BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat pesat, praktis dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Dengan pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri berdasarkan kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan di Indonesia dikembangkan berdasarkan pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No.20 Th.2003), yang mempunyai tujuan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN No.20 Th 2003 Bab II Pasal 3). Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa. Sekolah juga merupakan Nurhayati Sholekha, 2012 Profil Pelaku Etis Siswa Dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 wahana pendidikan formal yang berperan dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia sejak dini, karena sekolah merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Generasi muda pada suatu negara pada dasarnya merupakan salah satu unsur pokok untuk keberlangsungan suatu negara. Kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas generasi muda pada negara tersebut. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) secara psikologis telah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, di mana hal ini berkaitan erat dengan perkembangan sense of identity vs role confusion, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya lawan kebingungan akan peran dirinya. Berdasarkan usia, siswa SMA termasuk remaja yang berkisar antara usia 13-18 tahun. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yanga dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Salzman dan Pikunas (Yusuf, 2006:71) mengatakan masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen, (2) minat seksualitas dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. Menurut Piaget (Hurlock, 1980:206), masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Berbagai tugas perkembanganpun harus dipelajari dan dilalui remaja sebagai bentuk proses pencapaian kesuksesan dalam perkembangan kehidupan selanjutnya. Pikunas

3 mengemukakan pendapat William Kay bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belum sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. (Yusuf, 2006:72) Remaja juga memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan selama rentang masa remaja. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurts (Hurlock, 1980:10) adalah: (1) mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, (2) mencapai peran sosial pria dan wanita, (3) menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, (4) mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab, (5) mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainya, (6) mempersiapkan karier ekonomi, (7) memepersiapkan perkawinan dan berkeluarga. Sunaryo Kartadinata et al. dalam petunjuk teknis Inventori Tugas Perkembangan (ITP)-SMA (Kartadinata, 2003:105) mengadaptasi tugas perkembangan model Loevinger dan menyusunnya menjadi ITP yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Dalam ITP terdapat sebelas aspek tugas perkembangan yang harus dimiliki serta diselesaikan oleh siswa SMA, yaitu : (1) Landasan Hidup Religius, (2) Landasan Perilaku Etis, (3) Kematangan Emosi, (4) Kematangan Intelektual, (5) Kesadaran Tanggung Jawab, (6) Kesadaran Gender, (7) Pengembangan Pribadi, (8) Perilaku Kewirausahaan (Kemandirian Perilaku Ekonomis), (9) Wawasan dan Kesiapan Karier, (10) Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya, (11) Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga.

4 Aspek Landasan perilaku etis meliputi empat sub aspek yaitu kejujuran, hormat kepada orang tua, sikap sopan santun, ketertiban dan kepatuhan. Individu pada usia remaja memerlukan pedoman tingkah laku agar pergaulan sesama remaja dapat berjalan dengan baik sesuai dengan norma masyarakatnya atau sesuai dengan norma agama yang dianutnya, sehingga mereka terhindar dari pergaulan yang menyimpang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Tokan (1997: 74) remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis, dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilaku baik dan benar sesuai dengan etika yang berlaku. Jika remaja telah terbina dengan tata kehidupan yang baik, bertatakrama yang benar serta sopan santun yang kita sebut etika maka dengan sendirinya remaja akan berperilaku dan bertatanan hidup yang benar dan baik serta sopan dan tidak mudah melakukan hal yang tidak diinginkan atau kenakalan remaja. Depdiknas (2008: 253) memuat salah satu standar kompetensi kemandirian peserta didik, khususnya siswa SMA dalam aspek perkembangan landasan perilaku etis adalah (1) mengenal keragaman sumber norma yang berlaku dimasyarakat, (2) menghargai keragaman sumber norma sebagai rujukan pengambilan keputusan, (3) berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek etis. Tugas perkembangan yang tidak terselesaikan di masa sebelum remaja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkahlaku atau

5 permasalahan pada diri remaja. Permasalahan yang paling menonjol pada remaja adalah ketidak stabilan emosi akibat dari munculnya ketegangan atau kecemasan dalam penyesuaian diri remaja yang baru (Darajat, 1978: 149). Penyesuaian ini biasanya diawali oleh kegoncangan emosi. Dalam proses penyesuaian ini, ada kemungkinana remaja akan gagal atau sukses. Menurut Erikson (Yusuf, 2005:71) kegagalan remaja dalam penyesuaian diri dan mengembangkan rasa identitasnya, akan menyebabkan remaja kehilangan arah, dan dampaknya adalah dalam perkembangan nya terdapat penyimpangan perilaku, seperti perilaku maladjustment, kriminalitas bahkan kenakalan remaja. Bentuk perilaku remaja yang menyimpang dari norma masyarakat, diantaranya yaitu seks bebas, tawuran antar pelajar, penggunaan dan pengedaran obat-obatan terlarang, pelanggaran terhadap tata tertib, berbohong dan penganiayaan. Kondisi remaja di Indonesia berdasarkan penelitian BKKBN tahun 2009 dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Pernikahan usia remaja, Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan, (2) Aborsi 2,4 jt kasus dan 700-800 ribu pelakunya adalah remaja, (3) MMR 343/100.000 (17.000 per-tahun, 1417 perbulan, 47 per-hari perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan, (4) HIV atau AIDS yaitu 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es),yaitu 70 persen remaja, (5) Miras dan Narkoba. Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan: (1) Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5 persen dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69 persen kelompok teratur pakai dan 31 persen kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79 persen, perempuan 21 persen. (2) Kelompok teratur

6 pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71 persen, shabu 50 persen, ekstasi 42 persen dan obat penenang 22 persen. (3) Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75 persen, heroin / putaw 62 persen, shabu 57 persen, ekstasi 34 persen dan obat penenang 25 persen. (4) Penyalah gunaan narkoba dengan suntikan sebesar 56 persen (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. (5) Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun. (6) Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun. (BKKBN, 2009). Hasil penyebaran ITP di SMA Pasundan 2 Bandung pada tujuh kelas X pada Tahun Ajaran 2010-2011 didapatkan bahwa perilaku etis termasuk pada delapan butir terendah pada enam kelas dari tujuh kelas yang ada. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Pasundan 2 didapati siswa yang terlibat kasus perkelahian, mencontek, berbicara kasar atau mencaci sesama teman. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila para siswa memahami dan berperilaku sesuai dengan etika yang berlaku di lingkungan mereka. Apalagi SMA Pasundan 2 Bandung merupakan sekolah yang memiliki visi mengembangkan pendidikan berkualitas unggul dalam bidang keilmuan, moralitas, mentalitas, berdasarkan keislaman dan budaya sunda yang mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, serta internasional, yang mana menjujung tinggi moralitas, keislaman dan budaya sunda yang dalam ketiga elemen tersebut memiliki etika dan norma yang saling mendukung dan harus ditaati dan dijadikan landasan. Guru BK sebagai pendidik psikologis harus memperhatikan kebutuhan siswa yang dapat terlaksana melalui program BK. Sejalan dengan penelitian yang

7 dilakukan oleh Winda (Hasilah Rachman, 2010:7) bahwa efektivitas program bimbingan dan konseling pribadi-sosial telah berjalan efektif, hal ini terlihat dari hasil pretest dan posttest yaitu mencapai 67,5% dan perubahan yang signifikan setelah diberikan perlakuan. Oleh karena itu, perlu dibuat program khusus untuk mengembangkan perilaku etis siswa di sekolah guna membantu proses bimbingan yang dilakukan oleh guru BK, dan untuk membuat program yang siginfikan dan berdaya guna tinggi perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku etis sebelum dibuat program. Perilaku etis merupakan dasar dan arah kesiapan seseorang mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsangan dari luar. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tentang Profil Perilaku Etis Siswa SMA dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. B. Rumusan Masalah Perilaku etis siswa SMA adalah gambaran kemampuan siswa dalam menerapkan etika yang berlaku dimasyarakat. Etika adalah cabang filsafat yang membahas mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang

8 perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Dalam penelitian ini perilaku etis yang dimaksud adalah perilaku etis siswa disekolah Rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi perilaku etis siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah terdapat perbedaan perilaku etis antara siswa perempuan dan siswa laki-laki? 3. Bagaimana layanan program Bimbingan dan Konseling yang efektif untuk mengembangkan perilaku etis siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mendapatkan rumusan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku etis siswa siswa SMA Pasundan 2 Bandung. Adapun secara khusus penelitian ini ditujukan untuk: a. Memperoleh gambaran mengenai profil perilaku etis siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Tahun Ajaran 2011/2012.

9 b. Mengetahui perbedaan perilaku etis antara siswa perempuan dan siswa laki-laki. c. Mengembangkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Tahun Ajaran 2010/2011 untuk membantu siswa mengembangkan perilaku etis yang dimilikinya. 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu bimbingan dan konseling, hasil penelitian dapat memperkaya temuan tentang bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan perilaku etis siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi konselor atau Guru BK, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku etis siswa sebagai langkah awal dalam memberikan bantuan. b. Konselor atau Guru BK, diharapkan dapat menjadi contoh teladan mengenai perilaku etis bagi siswa c. Bagi SMA Pasundan 2 Bandung, diharapkan dapat memberi masukan, menguatkan dan memperkaya konsep perilaku etis siswa dalam konteks bimbingan serta menguatkan konsep pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah.

10 d. Bagi jurusan PPB, dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang pengembangan program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan perilaku etis siswa. D. Asumsi Penelitian mengenai profil perilaku etis siswa ini dilandasi oleh asumsiasumsi sebagai berikut. 1. Pada masa remaja muncul dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang-orang. Dalam hal ini remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis yang ditandai oleh adanya rasa puas dan penerimaan serta penilaian positif dari orang lain mengenai perbuatanya (Yusuf,2006:199) 2. Perkembangna kognitif remaja seyogyanya telah mencapai taraf operasional formal, dimana remaja telah mampu berfikir secara hipotetik dan abstrak, serta mampu menyelesaikan tugas perkembangan untuk membentuk sistem nilai-nilai moral dan falsafah hidup (Gunarsa & Gunarsa, 1989 dalam Diandra, 2003:3) 3. Perkembangan moral sebagai suatu hasil dari interaksi antara pelaksana aturan, pengikut atau pembuat aturan secara individual dengan kerangka jalinan aturan yang bersangkutan, yang mewujudkan esensi moralitas itu dan perspektif ini berfokus pada sikap, perasaan, serta kognisi dari individu itu terhadap perangkat aturan yang bersangkutan (Piaget dalam Kurtines 1984:513)

11 4. Bimbingan dan konseling di sekolah berada pada posisi yang sangat strategis untuk mengembangkan dan mengarahkan perilaku siswa agar sesuai dengan tuntutan lingkungan perkembangannya dan terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan diri di masa depan. Program bimbingan sebagai bagian dari rancangan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. E. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Maksimalisasi objektivitas dilakukan dengan menggunakan angka-angka dan pengolahan statistik (Sukmadinata, 2006: 53). Dalam hal ini digunakan untuk mengungkap profil perilaku etis siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012 Metode yang digunakan adalah metode deskriptif karena tujuan penelitian ini adalah memperoleh jawaban tentang masalah yang sedang terjadi di masa sekarang dan diuraikan secara gamblang sehingga dibuat program untuk memberikan perlakuan yang tepat (Arikunto, 2002: 67).

12 F. Populasi, Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data 1. Populasi Menurut Riduwan (2008:54) populasi dalam penelitian di bagi menjadi dua jenis, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga). Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasannya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Penelitian ini menggunakan data populasi terbatas yaitu siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012, karena secara empiris siswa Sekolah Menengah secara psikologis telah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, di mana hal ini berkaitan erat dengan perkembangan sense of identity vs role confusion, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya vs kebinggungan akan peran dirinya. Berdasarkan usia, siswa SMA termasuk remaja yang berkisar antara usia 13-18 tahun. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yanga dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Salzman dan Pikunas (Yusuf, 2006:71) mengatakan masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen, (2) minat seksualitas dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. 2. Sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1993:104). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi

13 dengan menggunakan sistem pemilihan acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi (Sugiyono, 2010: 120). 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen berupa angket yang disusun dan dikembangkan berdasarkan aspek-aspek mengenai perilaku etis remaja. Proses analisis data dilakukan setelah seluruh pengumpulan data selesai. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitaif mengenai prilaku etis di kalangan remaja yang diisi langsung oleh sampel penelitian. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS for windows versi 16. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis menjabarkan mengenai latar belakang, fokus penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian, definisi oprasional, asumsi dari penelitian tersebut. BAB II Perilaku etis siswa dan bimbingan konseling, berisi mengeni tinjauan teori yang menjabarkan mengenai pengertian perilaku etis, aspek aspek perilaku etis, faktor-faktor perilaku etis, pengertian layanan bimbingan dan konseling, aspek-aspek layanan bimbingan dan konseling. BAB III Metode penelitian, menjabarkan mengenai metode penelitian, sumber informasi, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, tahap tahap penelitian, dan analisis data.

14 BAB IV Penyajian hasil penelitian dan pembahasan, menjabarkan mengenai profil tentang perilaku etis siswa kelas XI SMA Pasundan 2, Tahun Ajaran 2011/2012 dan layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan perilaku etis siswa. BAB V Kesimpulan dan rekomendasi berisi kesimpulan mengenai penelitian yang telah dlaksanakan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Daftar pustakan dan lampiran lampiran