INFO TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (34-42)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TEORITIS LAYER METHOD DAN EKSPERIMENTAL PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TULANGAN LONGITUDINAL DENGAN SELIMUT MORTAR

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Perkuatan Lentur Pelat Lantai Tampang Persegi dengan Penambahan Tulangan Tarik dan Komposit Mortar

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PENGUJIAN LENTUR BALOK TAMPANG PERSEGI SECARA EKSPERIMENTAL DI LABORATORIUM DENGAN PROGRAM RESPONSE 2000

LENDUTAN DAN POLA RETAK PELAT JEMBATAN BENTANG 5 METER DITINJAU DARI PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN DAN PENDEKATAN NUMERIK. Oleh: Hafiz Abdillah 4

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

PENGARUH PROSENTASE TULANGAN TARIK PADA KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN SERAT KALENG BEKAS AKIBAT BEBAN LENTUR

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK BETON BERTULANG BERSENGKANG TERTUTUP TEGAK DENGAN PENYAMBUNG KAIT DAN LAS

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

INFO TEKNIK Volume 14 No. 1 Juli 2013 (65-73)

PERILAKU LENTUR BALOK BETON DENGAN PERKUATAN BAMBU PETUNG DAN PEREKAT BERBAHAN DASAR SEMEN (160S)

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK


PERKUATAN LENTUR PELAT BENTANG 5 METER DENGAN PENAMBAHAN PLAT BAJA MENGGUNAKAN PEREKAT EPOXY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

Sistem Lantai Komposit dari Bahan Pracetak Support Beam, Curve Tile dan Beton Cor di Tempat

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

PENGUJIAN MORTAR MUTU TINGGI SEBAGAI BAHAN PERKUATAN BETON

Perilaku Lentur pada Keadaan Layan dan Batas Balok Beton Bertulang Berlubang Memanjang

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

Kapasitas Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polymer (Cfrp) Berlapis Banyak Terhadap Perkuatan Lentur Struktur Balok Beton Bertulang

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

III. METODE PENELITIAN

Received Date: 26 Mei 2017 Approved Date: 20 Juli 2017

MEKANISME KERUNTUHAN BALOK BETON YANG DIPASANG CARBON FIBER REINFORCED PLATE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KONFIGURASI SENGKANG PADA DAERAH TEKAN BALOK BETON SERAT BERTULANG

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGARUH TULANGAN CRT DAN TULANGAN BJTD PADA KOMPONEN LENTUR DENGAN MUTU BETON F C 24,52 MPA (182S)

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARBON FIBER WRAP

ANALISIS LENTUR DAN GESER BALOK PRACETAK DENGAN TULANGAN SENGKANG KHUSUS ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LEBAR CFRP PADA BAGIAN TARIK TERHADAP DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG PASKA PERBAIKAN

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU GESER BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

SEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, November 2017

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK PENAMPANG BALOK TERHADAP BEBAN MAKSIMUM DAN KEKAKUAN BALOK BETON BERTULANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

KAPASITAS LENTUR DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG YANG DIPASANG CARBON WRAPPING

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK TUMPUAN SEDERHANA DENGAN TULANGAN GESER YANG DILAS. R. Risang Haryo C.D., Mashuri Amin D. Purwanto *), Sukamta *)

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT ALAM TERHADAP KEKUATAN GESER BALOK BETON MUTU TINGGI

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

PERBAIKAN DAN PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARA PENAMBAHAN PROFIL BAJA KANAL

PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS GLASS FIBRE REINFORCED POLYMER (GFRP)

EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK

Perilaku Geser pada Keadaan Layan dan Batas Balok Beton Bertulang Berlubang Memanjang

DAKTILITAS KURVATUR PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG TERKEKANG CINCIN BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

PENGARUH PENEMPATAN PENYAMBUNGAN PADA PERILAKU RANGKAIAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK BAGIAN SISI LUAR

UJI EKSPERIMENTAL PROFIL BAJA HOLLOW YANG DIISI MORTAR FAS 0,4

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PELUBANGAN PADA BADAN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN LENTUR

PENGARUH LAMA WAKTU PENGECORAN PADA BALOK LAPIS KOMPOSIT BETON BERTULANG TERHADAP AKSI KOMPOSIT, KAPASITAS LENTUR DAN DEFLEKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EKSPERIMEN LENTUR KOLOM BATATON PRACETAK AKIBAT BEBAN AKSIAL EKSENTRIS

PENGARUH JUMLAH TULANGAN BAGI DAN ARAH SENGKANG PADA KEMAMPUAN GESER BALOK TINGGI

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Transkripsi:

INFO TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (34-42) PENAMBAHAN TULANGAN LONGITUDINAL DENGAN KOMPOSIT MORTAR SEBAGAI ALTERNATIF PERKUATAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG Nursiah Chairunnisa 1 Abstract - In order to maintain efficient serviceability structure cause change of function from structures likes overloading or lack of quality control at construction, structures must be strengthened so they can to fulfill the code of structures built to day and future. One of method to strengthenned of structures elements was beams elements. This research had to know about effectiveness strengthening methods of reinforced concrete beams using longitudinal compression and tension reinforcement with jacketing mortar as flexural strengthening and had to know about implementation for mortar that had high flowability. In this research specimen models consist of four specimens: one was control beam (BK), one was monolith beam (BM) and one was strengthened beam (BP). All beams were tested under 2-point loading midspan as flexural load and also instrumented for the measurement of mid-span deflection and crack pattern. The result show that monolith and strengthened beams have performed better in the ultimate load for BM specimen were 124,79%, BP specimen were 75,49% compared BK specimen. Ductility of beam at experiment for BM specimen decrease were 55,78% compared BK, ductility of BP specimen increased were 50,61% compared BK specimen because of debonding. Failure patterns of the control beam (BK) and monolithical beam (BM) were flexural while the strengthened beam (BP) had debonding. At this researched, methods of strengthened reinforced concrete beam with mortar jacketing had simply worked for implementation. Keywords: Reinforced concrete beam, strengthenning, mortar PENDAHULUAN Kegagalan dan kerusakan pada struktur bangunan dapat terjadi karena adanya perubahan fungsi bangunan seperti penambahan beban kerja dan atau kurangnya quality control saat konstruksi. Dalam kaitannya dengan mempertahankan struktur bangunan tersebut agar tetap dapat dipergunakan maka dapat dilakukan perkuatan (strengthening) dengan penambahan tulangan pada daerah tarik. Perkuatan dengan penambahan tulangan tarik saja pada kondisi tertentu dapat menyebabkan perubahan kearah kondisi overreinforced, sehingga perlu diberikan penambahan tulangan pada daerah tekan agar kondisi menjadi seimbang (balance). Perkuatan yang biasa dilakukan adalah perkuatan dengan penambahan Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP). Perkuatan dengan metode ini akan memakan biaya yang cukup mahal dan terkadang sulit untuk mendapatkan CFRP di pasaran. Perkuatan lainnya yang biasa digunakan adalah perkuatan konvensional yaitu dengan penambahan tulangan baja dan beton. Perkuatan dengan metode ini mengalami kendala dalam hal pengecorannya, terutama untuk pengecoran bagian bawah balok karena keterbatasan dimensi maupun kerapatan tulangan. Oleh karena faktor-faktor kesulitan diatas maka penelitian ini merupakan alternatif perkuatan yang dapat dilakukan yaitu dengan penambahan tulangan tarik dan tekan pada balok dengan komposit mortar. 1 Staf Pengajar Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, e-mail: nurhoufa@yahoo.com

Nursiah Chairunnisa, Penambahan Tulangan 35 Penggunaan mortar bertujuan untuk mempermudah pengecoran karena mortar mempunyai sifat flow (daya alir) tinggi sehingga memungkinkan untuk kondisi keterbatasan dimensi, tulangan yang rapat pengecoran akan mudah dilakukan. Metode perkuatan ini relatif mudah untuk diterapkan karena keberadaan bahan dan metode pelaksanaannya yang relatif sederhana. KAJIAN TEORITIS Analisis Kapasitas Batas Dalam Dipohusodo (1994) disebutkan bahwa jika penampang balok beton bertulang mengandung tulangan baja tarik berlebih dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan, maka penampang balok seperti ini disebut penampang dengan tulangan berlebih (kondisi overreinforced). Kelebihan tulangan baja tarik ini akan menyebabkan garis netral bergeser ke bawah (lihat Gambar 1). Hal ini menyebabkan beton lebih dulu mencapai regangan maksimum sebesar 0,003 sebelum baja tulangan tarik leleh. Jika penampang balok tersebut dibebani dengan momen lebih besar lagi yang berarti regangan yang terjadi akan semakin besar juga sehingga kemampuan regangan beton terlampaui, maka penampang balok seperti demikian akan mengalami keruntuhan dengan beton hancur mendadak / getas tanpa didahului dengan peringatan lebih dahulu. Keruntuhan tipe ini disebut keruntuhan getas (brittle). Untuk penampang balok beton bertulang dengan jumlah tulangan baja tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan dinamakan penampang bertulangan b d d h c c = 0,003 s a 0,85 f c kurang atau kondisi underreinforced. Tulangan baja tarik yang sedikit ini akan menyebabkan garis netral bergeser ke atas karena tulangan baja tarik akan mencapai regangan leleh lebih dahulu sebelum beton mengalami regangan sebesar 0,003. Sesaat setelah tulangan baja mengalami leleh, lendutan balok akan meningkat tajam yang dapat dijadikan sebagai tanda-tanda keruntuhan balok. Keruntuhan tipe ini disebut keruntuhan daktail. Gambar 1. Variasi letak garis netral saat runtuh (Dipohusodo,1994) Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dalam Dipohusodo (1994), kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme teganganregangan dalam yang timbul di dalam balok yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam. Perhitungan kekuatan lentur M n dapat ditentukan dengan penyederhanaan bentuk distribusi tegangan yang mendekati bentuk parabola dengan bentuk persegi panjang seperti pada Gambar 2. C c d - 0.5a A C s d d g.n d s Penampang melintang Regangan Kopel momen beton-baja s Gambar 2. Distribusi tegangan dan regangan ekuivalen pada balok bertulangan rangkap (Dipohusodo,1994) A 1 T 1 A 2 T 2 Kopel momen baja-baja

36 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 Daktilitas Paulay and Priestley (1992) menyebutkan bahwa daktilitas adalah kemampuan suatu struktur untuk mengalami lendutan yang cukup besar pada saat beban maksimal tercapai sebelum mengalami keruntuhan. Besarnya daktilitas maksimum diidentifikasi kan sebagai displacement ductility factor µ, yaitu : µ = u... (5) y dengan: µ = displacement ductility factor δ u = lendutan ultimit δ y = lendutan saat leleh Hubungan pendekatan beban dan lendutan pada balok bertulang sampai melewati beban maksimum untuk balok ( Park dan Paulay, 1990; Paulay dan Pristley, 1992) dapat dibuat seperti terlihat pada Gambar 3. Beban P u 0,8 P u 0,75P u Beban turun 20% Displacement ductility factor, µ = u y δ y δ u Lendutan Gambar 3. Hubungan pendekatan beban dan lendutan elemen beton bertulang (dari berbagai sumber) Keruntuhan Balok Menurut Nawy (1990) ada tiga jenis keruntuhan (atau kombinasinya) yaitu : 1. Keruntuhan lentur. 2. Keruntuhan tarik diagonal. 3. Keruntuhan tekan geser. Pada balok langsing cenderung terjadi ragam keruntuhan lentur yang ditandai dengan terjadinya retak terutama pada sepertiga tengah bentang. Apabila beban bertambah, retak di tengah bentang akan semakin bertambah dan retak awal yang sudah terjadi akan semakin lebar dan semakin panjang menuju sumbu netral penampang yang diikuti dengan semakin besarnya lendutan ditengah bentang. Jika balok dalam kondisi underreinforced, maka keruntuhan ini merupakan keruntuhan daktail yang ditandai dengan lelehnya tulangan tarik. Ragam keruntuhan lentur dapat dilihat pada Gambar 4 Gambar 4. keruntuhan lentur balok Keruntuhan tarik diagonal terjadi apabila kekuatan balok arah diagonal tarik lebih kecil dari kuat lenturnya seperti terlihat pada Gambar 5. Keruntuhan ditandai dengan retak mulai terjadi ditengah bentang, berarah vertikal berupa retak halus akibat lentur dan diikuti dengan rusaknya lekatan antara baja tulangan dengan beton disekitarnya pada perletakan. Gambar 5. keruntuhan tarik diagonal

Nursiah Chairunnisa, Penambahan Tulangan 37 Balok yang mengalami keruntuhan tekan geser dimulai dengan timbulnya retak lentur halus vertikal di tengah bentang dan tidak terus menjalar karena hilangnya lekatan antara tulangan longitudinal dengan beton di sekitarnya pada daerah perletakan, setelah itu diikuti retak miring yang lebih curam daripada retak diagonal tarik seperti ditunjukkan pada Gambar 6. sifat-sifat seperti workability, tahan terhadap rembesan air, melekat dengan baik, cepat kering, tahan lama dan tidak menimbulkan retak-retak setelah dipasang. Ada 3 (tiga) macam jenis mortar, yaitu mortar lumpur, mortar kapur dan mortar semen. Mortar mempunyai kuat tekan yang bervariasi sesuai dengan bahan penyusunnya dan perbandingan antara bahan-bahan penyusunnya. Umumnya kuat tekan mortar berkisar antara 3-17 MPa dengan berat jenis antara 1800-2200 kg/m 3. METODE Gambar 6. keruntuhan tekan geser Mortar Dalam Tjokrodimuljo (2004) mortar untuk pekerjaan bangunan harus memiliki Benda uji Balok Spesifikasi benda uji pada penelitian ini terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 7 sampai Gambar 9. Kod e Panjan g (mm) Leba r (mm ) Tabel 1. Spesifikasi benda uji Tul.Utama Tingg Perlakua i n Atas (mm) Bawah Tul. Perkuatan Atas Bawah BK 2500 150 250-2D6 3D13 - - BM 2500 190 330-2D6 3D13 1D13 2D13 BP 2500 190 330 Tanpa 2D6 3D13 perlakuan 1D13 2D13 Keterangan : BK : Balok kontrol BM : Balok kontrol yang diperkuat 1 tulangan tekan dan 2 tulangan tarik dicor monolit. BP : Balok kontrol yang diperkuat 1 tulangan tekan dan 2 tulangan tarik dicor terpisah tanpa perlakuan Gambar 7. Penampang memanjang dan melintang balok kontrol (BK) 2

38 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 Gambar 8. Penampang memanjang dan melintang balok monolit (BM) Gambar 9. Penampang memanjang dan melintang balok perkuatan (BP) Pengujian Benda Uji Lentur Benda uji ditempatkan pada loading frame dengan tumpuan sendi di ujung yang satu dan rol pada ujung yang lainnya. Pembebanan dilakukan dengan menggunakan beban dua titik di sepertiga bentang yaitu sebesar 750 mm. Pemberian beban dilakukan dengan memompakan hydraulic pump yang diteruskan ke hydraulic jack dan beban yang diberikan melalui hydraulic jack dapat dibaca oleh load cell dan terekam oleh data logger. Pemberian beban dilakukan bertahap dengan interval kenaikan sebesar 2 kn sampai balok mengalami retak awal, setelah itu dilakukan dengan interval kenaikan sebesar 1 kn sampai balok mengalami keruntuhan. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya peningkatan beban, tetapi lendutan yang terjadi meningkat tajam. Pada pemberian beban juga dapat terukur besarnya regangan baja dengan strain gauge yang dipasang yang juga akan terekam pada data logger. Lendutan vertikal diukur dengan menggunakan LVDT yang dipasang 3 buah. Set-up alat dan pembebanan dari benda uji balok dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Set- up pengujian balok beton Data yang akan diperoleh dari pengujian lentur meliputi : a) lendutan selama pembebanan berlangsung b) besarnya beban pada saat terjadi retak c) besarnya beban maksimum d) pola retak 2

Nursiah Chairunnisa, Penambahan Tulangan 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Pendahuluan 1. Kuat tekan silinder beton hasil eksperimen ini sebesar 28,51 MPa. 2. Kuat tekan mortar dengan komposisi campuran 1kg semen : 1,5 kg pasir : 400 cc air : 15 cc viscocrete ( Hendra, 2005; Wancik, 2008) yang diperoleh kuat tekan rata-rata sebesar 56,13 Mpa. 3. Kuat lekat tulangan dengan beton adalah sebesar 11,47 MPa. 4. Kuat lekat tulangan dengan adalah sebesar 11,20 MPa. Hasil Pengujian lentur Hasil pengujian lentur dari balok kontrol (BK), balok monolit (BM), balok perkuatan (BP) ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 11. No Benda Uji Kapasitas Beban (kn) Tabel 2. Hasil pengujian lentur balok uji Lendutan Lebar retak (mm) (mm) Persentase Peningkatan Beban (%) Type Keruntuhan Retak1 Maks Retak1 Maks Retak1 Maks 1 BK 20,7 106,9 2,73 39,91 0,06 1,2 0 lentur 2 BM 33,4 240,3 2,34 21,48 0,04 0,8 124,79 lentur 3 BP-1 31,9 187,6 0,90 52,09 0,04 0,2* 75,49 debonding Keterangan: *= pembacaan lebar retak saat debonding. Hubungan beban lendutan hasil pengujian berdasarkan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 12 sampai Gambar 14. 250 200 Gambar 11. Peningkatan beban balok benda uji (eksperimen) Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 11 terlihat bahwa peningkatan kapasitas lentur yang diperkuat lentur dengan penambahan tulangan tekan dan tulangan tarik akan meningkat signifikan dibandingkan dengan balok kontrol (BK). Balok monolit mengalami peningkatan ratarata sebesar 124,79%, balok perkuatan tanpa bonding agent (BP) mengalami peningkatan rata-rata sebesar 74,04%.Peningkatan balok benda uji balok perkuatan (BP) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan balok monolit (BM), hal ini terjadi karena benda uji ini mengalami debonding pada beban tertentu, sehingga untuk balok ini belum mencapai kapasitas beban maksimum yang mampu ditahan oleh balok. Beban (kn) Beban (kn) 150 100 50 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Lendutan (mm) Gambar 12. Hubungan beban lendutan balok kontrol (BK) 250 200 150 100 50 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Lendutan (mm) BK BM Gambar 13. Hubungan beban lendutan balok monolit (BM) 2

40 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 beban dan posisi ini digantikan oleh tulangan pokok baja sehingga balok uji akan cenderung mengalami peningkatan nilai daktilitas. Gambar 14. Hubungan beban lendutan balok perkuatan (BP) Daktilitas Balok Benda Uji ASTM C1018 dalam Foster dan Attard (1997) menyebutkan bahwa daktilitas adalah perbandingan besarnya nilai lendutan padda saat beban ultimit dibandingkan dengan lendutan leleh. Besarnya lendutan ultimit adalah lendutan saat beban mengalami penurunan sebesar 20% dari beban puncak seperti yang telah dijelaskan pada Gambar 3 pada bab terdahulu. Besarnya nilai daktilitas dari benda uji dapat dilihat pada Tabel 3 Benda uji Tabel 3. Nilai daktilitas benda uji δ y (mm) δ u (mm) Daktilitas (δ=δ u / δ y ) Persen tase * (%) BK 15,38 54,16 3,521 0 BM 16,84 26,22 1,557-55,78 BP-1 10,68 56,64 5,303 +50,61 Keterangan:*= Persentese peningkatan daktilitas dihitung terhadap balok kontrol Dari Tabel 3 terlihat bahwa besarnya nilai daktilitas untuk balok kontrol adalah sebesar 3,521, balok monolit (BM) sebesar 1,557, balok perkuatan (BP) sebesar 5,303.Dari perhitungan terlihat bahwa balok monolit mengalami persentase penurunan daktilitas sebesar 55,78% dari balok kontrol, sedangkan untuk balok perkuatan baik balok perkuatan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 50,61%.Adanya peningkatan besarnya nilai daktilitas untuk balok BP mengindikasikan bahwa balok perkuatan ini mengalami debonding, yaitu lepasnya perkuatan berupa lapisan mortar dan tulangan baja perkuatan dari balok uji. Hal ini akan mengakibatkan berhentinya kemampuan tulangan baja perkuatan untuk menahan Pola Retak dan Keruntuhan Balok Kontrol (BK) Pada hasil pengujian diperoleh bahwa retak pertama terjadi pada beban 20,7 kn dengan lendutan sebesar 2,73 mm untuk balok kontrol yang terjadi di daerah lentur pada tengah bentang yang semakin melebar dan berkembang ketika beban meningkat. Grafik hubungan beban dan lendutan mendekati linier hingga beban leleh tercapai dan balok terus melendut di bawah beban yang hampir konstan. Beban runtuh untuk balok kontrol tercapai sebesar 106,9 kn dengan lendutan sebesar 39,91 mm. Balok mengalami keruntuhan lentur. Pola keruntuhan balok kontrol (BK) berdasarkan hasil pengujian terlihat pada Gambar 15. Gambar 15. Pola Retak benda Uji balok kontrol (BK) hasil pengujian Balok Monolit (BM) Retak pertama balok monolit terjadi pada beban mencapai 33,4 kn pada bagian tengah bentang dan retak berkembang di daerah lentur dengan beberapa retak mengembang ke arah tumpuan ketika beban yang diberikan pada balok meningkat. Beban maksimum tercapai pada beban 240,3 kn dengan lendutan sebesar 21,48 mm. Pola keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan lentur-geser. Beban balok monolit mengalami kenaikan sebesar 124,79% terhadap balok kontrol. Pola keruntuhan balok monolit (BM) berdasarkan hasil pengujian terlihat pada Gambar 16. 2

Nursiah Chairunnisa, Penambahan Tulangan 41 (b) Debonding selimut perkuatan BP Gambar 16. Pola Retak benda Uji Balok Monolit (BM) hasil pengujian Gambar 17. Pola Retak dan tejadinya debonding benda uji BP Balok perkuatan (BP) Evaluasi Pengerjaan Balok Perkuatan Retak pertama terjadi pada beban sebesar 31,9 kn dengan lendutan sebesar 0,90 mm, dengan bertambahnya beban retak juga terus berkembang merata didaerah lentur dengan beberapa retak yang mengembang di daerah tumpuan. Beban maksimum dicapai sebesar 187,6 kn dengan lendutan sebesar 52,09 mm. Pada balok perkuatan (BP) ini terjadi lepasnya mortar perkuatan dari beton lama (debonding) dimulai kira-kira pada beban 148,2 kn yang ditandai dengan pembacaan regangan tidak menunjukkan kenaikan, tetapi mengalami penurunan dari 0,002214 menjadi 0,00145 pada pembacaan strain gauge yang dipasang pada balok perkuatan tarik. Balok BP ini tidak mencapai leleh karena pembacaan regangan maksimum adalah 0,002279, sedangkan leleh yang seharusnya terjadi pada balok adalah 0,002407. Beban runtuh yang dicapai oleh balok perkuatan sebesar 187,6 kn dengan lendutan sebesar 52,09 mm. Beban balok BP mengalami kenaikan rata-rata 75,49% terhadap balok kontrol. Pola keruntuhan balok BP berdasarkan hasil pengujian pada Gambar 17. Dari hasil eksperimen di Laboratorium metode perkuatan dengan penambahan tulangan tarik dan tulangan tekan dengan selimut mortar relatif mudah dikerjakan, hal ini dikarenakan campuran mortar yang dipergunakan memiliki sifat yang sangat mudah mengalir (flow) yang tinggi sehingga dalam hal pengecoran bagian bawah akan sangat mudah. Pengecoran bagian bawah cukup dari salah satu sisi bekisting perkuatan di mana mortar akan mengalir sendiri ke dalam bagian sisi bawah perkuatan dan dibiarkan sampai mortar meluap ke sisi sebelahnya. Untuk pengecoran bagian atas perkuatan sangat mudah karena campuran mortar hanya disebarkan ke atas bekisting perkuatan dan campuran mortar akan mengalir sendiri sampai memenuhi bekisting perkuatan. Dalam pengerjaannya, mortar juga tidak perlu dipadatkan dengan vibrator karena mortar dengan mudah dapat memadat sendiri. Oleh karena sifat flow (daya alir) yang tinggi ini, mortar dapat mudah masuk di antara sela-sela tulangan perkuatan dan ke dalam selimut perkuatan yang memiliki ketebalan ± 20 mm, sehingga memungkinkan untuk perkuatan yang sangat rapat dalam segi jumlah tulangannya dan segi selimut perkuatan dengan ketebalan relatif tipis. Dalam perawatannya, sama halnya dengan beton perawatan dilakukan dengan ditutup dengan karung goni basah ± 2 (dua) minggu. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa perkuatan dengan selubung mortar relatif mudah dalam segi pengerjaan. (a) Pola retak benda uji BP

42 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 KESIMPULAN Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan lentur hasil pengujian di Laboratorium untuk BK, BM, BP secara berturut-turut sebesar 106,9 kn, 240,3 kn dan187,6 kn kn. Kenaikan kapasitas lentur balok BM, BP terhadap BK adalah 124,79% dan 75,49%. 2. Daktilitas benda uji hasil pengujian di Laboratorium untuk BK, BM dan BP adalah 3,521, 1,557, 5,303. Persentase penurunan daktilitas BM terhadap BK sebesar 55,78%, sedangkan untuk BP daktilitas benda uji mengalami peningkatan secara sebesar 50,61% terhadap BK. 3. Retak awal debonding antara beton lama dengan mortar perkuatan untuk benda uji BP terjadi pada beban 34,8 kn. Kegagalan benda uji sebelum diperkuat adalah kegagalan lentur dan setelah diperkuat adalah kegagalan debonding. 4. Penggunaan mortar dengan komposisi campuran sebagai selimut perkuatan pada penelitian ini memiliki kemudahan dalam segi pelaksanaan pengecoran DAFTAR PUSTAKA ASTM, 2003, Concrete and Aggregates, Annual Book of ASTM, Vo1.04.02, Philadelphia Badan Standarisasi Nasional, 2002, Baja Tulangan Beton. (SNI 07-2052-2002) Badan Standarisasi Nasional, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung. (SNI 03-2847-2002) Dipohusodo, L, 1994, Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hendra., 2005, Pengaruh Penggunaan Serutan Besi dengan Metode Preplaced Concrete pada Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Kuat Lentur, Tesis Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta Iswari,A., 2004, Perkuatan Lentur Balok Tampang Persegi dengan Penambahan Tulangan Menggunakan Perekat Epoxy, Tesis Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta Jumaat, M, dan Alam, T., 2006, Flexural Stenghtening of Reinforced Concrete Beams Using Ferrocement Laminate with Skeletal Bars, Journal of Applied Sciences Research, 2(9): 559-566, 2006 Nawy, E.G., 1990, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Mendasar (diterjemahkan oleh Bambang Suryoatmono), Eresco, Bandung Park, R., dan Paulay, T., 1974, Reinforced Concrete Structure, Wiley Interscience Publication, New York Park, R., dan Paulay, T., 1990, Bridge Design and Research Seminar, Vol.1 Strength and Ductility of Concrete Substructures of Bridges, New Zealand Paulay,T., dan Pristley, M.I.N., 1992, Seismic Design of Reinforced Concrete and Masonry Buildings, John Willy n Sons Inc, Canada Tjokrodimuljo, K., 2004, Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Jogjakarta Wancik, A., 2008, Batako Styrofoam Komposit Mortar Semen, Tesis Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta