dan timbal ketika tebal grafit 60,9 cm (3 balok) No Tebal Grafit Tebal parafin Tebal Timbal Fluks Neutron (cacah cm -2 s -1 ) 1 60,9 2,0 8,2 6,009 10-8 2 60,9 4,0 6,2 8,342 10-9 3 60,9 6,0 4,2 1,115 10-9 4 60,9 8,0 2,2 1,492 10-10 5 60,9 10,0 0,2 1,995 10-11 Variasi pertama yang dilakukan adalah grafit pada ujung thermalizing column terdiri atas 3 susunan balok atau tebalnya 60,9 cm, sehingga tebal yang

tersisa untuk variasi parafin dan timbal adalah 10,2 cm. Tebal parafin divariasi dari mulai 2 cm hingga 10 cm dengan kelipatan 2 cm, sedangkan timbal divariasi dari tebal yang tersisa mulai dari 8,2 cm sampai 0,2 cm dengan variasi kelipatan 2 cm. Dari hasil Perhitungan didapatkan bahwa nilai paling baik ketika tebal parafin 10 cm dan tebal timbal 0,2 cm yaitu sebesar 1,995.10-11 cacah cm -2 s -1. dan nilai fluks neutron yang paling banyak lolos ketika tabal parafin 2 cm dan timbal 8,2 cm yaitu sebesar 6,009.10-8 cacah cm -2 s -1. Variasi ke dua yang dilakukan adalah grafit pada ujung thermalizing column terdiri atas 2 susunan balok atau tebalnya 40,6 cm, sehingga tebal yang tersisa untuk variasi parafin dan timbal adalah 30,5 cm. Tebal parafin divariasi dengan kelipatan 2,5 cm, mulai dari 2,5 cm hingga 30 cm, sedangkan timbal divariasi dari tebal yang tersisa mulai dari 28 cm sampai 0,5 cm dengan variasi kelipatan 2,5 cm. Tabel 4.2 Besar Fluks Neutron Ketika Dilakukan Variasi Tebal Perisai Parafin dan timbal ketika tebal grafit 40,6 cm (2 balok) No Tebal Grafit Tebal parafin Tebal Timbal Fluks Neutron (cacah cm -2 s -1 ) 1 40,6 2,5 28,0 4.716 10-8 2 40,6 5,0 25,5 3.814 10-9 3 40,6 7,5 23,0 3.08 10-10 4 40,6 10 20,5 2.494 10-11 5 40,6 12,5 18,0 2.016 10-12 6 40,6 15,0 15,5 1.631 10-13 7 40,6 17,5 13,0 1.319 10-14 8 40,6 20,0 10,5 1.066 10-15 9 40,6 22,5 8,0 8.622 10-17 10 40,6 25,0 5,5 6.972 10-18 11 40,6 27,5 3,0 5.638 10-19 12 40,6 30,0 0,5 4.559 10-20 Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa bahwa nilai paling baik ketika tebal parafin 30 cm dan tebal timbal 0,5 cm yaitu sebesar 4,599.10-20 cacah cm -2 s -1 dan nilai fluks neutron yang paling banyak lolos ketika tebal parafin 2,5 cm dan timbal 28 cm yaitu sebesar 4,716.10-8 cacah cm -2 s -1.

Variasi ke tiga yang dilakukan adalah grafit pada ujung thermalizing column terdiri atas 1 susunan balok atau tebalnya 20,3 cm, sehingga tebal yang tersisa untuk variasi parafin dan timbal adalah 50,8 cm. Tebal parafin divariasi dengan kelipatan 5 cm, mulai dari 50 cm hingga 5 cm, sedangkan timbal divariasi dari tebal yang tersisa mulai dari 0,8 cm sampai 45,8 cm dengan variasi kelipatan 5 cm. Tabel 4.3 Besar Fluks Neutron Ketika Dilakukan Variasi Tebal Perisai Parafin dan timbal ketika tebal grafit 20,3 cm (1 balok) No Tebal Grafit Tebal parafin Tebal Timbal Fluks Neutron (cacah cm -2 s -1 ) 1 20,3 50,0 0,8 1.042 10-28 2 20,3 45,0 5,8 1.593 10-26 3 20,3 40,0 10,8 2.437 10-24 4 20,3 35,0 15,8 3.727 10-22 5 20,3 30,0 20,8 5.699 10-20 6 20,3 25,0 25,8 8.716 10-18 7 20,3 20,0 30,8 1.333 10-15 8 20,3 15,0 35,8 2.039 10-13 9 20,3 10,0 40,8 3.118 10-11 10 20,3 5,0 45,8 4.768 10-9 Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa bahwa nilai paling baik ketika tebal parafin 50 cm dan tebal timbal 0,8 cm yaitu sebesar 1,042.10-28 cacah cm -2 s -1 dan nilai fluks neutron yang paling banyak lolos ketika tebal parafin 5 cm dan timbal 45,8 cm yaitu sebesar 4,768.10-9 cacah cm -2 s -1. Dari ke tiga tabel diatas didapatkan bahwa nilai fluks neutron terkecil adalah 1,042.10-28 cacah cm -2 s -1 yaitu ketika tebal parafin maksimum. Dari ketiga perisai yaitu grafit, parafin dan timbal, yang mempunyai kemampuan paling baik dalam pengurangan fluks neutron adalah parafin, hal ini dikarenakan parafin merupakan hidrokarbon sehingga banyak mengandung atom H. Atom H inilah yang paling berperan dalam mengurangi fluks neutron karena ketika neutron bertumbukan dengan atom H maka selurah tenaga neutron akan diserahkan kepada atom H.

Fluks Neutron Setelah Melewati Berbagai Perisai Tanpa Optimasi Ada beberapa jenis perisai yang dipasang dalam thermalizing column reaktor Kartini diantaranya grafit, parafin, lead, ruang kosong (berisi udara),boral dan aluminium. Boral dan aluminium digunakan sebagai pelapis beton bagian dalam sehingga mengantisipasi kemungkinan radiasi yang terhambur secara vertikal. Sedangkan perisai yang tersusun secara horisontal adalah grafit, parafin, lead, ruang kosong (berisi udara), grafit lagi dan pada pangkal thermalizing column terdapat sebuah pintu penutup yang terbuat dari lead. Pada penelitian ini dibatasi pada asumsi bahwa fluks neutron merambat secara horisontal sehingga pembahasan tentang perisai lebih difokuskan pada perisai yang tersusun secara horisontal. 1. Grafit Seperti yang telah dijelaskan dalam bab 3 bahwa sebelum memasuki thermalizing column, fluks neutron yang terpancar dari lazy susan sebesar 4,668.10 11 cacah cm -2 s -1 terlebih dahulu akan melewati reflektor grafit setebal 16,5 cm sehingga fluks neutron yang tersisa adalah 8,009.10 8 cacah cm -2 s -1. Perisai yang terdapat pada ujung thermalizing column juga berupa grafit dengan tebal 20,3 cm. Setelah melewati perisai yang pertama ini, fluks neutron yang tersisa sebesar 3,266.10 5 cacah cm -2 s -1. Jika digunakan untuk reaktor nuklir, grafit terutama sebagai material moderator dan reflektor sehingga memberikan sifat-sifat yang baik. Tingkat perbandingan tampang lintang penyerapan dan penyebaran yang tinggi menjadikanya material refleksi yang baik. 2. Parafin Perisai kedua yang ada dalam thermalizing column berupa paraffin dengan tebal 8,62 cm. setelah melewati paraffin, fluks neutron berkurang menjadi 2,267 cacah cm -2 s -1. Pengurangan ini cukup besar disebabkan karena parafin merupakan hidrokarbon sehingga banyak mengandung atom H. Selain itu perbandingan tampang lintang penyerapan dan penyebaran yang tinggi yaitu sebesar 0,17 barn dan 11 barn menjadikanya material refleksi yang baik. Karena mengandung banyak atom H inilah sehingga parafin sangat baik sebagai perisai radiasi neutron.

3. Timbal Perisai ketiga yang ada dalam thermalizing column adalah lead dengan tebal 1,58 cm. Fluks neutron yang tersisa setelah melewati lead sebesar 1,256 cacah cm - 2 s -1. Saat neutron melewati perisai dari bahan lead, pengurangan fluks neutron yang terjadi sangat kecil, hal ini terjadi selain lead sangat tipis juga karena nomor atom (Z) dari lead besar yaitu 82. ketika neutron menumbuk bahan dengan nomor atom besar, maka neutron hanya akan menyerahkan tenaganya sebagian kecil saja. Sehingga mengurangi fluks neutron diperlukan tumbukan yang berulang-ulang. 4. Ruang kosong (berisi udara) Susunan perisai dalam thermalizing column reaktor Kartini terdapat ruang kosong sepanjang 60,9 cm yang berisi udara biasa. Fluks neutron yang tersisa setelah melewati rung kosong sebesar 1,252 cacah cm -2 s -1. Terlihat disini bahwa pengurangan fluks neutron sangat kecil walaupun ruang kosong ini cukup panjang sehingga lebih besar kemungkinan neutron bertumbukan dengan atom-atom penyusun udara. Hal ini terjadi karena kelimpahan hidrogen diudara sangat kecil yaitu sebesar 0,00005 % saja, sehingga ketika neutron melewati ruang kosong ini tidak terjadi banyak pengurangan fluks neutron.. Udara memang mengandung berbagai macam unsur, namun yang paling efektif untuk menghambat neutron adalah hidrogen, karena ketika bertumbukan neutron memberikan seluruh tenaganya kepada hidrogen. Kehilangan energi pada neutron dalam tumbukan elastis mencapai nilai maksimum jika inti yang ditumbuk memiliki massa yang sama dengan neutron. Oleh sebab itu neutronneutron akan kehilangan sebagian besar energinya jika bertumbukan dengan proton (inti hidrogen). Sehingga walau hidrogen mempunyai kemampuan yang Sangat besar dalam menahan radiasi neutron karena pada setiap bertumbukan, neutron menyerahkan seluruh tenaganya kepada hidrogen. Namun karena kelimpahan hidrogen sangat kecil, maka komposisi udara biasa bukanlah merupakan perisai neutron yang baik. 5. Grafit Perisai kelima dalam thermalizing column berupa grafit lagi dengan tebal sama 60,9 cm. karena grafit ini cukup tebal sehingga pengurangan fluks neutrron

yang terjadi juga cukup banyak sehingga tersisa fluks neutron sebesar 8,224.10-11 cacah cm -2 s -1. 6. Pintu penutup dari Lead Pintu thermalizing column terbuat dari lead setebal 3 cm, setelah dihitung fluks neutron yang tersisa setelah melewati pintu thermalizing column sebesar 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1. Setelah melewati berbagai perisai dalam thermalizing column fluks neutron yang tersisa adalah sebesar 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1. Setelah ditanyakan pada Bagian Keselamatan dan Kesehatan (BK2) BATAN, besar fluks neutron yang diijinkan keluar dari sistem reaktor adalah 0. Nilai yang didapatkan dari hasil optimasi maupun tanpa optimasi adalah sebesar 1,042.10-28 cacah cm -2 s -1 dan 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1, nilai ini sangat kecil sehingga dapat dikatakan mendekati nol sehingga nilai tersebut masih diijinkan. KESIMPULAN Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Setelah dilakukan optimasi, nilai fluks neutron paling kecil setelah melewati thermalizing column sebesar 1,042.10-28 cacah cm -2 s -1 yaitu ketika tebal paraffin 50 cm, tebal 0,8 cm dan grafit 20,3 cm. Besar fluks neutron setelah melewati berbagai perisai dalam thermalizing column yang ada di reaktor Kartini adalah 2,681.10-11 cacah cm -2 s -1 Kedua nilai fluks neutron diatas sudak masuk dalam standar kesehatan dan keselamatan kerja terhadap radiasi neutron karena nilai tersebut hampir mendekati nol. DAFTAR PUSTAKA [1] Akhadi,M.1997.Dasar-dasar Proteksi Radiasi.Rineka cipta:jakarta. [2] Akhadi,M.2003.Pengantar Teknologi Nuklir.Rineka cipta:jakarta. [3] Atmojo,M.1997.Penahan Radiasi Neutron Komposit Berbasis Karet Alam Boron Karbida.Pusat Penelitian Nuklir-BATAN:Yogyakarta. [4] Buntaro,T.1980.Metode Pengukuran Zarah Radiasi dan Detektor Nuklir,bagian I.PPGM-BATAN:Yogyakarta. [5] Edward,E.1997.Eksperimantal Reactor Physics.John willey and sons:newyork,london,sidney,toronto.

[6] Rahmawati,E.2003.Pemetakan Fluks Neutron Thermal Pada Fasilitas Iradiasi Lazy Susan Reaktor Kartini.Skripsi.FMIPA-UNY:Yogyakarta. [7] Jaeger,dkk.1968.Enginering Compedium On Radiation Shielding Volume I Shielding Fundamental And Methods.International Atomic Energi Agency Vienna:Briger-Verlag,Berlin,Heiderberg,Newyork. [8] Jaeger,dkk.1968.Enginering Compedium On Radiation Shielding Volume II Shielding Material.International Atomic Energi Agency Vienna:Spinger-Verlag,Berlin,Heidelberg,Newyork. [9] Prayoto.1978.Pengantar Teori Reaktor.Teknik Nuklir UGM:Yogyakarta. [10] Suhaemi,T.1982.Perisai Radiasi.Pusan Penelitian Bahan Murni Dan Instrumen,Badan Tenaga Nuklir Nasional:Yogyakarta. [11] Sutondo,T.2002.Ciri Desain Reaktor TRIGA.Pualitbang Teknologi Maju,Batan Tenaga Nuklir Nasional:Yogyakarta. [12] Syarip.2002.Dasar Teori Reaktor.Puslitbang Teknologi Maju,Badan Tenega Nuklir Nasional:Yogyakarta. [13] Tjiptono,T.2007.Pelatihan Operator Dan Supervisor Reaktor Kartini.Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan,BATAN:Yogyakarta. [14] Wardhana,A.2007.Teknologi Nuklir:Proteksi Radiasi dan Aplikasinya.Andi Offset:Yogyakarta. [15] Widarto,dkk.2006.Analisis Karakterisasi Atenuasi Grafit,Parafin Dan Boral Untuk Bahan Perisai Radiasi Neutron Thermal.Prosiding Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir BATAN:Yogyakarta.