BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu untuk

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: WIDARTI A

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan adalah kata yang senantiasa diinginkan oleh semua orang.

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan di berbagai bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. proses pembangunan nasional. Senada dengan isi undang-undang RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Dalam proses pendidikan di sekolah, peserta didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan intelektualitas dan moralitasnya. Pengembangan perilaku etis di sekolah adalah sebagai salah satu upaya dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Sebagaimana tertera pada tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3) sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab Fungsi dan tujuan pendidikan diatas menunjukan bahwa semua penyelenggaraan proses pendidikan baik formal, nonformal maupun informal senantiasa mengorientasikan segala program pendidikannya menuju kepada pembentukan karakter pribadi peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan moral yang seimbang seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan diatas. Individu yang memiliki intelektualitas yang tinggi tanpa disertai kualitas perilaku yang baik rentan melakukan tindakan-tindakan kejahatan yang merusak kemuliaan dirinya. Pendidikan yang melaksanakan bidang administrasi dan pengajaran saja dengan mengabaikan bidang bimbingan akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan dan kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya

2 yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler dan bidang pembinaan peserta didik. Pentingnya bidang bimbingan dan konseling dalam pendidikan terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesimbungan agar individu mampu memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, dan memiliki perilaku yangberetika baik sehingga individu dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk kedalam kategori remaja, berdasarkan rentang usia Hurlock (1980: 206) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu masa remaja awal berlangsung pada usia 13-14/17 tahun dan masa remaja akhir berlangsung pada usia 16/17-18 tahun, masa remaja berada pada periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa yang dalam hal ini terjadi perubahan yang cepat dalam aspek fisik dan psikologis (Hurlock : 1980). Semua perubahan tersebut menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. Erikson (Makmun, 2007 : 84)menyebutkan masa remaja sebagai masa identity vs identity confusion yaitu suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan pernyataan tentang identitas dirinya yang mengimplikasikan bahwa remaja harus menemukan apa yang mereka yakini, sikap dan nilai-nilai idealnya yang dapat memberikan suatu peran dalam kehidupan sosialnya.pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa (Hurlock : 1980:207). Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, berperilaku dan berpenampilan seperti dewasa dan menginginkan perlakuan yang sama seperti orang dewasa terutama dalam mengatasi masalah, mereka menolak bantuan orangtua. Status remaja yang tidak jelas ini juga memberi waktu kepada mereka untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang sesuai bagi dirinya. Menurut Yusuf S (2006:72) kematangan remaja belum sempurna jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Dalam hal ini penting bagi remaja untuk memperoleh sistem nilai atau etika untuk membimbing

3 perilakunya agar mereka terhindar dari pergaulan menyimpang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Salzman dan Pikunas (Yusuf S, 2006:71) menyebutkan bahwa masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orangtua kearah independen, (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, dan nilai-nilai etika. Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh manusia dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Menurut Hurlock (Yusuf Set al : 2010) salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilalui yaitu memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Senada dengan hal tersebut William Kay (Yusuf S, 2008:72) menegaskan bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Abdullah(2006:99) merumuskan bentuk-bentuk etika baik berdasarkan ajaran islam diantaranya adalah memelihara kepercayaan, bersikap adil, menjaga diri dari segala keburukan, bersikap sabar, bersifat kasih sayang dan hemat. Selain itu, perilaku etis merupakan salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, khususnya peserta didik SMA dalam aspek landasan perilaku etis yang memuat sub aspek (1) mengenal keragaman sumber norma yang berlaku di masyarakat, (2) menghargai keragaman sumber norma sebagai rujukan pengambilan keputusan, (3) berprilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek etis (ABKIN, 2008 : 253). Etika mengatur kehidupan manusia secara batiniah atau menuntun motivasimotivasi manusia kearah yang baik atau buruk. Tokan (Solekha : 2012) menungkapkan remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis, dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilaku baik dan benar sesuai dengan etika yang berlaku. Melalui etika manusia hidup dengan cara yang baik dan pantas setiap saat (Williams, 1985:1).Yusuf S

4 dkk (2012 : 6) mengungkapkan individu yang mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada di masyarakat dapat mewujudkan kehidupan personal dan sosial yang harmonis, nyaman serta sejahtera lahir batin. Senada dengan pendapat Abdullah (2006) yaitu berperilaku baik sesuai dengan etika di masyarakat selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. yang tidak berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat akan berdampak buruk bagi perkembangan sehat peserta didik, yaitu akan mudah terbius dengan kesenangan hidup materialistik dan hedonistik sehingga bermunculan perilaku-perilaku buruk seperti meminum-minuman keras, kecanduan obat-obat terlarang, kriminalitas, pembunuhan, pacaran bebas serta tawuran (Yusuf S. dkk, 2010:3). Bentuk perilaku remaja yang menyimpang dari norma masyarakat kerap menjadi tren berita di berbagai media masa dan elektronik diantaranya adalah perilaku menyontek, perkelahian, tawuran, konsumsi minuman keras, pencurian penyalahgunaan obat-obatan dan sex bebas. Kondisi remaja Indonesia berdasarkan penelitian Komisi Perlindungan Anak (2011) tersedia www.komnaspa.or.id terhadap 4.500 remaja pada 12 kota besar seluruh Indonesia pada tahuun 2011 menyebutkan 93,7% peserta didik SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2% remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. Dari tahun 1995-2010 data perokok anak usia 10-14 meningkat 6 kali lipat, pada tahun 1995 sejumlah 71.100 orang menjadi 426.200. Sepanjang tahun 2011, Komnas Perlindungan Anak mencatat 339 kasus tawuran.1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Hampir 52% dari angka tersebut adalah kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan. Hasil penelitian Nur Azizah (2005) terhadap peserta didik SMP dan Mts Se- Kabupaten Bantul menunjukkan perilaku moral peserta didik berlatar belakang pendidikan umum lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik berlatar belakang pendidikan umum. Sementara itu di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut dari hasil penyebaran ITP (Instrumen Tugas Perkembangan) didapatkan

5 perilaku etis termasuk pada delapan butir terendah pada empat kelas dari enam kelas yang ada. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut didapati peserta didik yang terlibat perkelahian, mencontek, saling mengejek antar teman. Hal ini tidak akan terjadi apabila peserta didik memiliki dan menghayati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, tradisi dan budaya sebagai pedoman tingkah lakunya. selain itu SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut memiliki visi yang sangat luhur yaitu Terwujudnya Madrasah yang Unggul dan Populis berdasarkan Iman dan Taqwa Iman dan Taqwa yang dijadikan landasan bagi seluruh aktifitas pendidikan di SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut akan tercermin pada perilaku-perilaku beretika. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan di sekolah merupakan bagian yang penting dalam membantu peserta didik memiliki dasar dan arah kesiapan dalam berperilaku sehingga terhindar dari penyesuaian diri yang menyimpang. Melihat fenomena serta visi dan misi SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut, maka perlu diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling yang dinilai cocok untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik adalah layanan pribadi sosial. Menurut Nurihsan (2006 : 15-16) bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun yang tergolong kedalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal, serta penyelesaian konflik. Berasal dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka fenomena perilaku yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat penting dan perlu untuk di kaji secara ilmiah dengan melakukan penelitian tentang Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Etis.

6 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Perilaku etis peserta didik SMA adalah gambaran kemampuan peserta didik dalam menerapkan etika yang berlaku di masyarakat. Ya qub (1983:13) merumuskan pengertian etika menurut filsafat yaitu ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikirannya, etika adalah sebagai arahan atau pedoman dalam mengatur tingkah laku manusia sebagaimana Bertens (2012:7) mengemukakan bahwa pentingnya etika yaitu sebagai nilai-nilai dan normanorma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.dengan berperilaku mengacu kepada norma agama dan budaya masyarakat, perilaku peserta didik akan terarah dan terkontrol kearah yang lebih baik. Batasan masalah penelitian ini yaitu pembahasan konsep mengenai perilaku etis peserta didik di sekolah khususnya peserta didik SMA. yang berprilaku etis adalah peserta didik yang berperilaku sesuai dengan norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku, dalam penelitian ini bentuk-bentuk etika baik yang dikembangkan adalah etika yang sesuai dengan ajaran islam atau norma-norma yang bersumber dari ajaran islam. Rumusan masalah penelitian dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut: a. Seperti apa gambaran umumperilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2013/2014? b. Seperti apa rumusan layanan program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang secara hipotetik efektif untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2013/2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

7 Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memeperoleh rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: a. Gambaran umum perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al- Musaddadiyah Garut Tahun ajaran 2012/2013. b. Rumusan program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut tahun ajaran 2012/2013 untuk membantu mengembangkan perilaku etis peserta didik. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan konsep-konsep keilmuan dan pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan perilaku etis di SMA, sehingga dapat dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. b. Manfaat praktis 1) Bagi guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang perilaku etis peserta didik sebagai langkah awal dalam memberikan bantuan, dapat menjadi teladan mengenai penerapan layanan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik. 2) Bagi SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, diharapkan dapat memperkaya konsep perilaku etis peserta didik, memberi masukan terhadap pengembangan program BK secara keseluruhan. 3) Bagi jurusan PPB, dapat menjadi tambahan referensi konseptual mengenai pengembangan layanan program pribadi sosial dalam mengembangkan perilaku etis peserta didik SMA. D. Sistematika Penulisan

8 Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.bab II Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi social untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik, berisi mengenai konsep perilaku etis, aspek-aspek perilaku etis, faktor-faktor perilaku etis, pengertian layanan bimbingan dan koseling, program bimbingan dan konseling. BAB IIIMetode penelitian, menjabarkan mengenai metode penelitian, sumber informasi, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, tahap-tahap penelitian dan analisis data. BAB IV Penyajian hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai gambaran perilaku etis peserta didik kelas XI SMA Ciledug Al-Musaddadiyah Garut, Tahun Ajaran 2013/2014 dan layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan perilaku etis peserta didik.bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi kesimpulan mengenai penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi untuk peneli selanjutnya. Daftar pustaka dan lampiran-lampiran.