repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. kawan-kawan menjelaskan bahwa perubahan dibedakan menjadi empat lapis

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak manusia lahir ke dunia, telah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dan ditetapkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik individu maupun kelompok. Didalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Soegarda Poerbakawatja (1982:257) menyebutkan bahwa pengertian pendidikan dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usulan dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Pendidikan sama halnya dengan pengajaran, walaupun demikian di dalam proses pendidikan akan tercakup pula pengajaran sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan. Pengertian pendidikan secara sempit adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan bersifat terbatas, baik segi waktu pelaksanaan, materi, atau isi pembelajaran, 1

ruang lingkup kegiatan maupun tujuan yang ingin dicapai. Pendidikan hanyalah usaha sekolah dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran pada suatu kurun waktu yang ditentukan dan disesuaikan menurut program kurikulum. Pendidikan terbagi menjadi 3 jalur diantaranya pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara struktur dan berjenjang, sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan formal di Indonesia sendiri terdiri atas jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Dalam hal ini Pemerintah menetapkan kurikulum untuk diterapkan dalam metode pembelajaran di semua jenjang pendidikan sebagai acuan dan kurikulum tersebut selalu diperbaharui agar kualitas pendidikan yang dihasilkan meningkat. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan adanya kurikulum dapat memudahkan guru untuk menyampaikan mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswanya. 2

Kurikulum yang digunakan dari generasi ke generasi sudah mengalami banyak perbaikan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Seperti halnya pada tanggal 15 Juli 2013, Menteri Pendidikan menginstruksikan bahwa sekolah-sekolah dasar di Indonesia serempak harus menggunakan kurikulum 2013 untuk menjadi kurikulum baru yang akan digunakan pada pembelajaran dikelas untuk menggantikan kurikulum KTSP 2006. Sehingga tahun ajaran baru 2014-2015 ini siswa sudah beralih menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah suatu kurikulum yang dirancang agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Di sistem kurikulum 2013 ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok. Satu kelas hanya diisi dengan 20 orang siswa dengan dibimbing oleh 2 orang guru. Aspek aspek yang ingin dicapai di kurikulum 2013 ini adalah pengetahuan (mengetahui, memahami, menerapkan, mengenalisa, mengevaluasi, mencipta), keterampilan (mengamati, bertanya, mencoba, menalar, menyaji, mencipta), dan sikap (menerima, menjalankan, menghayati, mengamalkan). Kurikulum 2013 ini memiliki tujuan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan diajak untuk lebih mandiri. Di kurikulum 2013 ini Pemerintah menyediakan buku materi penunjuang pembelajaran yang diseragamkan di seluruh Indonesia berupa buku tematik. Kurikulum 2013 di tingkat SD menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio yang saling melengkapi. Untuk kurikulum baru, anak-anak SD tidak lagi mempelajari masingmasing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar 3

berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada. Tuntutan belajar saat ini dirasakan semakin ketat seperti sistem penilaiannya yang sangat mendetail yaitu dari sikap terhadap mata pelajaran, pengetahuan dan religius. Dari sikap terhadap mata pelajaran dilihat dari keaktifan siswa pada saat proses belajar mengajar dikelas. Dari sikap terhadap proses belajar tersebut guru dapat melihat apakah siswa mampu memahami materi dan terlihat pula minat serta potensi siswa dalam mempelajari materi tertentu. Penilaian mengenai pengetahuan dilihat dari hasil ulangan harian dan juga dilihat dari nilai ujian semester siswa. Kemudian nilai religius dilihat dari sikap siswa yang berkaitan dengan ibadah yang dilakukan disekolah. Diharapkan siswa dapat belajar dengan aktif, mau mencari tahu hal apa saja yang belum diketahui selam proses belajar mengajar di dalam kelas, banyak mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami di dalam kelas, banyak melakukan diskusi baik dengan guru ataupun dengan teman, banyak membaca buku mengenai materi yang akan dipelajari ataupun sekedar membaca buku untuk menambah wawasan. SDN Haurpancuh adalah salah satu sekolah dasar negeri yang juga turut serta dalam penggunaan kurikulum 2013 yang terletak di Jl. Terusan Teuku Umar No 87, Bandung. SDN Harupancuh memiliki jumlah siswa berjumlah 750 siswa. SDN Haurpancuh menggunakan kurikulum 2013 pada bulan Juli tahun 2014 hingga saat ini. Dilihat dari tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar, menjadi lebih mandiri dan membuat siswa 4

lebih kritis, namun yang terjadi di SDN Haurpancuh ini siswa menjadi lebih pasif dan kurang mengeksplorasi materi yang diberikan di dalam kelas. Persiapan yang dilakukan oleh sekolah dalam menghadapi kurikulum 2013 adalah guru diikutsertakan dalam pelatihan mengenai kurikulum 2013, sosialisasi mengenai kurikulum 2013, dan sekolah sudah berusaha mempersiapkan buku pendamping untuk guru dan siswa agar menunjang kegiatan belajar. Persiapan yang telah disebutkan di atas dilakukan setelah tahun ajaran baru, setelah sekolah menggunakan kurikulum 2013. Setelah dilaksanakan selama 6 bulan, terdapat hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini. Diantaranya dari hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh data dari wali kelas 4 dan 5 serta siswa terjadi banyak hambatan pada pelaksanaan kurikulum 2013. Bahwa para siswa merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan tuntutan akademik yang baru. Menurut guru bidang studi dan wali kelas 4 dan 5 mengatakan, siswa tidak fokus ketika belajar di dalam kelompok terlihat dari siswa tidak mengerjakan tugas melainkan mengobrol dengan temannya. Selain itu mereka kesulitan memahami pelajaran yang disampaikan didalam kelas dikarenakan siswa diberikan satu tema setiap minggunya dan setiap tema memiliki empat sub bab yang harus siswa pelajari, sehingga banyak materi yang harus di review oleh siswa. Di sisi lain menurut siswa, guru selalu memberikan pekerjaan rumah dan kebanyakan dari mereka mengerjakannya pada malam harinya sesaat sebelum tidur dan kondisi fisik sudah lelah, jika belum selesai pekerjaan rumah dikerjakan di dalam kelas dengan mencontek hasil pekerjaan temannya sehingga siswa tidak mengerti akan materi yang ditugaskan karena tidak berlatih mengerjakan sendiri dan perilaku seperti ini 5

cenderung di ulang. Selain itu kebanyakan dari siswa kelas 4 dan 5, mereka tidak memiliki jadwal kegiatan sehari-hari yang terencana untuk dikerjakan pada saat dirumah. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas 4 dan 5, mereka tidak pernah membuat rangkuman pada saat akan menghadapi ujian, rata-rata mereka akan mengulang kembali materi yang akan diujiankan sehari sebelum pelaksanaan ujian sekolah. Pada saat pelaksanaan ujian berlangsung rata-rata siswa kelas 4 dan 5 lupa akan materi yang dipelajari hanya dalam waktu semalam dikarenakan kurangnya persiapan siswa dalam menghadapi ujian yang akan diselenggerakan keesokan harinya dikarenakan kebanyakan siswa mengulang kembali materi pelajaran sehari sebelum ulangan diselenggarakan, sehingga menurut para siswa tersebut ketika mereka menemukan soal yang sulit kemudian mereka lupa dan mereka akan mengosongkan terlebih dahulu soal tersebut bahkan jika waktu ujian akan berakhir mereka akan menjawab pertanyaan dengan tidak serius dalam arti jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan materi atau mengosongkan soal tersebut dan mengumpulkan hasil ujian seadanya. Selain hambatan yang telah disebutkan di atas terdapat hambatan lain yang dirasakan oleh siswa bahwa tidak semua siswa dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik yang ada. Keberhasilan siswa ketika mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik ditandai dengan siswa mendapatkan nilai mata pelajaran yang tinggi dan mampu mengikuti pelajaran di dalam kelas dengan baik. Nilai mata pelajaran yang baik dapat dilihat dari kemampuan siswa ketika dapat meraih nilai diatas KKM. Sebaliknya kegagalan untuk siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik ditandai dengan rendahnya nilai 6

yang didapat atau mendapatkan nilai di bawah KKM. Kebanyakan dari siswa setelah diberikan ulangan tengah semester, banyak yang mendapat nilai ulangan di bawah KKM. Sehingga untuk mencapai nilai standar KKM yang telah ditentukan, siswa diberikan kesempatan untuk mengikuti remedial agar nilai yang diperoleh dapat mencapai nilai KKM namun setelah diberikan KKM masih ada saja siswa yang tetap mendapat nilai dibawah standar KKM sehingga guru mengakalinya dengan bantuan dari nilai-nilai tugas sehari-hari. Gambaran lain yang didapatkan dari hasil wawancara dengan siswa kelas 4 dan 5 adalah tingginya standar KKM yang harus dicapai sehingga membuat siswa kesulitan untuk mengejar standar minimal KKM yaitu 75, yang telah ditentukan oleh kurikulum hal tersebut dirasakan sulit oleh siswa kelas 4 maupun kelas 5. Dari hasil wawancara dengan guru bahwa siswa banyak mengalami penurunan prestasi belajar, hal ini terlihat dari menurunnya nilai-nilai yang diperoleh siswa pada saat mengikuti ujian tengah semester dan ujian akhir semester, dari hasil wawancara dengan siswa kelas 4 dan 5 mereka kesulitan mencapai nilai KKM dikarenakan tingginya KKM yang harus mereka capai sehingga pada saat perpindahan kurikulum ini banyak siswa yang mengalami penurunan pretasi belajar. Menurut guru bidang studi yang mengajar didalam kelas baik kelas 4 dan kelas 5, karena kurikulum 2013 ini meminta setiap kelas terbagi menjadi beberapa kelompok sehingga siswa belajar dalam satu kelompok. Ketika guru memberikan tugas kelompok, tidak semua siswa dalam kelompok tersebut ikut berkontribusi dalam pengerjaan tugas, maksudnya dalam satu kelompok belajar ada saja siswa yang asyik mengobrol dengan teman sekelompoknya dibandingkan membantu teman sekelompoknya untuk berdiskusi 7

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan bersifat kelompok sehingga semua anak mendapatkan nilai yang sama rata, antara siswa yang bersungguh-sungguh mengerjakan tugas dan siswa yang tidak ikut berkontribusi mengerjakan tugas. Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh di lapangan, bahwa siswa kesulitan melakukan penyesuaian dengan kurikulum yang baru, hal ini dapat dilihat dari banyaknya keluhan yang dirasakan oleh siswa seperti banyaknya sub tema pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa pada saat akan menghadapi ujian, selain itu menurut hasil wawancara dengan guru walikelas 4 dan 5 bahwa siswa tidak berkonsentrasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan belajar menjadi tidak efektif ketika siswa digabungkan dalam satu kelompok belajar, mereka bukan mengerjakan kelompok melainkan mengobrol di luar tema tugas yang sedang diberikan, kesulitan memahami pelajaran yang diberikan di dalam kelas, tingginya standar KKM, dan penurunan nilai yang diperoleh. Berdasarkann gambaran fenomena yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat penyesuaian akademik yang tidak optimal sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Penyesuaian Akademik Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas 4 dan 5 SDN Haurpancuh Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Tuntutan akademik yang dihadapi oleh siswa pada saat penerapan kurikulum 2013 ini merupakan suatu tantangan bagi siswa. Dalam pelaksanaanya banyak siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik yang terdapat disekolah. Keberhasilan siswa ketika mampu menyesuaikan diri dengan 8

tuntutan akademik ditandai dengan kemampuan mengikuti pelajaran di dalam kelas yang tercermin pada pencapaian nilai mata pelajaran yang tinggi. Sebagaimana dinyatakan oleh Bem. P. Allen bahwa penyesuaian akademik adalah kemampuan siswa dalam mengatasi tuntutan dan permasalahan yang ada di sekolah, dengan menggunakan seluruh kemampuan dan pengalamannya untuk menyesuaikan tingkah lakunya, pikirannya, serta perasaannya sendiri dengan orang lain. Indikator keberhasilan dari kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran menjadi interaktif antara guru dan siswa, pembelajaran menjadi jejaring siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja, pembelajaran siswa menjadi aktif, pembelajaran di kelas menjadi belajar kelompok, pembelajaran berbasis multimedia, pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi ilmu pengetahuan jamak, dan pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Pada kenyataannya siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik yang berlaku di sekolah seperti tidak fokus ketika belajar di dalam kelompok, mengobrol diluar tugas yang diberikan guru dengan teman sekelompok, banyaknya sub bab materi yang harus dipelajari, ketika pekerjaan rumah belum selesai siswa menyelesaikan pekerjaan rumahnya di kelas dengan mencontek pekerjaan temannya, ketika akan menghadap ulangan jarang membuat rangkuman, mengulang materi yang akan diujiankan pada malam harinya, kurangnya persiapan dalam menghadapi ulangan, dan tingginya KKM yang harus dicapai. Hal in berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa. Seperti yang dinyatakan oleh Winkel (dalam buku Muhibbin Syah. 2014, p. 87) bahwa prestasi 9

belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai. Besarnya tuntutan akademik yang diberikan oleh kurikulum membuat siswa merasa kesulitan dalam menghadapi tuntutan akademik yang ada sehingga beban yang dirasakan oleh siswa mengakibatkan menurunnya prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Oleh karena itu peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan antara penyesuaian akademik dengan prestasi belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SDN Haurpancuh? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara penyesuaian akademik dengan prestasi belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SDN Haurpancuh Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antara pengaturan waktu, strategi kegiatan belajar, cara mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian, dan mempersiapkan karir dengan prestasi belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SDN Haurpancuh Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis : Manfaat teoritis penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Psikologi terutama dalam Psikologi Pendidikan. 10

Kegunaan Praktis : Memberikan informasi kepada guru mengenai hubungan penyesuaian akademik dan prestasi belajar, bagaimana cara meningkatkan penyesuaian akademik khususnya pada siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah agar memiliki penyesuaian akademik yang baik terkait dengan pengaturan waktu, strategi kegiatan belajar, menghadapi ujian, dan mempersiapkan karir. 11