2015 PROFIL KOND ISI FISIK ATLET SQUASH KABUPATEN BEKASI PAD A PORD A

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PROFIL KONDISI FISIK ATLET BOLA BASKET PUTRI TINGKAT SMA SE-JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan olahraga yang cukup populer, digemari dan paling

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ashari Nopdiana, 2015 Profil fisik dan teknik klub basket garuda kelompok putra usia tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Yusni Arie Apriansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran 9,75 m x 6,4 m. tujuan dari permainan Squash adalah menjauhkan

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belanda pada awal abad 20. Sebelum PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. didalam ruangan. Kata ini diperkenalkan oleh FIFA ketika mengambil alih futsal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Profil Kondisi Fisik Pemain Tim Persib Bandung U-21

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam pertandingan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. memasyarakat dan digemari hampir semua orang. Orang bukan saja gemar

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT KEJURNAS TONNIS ANTAR MAHASISWA PIALA REKTOR UNNES II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. hobby dan kesenangan sehingga bisa menghilangkan stress.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Eropa, pada tahun 1893 di Jerman bola voli dikenal dengan nama faust

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempatberhenti sampai sekitar dua tahun awal kemerdekaan. Dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rafdlal Saeful Bakhri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

SKRIPSI. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Disusun Oleh : NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

Peraturan Ambassador Cup Ketentuan Kontingen, Tim/Atlet dan Pendukungnya

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ATLET BOLA VOLI KLUB ANANTA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

2015 HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktifitas olahraga merupakan bentuk aktifitis fisik yang memiliki aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. kerjasama yang baik untuk membentuk suatu tim. Kecerdasan dalam mangatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. mulai anak-anak (pemula) hingga dewasa (profesional/atlet).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN GERAKAN BENCH PRESS DAN PUSH UP TERHADAP HASIL TEMBAKAN FREE THROW DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

2016 PENGARUH IMAGERY TRAINING TERHADAP HASIL PUKULAN PARKING DAN GATE-IN WOODBALL DI UKM WOODBALL UPI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fungsionalnya (Giriwijoyo & Sidik, 2012). Menurut Wibowo et

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Squash telah ada pada abad ke-19, di daerah Fleet Prison London. Seorang murid sekolah di daerah itu mengadopsi permainan tenis dengan melakukan gerakan memantul-mantulkan bola ke dinding. Awalnya gerakan tersebut merupakan warming up atau pemanasan sebelum bermain tenis di lapangan. Belakangan, gerakan tersebut dikembangkan di sebuah sekolah di Inggris yang bernama Horrow pada tahun 1820. Meski terlahir dan besar di Inggris, asosiasi Squash pertama di dirikan Amerika Serikat pada tahun 1907 dengan nama United State Squash Racquets Association. Squash baru berdiri sendiri di Inggris pada tahun 1928 dengan nama Squash Rackets Association. Di Indonesia olahraga squash dikenal pada tahun 1948. Tentara Inggris yang pertama kali membangun lapangan squash di Indonesia yang terletak di Embong Sawo Surabaya. Lalu pada tahun 1979, seorang putra asli Indonesia yang bernama Bambang Gatot Subroto menyaksikan pertandingan squash di sebuah hotel berbintang di Jakarta, ia ingin mengembangkan olahraga squash di Indonesia. Di Jawa Barat terdapat dua gor squash yaitu Gor Lodaya dan Gor BSC (Bandung Squash Club). Squash di Jawa Barat tergolong maju di bandingkan daerah-daerah lain karena pembibitan atlet-atlet junior di Jawa Barat sangat baik. Hal itu di karenakan Jawa Barat membuat eksperimen dengan mendirikan sekolah squash pertama di Indonesia. Squash juga merupakan salah satu cabang olahraga yang popular di masa kini serta di gemari oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat Indonesia terhadap olahraga squash. Permainan squash dapat di katakan sebagai olahraga permainan yang menarik dan dapat dimainkan oleh semua golongan umur, karena pada dasarnya permainan squash diciptakan dengan sebuah konsep permainan olahraga dengan menonjolkan unsur

2 kesenangan dan dimainkan secara individu. Mengenai permainan squash Cipta, S. A (2008, hlm. 1) menyatakan seperti yang tertera pada hal 2 : Squash merupakan salah satu olahraga yang mulai berkembang dan mulai popular di kalangan Jawa Barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya perkumpulan-perkumpulan squash di daerah yang telah mengenal olahraga squash. Seiring dengan perkembangan jaman, maka bertambah pula fungsi dan manfaat dari squash. Selain untuk olahraga hiburan dan olahraga prestasi, kini squash juga berkembang jadi olahraga yang memiliki cukup banyak sarana sehingga dapat dilaksanakan event-event dari olahraga squash contohnya kejuaraan-kejuaraan level regional, nasional maupun internasional sebagai sarana bisnis untuk pemasukan secara finansial bagi pengurus atau panitia pelaksana pada event tersebut. Dilihat dari karakteristik olahraga squash sebagai olahraga individu yang di dalam permainannya dimainkan oleh dua orang yang saling bersaing menciptakan poin sebanyak mungkin hingga nilai poin maksimal yaitu 11, Dalam permainan squash terdapat 5 set dalam satu pertandingan, penentuan pemenangnya adalah mengalahkan lawan dengan memenangkan selisih 3 set dalam suatu pertandingan. Peraturan yang mengatur jalannya pertandingan dipimpin oleh dua orang wasit yang masing-masing bertugas sebagai pencatat skor dan juri. Squash merupakan olahraga permainan yang menggunakan raket sebagai alat pemukul dan sebuah bola, olahraga ini menyerupai olahraga tenis namun berbeda cara permainannya. Mulya (2011, hlm. 1261) menyatakan bahwa Squash adalah sejenis olahraga raket yang berasal dari Inggris. Dua orang bermain dalam sebuah ruangan tertutup dengan saling berbalas memukul bola squash kesebuah sisi ruangan yang menghadap kedua pemain (rally). Hal ini terus berlangsung hingga salah seorang pemain gagal mengembalikan bola hasil pukulan dari lawan atau melakukan kesalahan (misalnya memukul bola setelah memantul dua kali atau lebih). Untuk menjadi pemain squash profesional, seorang pemain squash di tuntut untuk mempunyai tehnik, fisik, taktik, strategi, dan mental yang baik. Dewasa ini permainan squash, selain tehnik, taktik, dan mental, kondisi fisik juga memegang

3 peranan yang sangat penting dalam upaya terjun ke dunia profesional. Hal ini dikarenakan kondisi fisik di anggap sebagai salah satu faktor penting bagi atlet squash. Sepeti di ungkapkan oleh Harsono (1988, hlm. 153) dalam buku coaching Menyatakan bahwa : 1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung 2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan kecepatan 3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu bertanding 4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pertandingan 5. Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respon. Permainan squash yang dilakukan secara individu yang banyak kegiatan kecepatan secara pendek atau explosive gerakan secara cepat dan mengubah arah dalam permainan squash pemain harus memaksimalkan mungkin dalam satu pertandingan agar mendapat poin dan hasil yang maksimal dalam satu pertandingan. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan kemengan dalam satu pertandingan. Selain memiliki faktor kondisi fisik yang baik, vo2max pemain squash di tuntut untuk memiliki daya tahan stamina yang baik sehingga dalam menyelesikan satu pertandingan dapat memperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui bahwa dengan kondisi fisik yang prima yang dimiliki oleh pemain squash, kemampuan stamina pemain akan terjaga, dengan sendirinya dalam permainan sebenarnya. Kemampuan gerak tubuh yang continue akan sesuai dengan hasil yang maksimal dalam satu pertandingan. Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa kondisi fisik yang harus dimiliki oleh seorang pemain squash harus lengkap untuk menunjang kemampuan bermainnya. Memperhatikan karakteristik permainan squash yang harus menyelesaikan pertandingan dengan tiga kali kemenangan dalam satu setnya harus menyelesaikan sebelas poin dengan sistem rally point. Oleh karena pentingnya kondisi fisik dalam permainan squash, maka kondisi fisik harus menjadi perhatian yang khusus dalam porsi latihan dari tim

4 pelatih ataupun pembina squash. Salah satu tim squash yang di persiapkan dalam event resmi untuk kompetisi Porda Jabar 2014 yang mewakili Kabupaten Bekasi. Atlet dari tim ini merupakan hasil dari tim tallent scouting tim pelatih Porda Kabupaten Bekasi untuk mengahadapi Porda Jabar 2014. Kompetisi squash dalam pelaksanaannya menggunakan sistem setengah kompetisi bagi nomor perorangan baik putra maupun putri. Pada intinya atlet melakoni pertandingan yang ketat dengan jarak waktu pertandingan ke pertandingan selanjutnya yang pendek. Hal tersebut sangat memerlukan kondisi fisik atlet yang prima agar menunjang atlet dalam setiap penampilannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kemampuan kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi yang akan mengikuti PORDA Jabar 2014. 1) Psikologik Dalam psikologik menjelaskan latihan harus dapat meningkatkan kondisi psikologik atau kondisi mental dan kejiwaan atlet sehingga dapat menghadapi suatu tekanan yang banyak terjadi dilapangan. Prinsip-prinsip latihan yang berkaitan dengan kajian psikologik ini adalah : a) Prinsip Partisipasi Aktif (Conscientious) Prinsip ini mengatakan bahwa atlet merupakan subjek yang paling terpenting dalam menentukan tercapainya prestasi. Keterlibatan atlet secara aktif dalam proses penetapan tujuan dan sasaran pelatih sangat dibutuhkan. b) Prinsip Kesadaran (Awareness) Prinsip ini didasarkan pada tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh atlet, dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tersebut maka atlet harus memiliki kesadaran tentang kemampuan dirinya dan target yang harus dicapai dalam meningkatkan prestasinya. c) Prinsip Variasi (variety) Dalam pemberian program latihan untuk jangka panjang biasanya menimbulkan kejenuhan karena kurangnya bentuk variasi latihan, untuk itu sebaiknya pelatih lebih banyak menerapkan variasi latihan agar atlet tidak

5 mengalami kejenuhan tapi variasi latihan tersebut harus tetap sesuai kebutuhan dan tujuan latihan. d) Prinsip Istirah Mental Biasanya kebanyakan atlet mengalami kelelahan yang disebabkan oleh tekanan mental yang terjadi di lapangan dibandingkan kelelahan fisik, untuk itu seorang atlet harus istirahat setelah melakukan aktifitas untuk memulihkan mentalnya dari tekanan pada saat latihan dan pertandingan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Profil Kondisi Fisik Atlet Squash Kabupaten Bekasi pada PORDA 2014. B. Idetifikasi Masalah Penelitian Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya data analisis pendukung prestasi terutama faktor komponen kondisi fisik sebagai informasi mengenai kemampuan atlet/pemain. 2. Masih kurang diperhatikannya faktor-faktor kondisi fisik untuk kepentingan meningkatkan prestasi atlet/pemain. 3. Perlunya melakukan penelitian mengenai kemampuan kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi pada porda 2014 sebagai sarana perbaikan dan peningkatan prestasi atlet/pemain. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah Bagaimana profil kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi pada Porda 2014? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan juul dan masalah pemikiran penelitian yang penulis tetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kondisi atlet squash Kabupaten Bekasi pada Porda 2014 E. Manfaat/Signifikasi Penelitian

6 Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan penulis melalui penelitian adalah manfaat secara teoretis dan secara praktis, yang dipaparkan sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan secara teoretis mengenai profil kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi pada PORDA 2014. 2. Secara Praktis Untuk memberikan informasi kepada pelatih dan masyarakat bagaimana profil kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi pada PORDA 2014 sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. F. Batasan Operasional Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah, untuk menjaga ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan permasalahannya di ketahui secara jelas. Penelitian ini di batasi pada hal-hal berikut: 1. Ruang lingkup penelitian hanya di tekankan pada kemampuan kondisi fisik atlet squash Kabupaten Bekasi pada porda 2014 2. Populasi dari penelitian ini adalah pelatda squash Kabupaten Bekasi yang akan bertanding pada porda 2014 yang berjumlah 11 orang. 3. Sampel dalam penelitian ini adalah atlet squash putra dan putri Kabupaten Bekasi sebanyak 11 orang. 4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. 5. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan fisik pada cabang olahraga squash. G. Struktur Organisasi Skripsi Bab 1 pendahuluan yang berisikan : Latar belakang, Masalah penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Struktur organisasi skripsi.

7 Bab II Kajian teoretis yang berisikan : Pengertian permainan squash, alat permainan olahraga squash, pengertian kondisi fisik, kondisi fisik pada permainan squash. Bab III Metode penelitian yang berisikan : Metode penelitian, Desain penelitian, Populasi, Sampel, Instrumen penelitian, Tempat dan waktu penelitian, Prosedur pengolahan data dan analisis data. Bab IV Hasil pengolahan data dan analisis data yang berisikan : Hasil pengolahan data, Diskusi penemuan. Bab V Kesimpulan dan Saran yang berisikan : Kesimpulan, Saran.