FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR: 11/Kpts/KPU-Kab-012.

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat indonesia di Kabupaten/Kota se-indonesia berdasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

Muhamad Ramli Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG

2 Kepala Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pen

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 1. DPR Kabupaten Sumba Barat Daya sudah berperan tetapi perannya belum

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail: dirsa_andika@yahoo.com 1 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi dengan rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada Kota Padang pada tahun 2013. Istilah partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai pengertian yang berkaitan dengan perilaku, sikap dan persepsi. Partisipasi politik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat saat pemungutan suara, seperti: memilih karena kesadaran politik masyarakat tinggi, hubungan emosional, dan diberi uang atau honor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada Kota Padang pada tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi politik masyarakat adalah partisipasi yang masih dimobilasasi dan masih rendahnya kesadaran politik masyarakat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam mempengaruhi masyarakat pada saat pemungutan suara adalah faktor hubungan emosional, faktor uang dan status sosial yang dimiliki seseorang dapat berpengaruh; begitu juga halnya dengan keikikutsertaan masyarakat untuk pergi kampanye, faktor uang juga dapat mempengaruhi sehingga masyarakat untuk kampanye mudah dimobilisasi. Namun untuk keikutsertaan masyarakat dalam berpolitik lebih pada motif kepentingan pribadi atau kelompok seperti satu partai, satu organisasi, satu daerah asal atau pernah kenal dengan calon tetapi ada juga faktor uang yang dapat mempengaruhinya. Kata kunci: faktor-faktor, partisipasi politik, Pilkada, Kota Padang.

I. PENDAHULUAN Kehidupan berdemokrasi telah mewarnai perpolitikan di Indonesia. Demokrasi dijelaskan sebagai bentuk pemerintahan dimana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik digunakan secara langsung oleh setiap warga negara, yang diaktualisasikan melalui prosedur pemerintahan mayoritas, yang biasa dikenal dengan sebutan demokrasi langsung. Demokrasi juga dijelaskan sebagai bentuk pemerintahan dimana warga negara menggunakan hak yang sama tidak secara pribadi tetapi melalui para wakil yang duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Wakilwakil itu dipilih secara langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat. Ini yang disebut demokrasi perwakilan. Di Indonesia, pemilihan umum sebagai instrumen demokrasi itu sendiri turut mengikutsertakan kualitas partisipasi masyarakat dalam mewujudkan aspirasinya yang disalurkan melalui wadah partai politik, serta kekuatan sosial politik yang dibawa kepada muara pemilihan dan penetapan perwakilan politiknya. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan wujud demokrasi di tingkat daerah yang menentukan berjalannya pemerintahan di daerah tersebut. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (4) yang menjelaskan bahwa Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Pelaksanaan Pilkada secara langsung merupakan sebuah jaminan perbaikan kualitas kepemimpinan di suatu daerah. Momentum Pilkada secara langsung juga sebagai wadah pendidikan politik bagi masyarakat. Oleh karena itu, Pilkada secara langsung harus sesuai dengan prinsip pemilihan umum sebagaimana diatur dalam UUD 1945 yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Menurut pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam

satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Proses Pilkada secara langsung ini diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang kemudian bertanggung jawab kepada DPRD. Sesuai dengan pasal 57 ayat (1, 2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengatakan: Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah yang bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Pemilihan Umum Daerah, menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam pelaksanaan Pilkada secara langsung, partisipasi politik adalah hal yang mempengaruhi sistem politik dalam sebuah negara yang demokratis, karena sistem politik yang demokratis tidak ada artinya tanpa adanya partisipasi politik. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh masyarakat dalam partisipasinya menunjukkan derajat kepentingan mereka. Partisipasi menjadi penting karena dapat memberikan suatu legitimasi bagi kekuasaan politik seseorang atau kelompok (partai politik). Menurut Adams (dalam Miaz, 2012:20-21), Partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri dan kemandirian warga negara. Melalui partisipasi, individu menjadi warga publik, dan mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan masyarakat. Tanpa partisipasi, nyaris semua orang akan ditelan oleh kepentingan pribadi dan pemuasan kebutuhan orang yang berkuasa. Partisipasi politik masyarakat merupakan perangkat penting karena

teori demokrasi yang menyebutkan bahwa perlunya partisipasi politik masyarakat pada dasarnya disebabkan bahwa masyarakat tersebutlah yang paling mengetahui apa yang mereka kehendaki. Pengertian partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan masyarakat dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy), kegiatan yang mencakup tindakan seperti pemberian suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai politik dan kelompok kepentingan. Berdasarkan hasil rekapitulasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang pada hari Senin 5 November 2014 akhirnya memutuskan Pilkada Kota Padang berlangsung dua putaran. Ini disebabkan tidak ada satu pasangan calon yang mampu mencapai suara 30% tambah 1 suara. Pemuncak pada putaran ini diraih oleh pasangan nomor urut 10 Mahyeldi-Emzalmi dengan perolehan 92.214 suara atau hanya 29,48% dari total suara sah. Sedangkan di posisi kedua disusul oleh pasangan nomor urut 3 Desri Ayunda- James Heliward, melalui jalur independen mampu memposisikan diri peraih suara terbanyak kedua sebanyak 59.845 suara atau 19,11%. Total suara sah Pilkada Kota Padang putaran pertama ini adalah 313.146 suara dari total pemilih menggunakan hak suara 323.542 orang. Sebanyak 10.448 suara dinyatakan tidak sah. Sedangkan pemilih yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang sebanyak 561.189. Sementara itu, berdasarkan hasil rekapitulasi suara sidang pleno KPU Kota Padang atas pemilihan walikota putaran kedua, pasangan Mahyeldi- Emzalmi unggul dengan perolehan suara 148.854 atau 50,29%, sedangkan pasangan Desri Ayunda-James Helyward memperoleh 147.166 suara. Partisipasi masyarakat dalam pilkada Kota Padang putaran kedua pada 5 Maret 2014 lalu terbilang rendah, yakni hanya 300.227 pemilih atau

53,6%. Padahal pada putaran pertama, pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013, mencapai 57,7% partisipasi pemilih. Fenomena banyaknya angka Golput pada pemilu di Kota Padang adalah salah satu bukti bahwa masih rendahnya partisipasi politik masyarakat. Realitas dan fenomena rendahnya partisipasi politik ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan karena hak politik merupakan salah satu hak asasi manusia. Namun, masyarakat yang telah diberi hak pilihnya tersebut justru tidak mau menggunakan hak pilihnya. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Narbuko dan Achmadi (2012:44), Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Menurut Komaruddin (dalam Mardalis, 2014:53), Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Mengingat jumlah populasi yang sangat besar dan terbatasnya kemampuan peneliti maka penelitian dilakukan terhadap sampel yang mewakili populasi. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Random Sampling yang dilakukan secara acak atau random tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Ini memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi sampel penelitian, dengan cara rendomisasi atau dengan cara melalui undian. Dengan demikian, maka sampel yang diambil oleh peneliti adalah dengan mengambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Dadok Tunggul Hitam. Kecamatan Koto

Tangah dan Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji. Dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 140 orang dengan masing-masing kelurahan sebanyak 70 sampel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Wawancara (Interview) Yaitu mengumpulkan data dengan melakukan wawancara langsung dengan narasumber atau informan dengan cara tanya jawab secara lisan. 2. Observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa. 3. Angket (Kuesioner) Yaitu pengumpulan data dengan memberikan angket kepada masyarakat Kota Padang yang menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Dokumentasi Yaitu pengumpulan data yang berasal dari sumber-sumber data yang berupa catatan literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan dan menggambarkan kondisi yang ada di lapangan terkait dengan sikap dan faktor masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara saat Pilkada Kota Padang pada tahun 2013 di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah dan Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji. Hasil analisis kuesioner/angket tentang bagaimana faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat di Kelurahan Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah dan Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji sebagai berikut: 1. Memiliki Pengetahuan Terhadap Visi dan Misi

memiliki pengetahuan terhadap visi dan misi calon yang dipilih. Tabel 12: Persentase Pemilih Karena Memiliki Pengetahuan terhadap Visi dan Misi Calon yang Dipilih No. Pilihan Frekue nsi Persent ase (%) 1 Ya 46 32,85% 2 Tidak 94 67,15% Data pada Tabel 12 di atas memiliki pengetahuan terhadap visi dan misi calon yang dipilih, sebanyak 46 orang (32,85%) menyatakan ya, sedangkan 94 orang (67,15%) 2. Memiliki Pengetahuan Terhadap Pasangan Calon memiliki pengetahuan terhadap pasangan calon. Tabel 13: Persentase Pemilih Karena Memiliki Pengetahuan terhadap Pasangan Calon No. Pilihan Freku ensi Persentase (%) 1 Ya 33 23,58% 2 Tidak 107 76,42% Data pada Tabel 13 di atas memiliki pengetahuan terhadap pasangan calon yang dipilih, sebanyak 33 orang (23,58%) menyatakan ya, sedangkan 107 orang (76,42%) 3. Memiliki Minat Menjadi Tim Sukses. partisipasi masyarakat yang memiliki minat menjadi tim sukses. Tabel 14: Persentase partisipasi masyarakat yang memiliki minat menjadi tim sukses

No. Pilihan Freku ensi Persentase (%) 1 Ya 30 21,42% 2 Tidak 110 78,57% Data pada Tabel 14 di atas partisipasi masyarakat yang memiliki minat menjadi tim sukses, sebanyak 30 orang (21,42%) menyatakan ya, sedangkan 110 orang (78,57%) 4. Mengikuti Kegiatan Kampanye Politik partisipasi masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye politik. Tabel 15: Persentase partisipasi masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye politik. No. Pilihan Frekue nsi Persent ase (%) 1 Ya 24 17,15% 2 Tidak 116 82,85% Data pada Tabel 15 di atas partisipasi masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye politik., sebanyak 24 orang (17,15%) menyatakan ya, sedangkan 116 orang (82,85%) 5. Memilih Karena Kesadaran atas Kehendak Sendiri kesadaran atas kehendak sendiri. Tabel 16: Memilih Karena Kesadaran atas Kehendak Sendiri No. Pilihan Freku ensi Persentas e (%) 1 Ya 35 25% 2 Tidak 105 75% Data pada Tabel 16 di atas kesadaran atas kehendak sendiri adalah 35 orang (25%) menyatakan ya,

sedangkan 105 orang (75%) 6. Memilih Karena Ada Hubungan Emosional faktor hubungan emosional. Tabel 17: Memilih Karena Ada Hubungan Emosional, seperti Keluarga, Satu Daerah, Satu Partai, Budaya dan Agama No. Pilihan Freku ensi Persent ase (%) 1 Ya 115 82,14% 2 Tidak 25 17,85% Data pada Tabel 17 di atas hubungan emosional adalah 115 orang (82,14%) menyatakan ya, sedangkan 25 orang (17,85%) menyatakan tidak. 7. Memilih Karena Faktor Diberi Uang atau Honor faktor diberi uang atau honor. Tabel 18: Memilih Karena Faktor Diberi Uang atau Honor No. Pilihan Frekue nsi Persenta se (%) 1 Ya 17 12,15 % 2 Tidak 123 87,85% Data pada Tabel 18 di atas faktor diberi uang atau honor adalah 17 orang (12,15%) menyatakan ya, sedangkan 123 orang (87,85%) 8. Memilih Karena Dorongan Keluarga atau Diajak Teman faktor dorongan keluarga atau diajak teman.

Tabel 19: Memilih Karena Dorongan Keluarga atau Diajak Teman No. Pilihan Freku ensi Persentas e (%) 1 Ya 55 39,29% 2 Tidak 85 60,71% Data pada Tabel 19 di atas dorongan keluarga atau diajak teman adalah 55 orang (39,29%) menyatakan ya, sedangkan 85 orang (60,71%) Jadi dari hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Padang bisa dikatakan masyarakat yang memiliki berbagai faktor untuk memilih pada saat Pilkada Kota Padang tahun 2013. IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat pada Pilkada Kota Padang pada tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan calon walikota dan calon wakil walikota Padang 2013 yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat dalam pemungutan suara atau voting adalah persentase memiliki pengetahuan terhadap visi dan misi calon yang dipilih, sebanyak 46 orang (32,85%) menyatakan ya, sedangkan 94 orang (67,15%) Memiliki pengetahuan terhadap pasangan calon yang dipilih, sebanyak 33 orang (23,58%) menyatakan ya, sedangkan 107 orang (76,42%) menyatakan tidak.memiliki minat menjadi tim sukses, sebanyak 30 orang (21,42%) menyatakan ya, sedangkan 110 orang (78,57%) Mengikuti kegiatan kampanye politik., sebanyak 24 orang (17,15%) menyatakan ya, sedangkan 116 orang (82,85%) Memilih karena kesadaran atas kehendak sendiri adalah 35 orang (25%) menyatakan ya, sedangkan 105 orang (75%) Memilih karena hubungan emosional adalah 115 orang (82,14%) menyatakan ya, sedangkan 25 orang (17,85%) Memilih karena faktor diberi uang atau honor adalah 17 orang (12,15%) menyatakan ya, sedangkan 123 orang (87,85%) Memilih karena dorongan keluarga

atau diajak teman adalah 55 orang (39,29%) menyatakan ya, sedangkan 85 orang (60,71%) menyatakan tidak. V. DAFTAR PUSTAKA Adnan, M. Fachri. 2012. Perilaku Pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah secara Langsung. Padang: UNP Press. Budiardjo, Miriam. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Universitas Terbuka. Hakum, M. Arief. 2015. Kiat Menulis Artikel di Media. Bandung: Nuansa Cendekia. Komarudin dan Junidar Hasan. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: Universitas Terbuka. Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta. Mardalis. 2014. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Miaz, Yalvema. 2012. Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih pada Masa Orde Baru dan Reformasi. Padang: UNP Press. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nursi, M. 2008. Ilmu Politik Suatu Pengantar. Padang: Bung Hatta University Press. Pribadi, Toto, dkk. 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Prihatmoko, Joko J. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.