BAB III RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

L.I - 1 BUPATI, BUPATI SUKABUMI, H. SUKMAWIJAYA H. SUKMAWIAJAYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

L.III - 1 BUPATI SUKABUMI, H. SUKMAWIAJAYA

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN AKHIR. Rencana Kebutuhan Investasi Pusat Pertumbuhan Rancabuaya

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah Kabupaten Sukabumi, telah

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 22 TAHUN 2012

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

5.7. Pengembangan Sentra Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS TATA RUANG, PERMUKIMAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH NUSA TENGGARA

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

I. POTENSI PERTANIAN JAWA BARAT

BAB 5 RTRW KABUPATEN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Sukabumi Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

RTRW. Oleh: Nandi. Jurusan Pendidikan Geografi

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 KEPALA DINAS BIDANG

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

ANALISA SKENARIO PLANNING KEBIJAKAN PUBLIK RT/RW KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

Transkripsi:

BAB III RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH 3.1. Arahan Rencana Kawasan Andalan di Jawa Barat Bagian Selatan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), wilayah Jawa Barat bagian Selatan termasuk dalam beberapa Kawasan Andalan sebagai berikut: a. Kawasan Andalan Sukabumi dan sekitarnya, dengan sektor unggulan perikanan, pertanian, pariwisata dan perkebunan; dan b. Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran, dengan sektor unggulan pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan. 3.2. Arahan Rencana Wilayah Pengembangan (WP) di Jawa Barat Bagian Selatan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat 2009-2029, wilayah Jawa Barat bagian Selatan termasuk ke dalam dua Wilayah Pengembangan yaitu: a. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan) yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar; dan b. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur. Arahan pengembangan untuk masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) ini adalah sebagai berikut : a. WP Priangan Timur-Pangandaran Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Priangan Timur-Pangandaran meliputi pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, industri kerajinan dan pertambangan mineral. Fokus pengembangan masing-masing kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan pada WP Priangan Timur-Pangandaran ini, meliputi : 1. Kabupaten Garut, diarahkan untuk kegiatan dan industri pengolahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, wisata alam dan minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non-logam serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi, serta kegiatan wisata minat khusus di PKWp Rancabuaya; III-1

2. Kabupaten Tasikmalaya, diarahkan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, agroindustri, perikanan dan industri pengolahan perikanan, pusat pengembangan industri kerajinan, wisata alam, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non-logam; 3. Kabupaten Ciamis, diarahkan untuk kegiatan dan industri pengolahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, wisata pantai, serta kegiatan pertambangan mineral non-logam serta penyediaan sarana dan prasarana PKW Pangandaran yang terintegrasi serta pengembangan PKNp Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional. b. WP Sukabumi dan sekitarnya Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Sukabumi dan sekitarnya, meliputi peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan dan bisnis kelautan, serta pertambangan mineral. Fokus pengembangan masing-masing kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan pada WP Sukabumi dan sekitarnya ini, meliputi : 1. Kabupaten Sukabumi, diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata minat khusus, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengembangan wisata pantai dan minat khusus serta perikanan tangkap, serta pertambangan mineral logam dan non-logam serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi yang diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala nasional dan internasional di PKNp Palabuhanratu; dan 2. Kabupaten Cianjur, diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pertanian, perkebunan, kehutanan, pengembangan kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, serta pertambangan mineral logam dan non-logam. 3.3. Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan Wilayah Jawa Barat bagian Selatan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029, diarahkan dengan kebijakan pembatasan pengembangan wilayah. Strategi untuk kebijakan tersebut, meliputi: 1. mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan; III-2

2. meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan; 3. meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan; 4. meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan; 5. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di KSN; dan 6. mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS. Wilayah Jawa Barat bagian Selatan dikembangkan dengan menerapkan prinsip koridor ekonomi yang pada intinya merupakan wilayah yang terdiri dari simpul-simpul kegiatan ekonomi (pusat pelayanan jasa dan simpul transportasi) pusat dan pusat pengembangan komoditas yang dihubungkan dengan jaringan infrastruktur untuk memperlancar mobilisasi barang dan orang baik dari arah Timur-Barat maupun Utara- Selatan. Pusat kegiatan ekonomi di wilayah Jawa Barat bagian Selatan adalah pusat-pusat permukiman sebagaimana ditetapkan dalam Perda No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jawa Barat yaitu : 1. Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp) Palabuhanratu, 2. PKNp Pangandaran, 3. Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp) Rancabuaya, 4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Jampangkulon, PKL Sagaranten, PKL Sindangbarang, PKL Pameungpeuk, PKL Cijulang Dalam pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan dibagi menjadi 14 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Dasar pertimbangan dalam penentuan SWP pengembangan adalah: a. arahan/kebijakan pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Jawa Barat maupun pada setiap Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan; b. kondisi eksisting dan keseuaian penggunaan lahan; c. struktur tata ruang yang terbentuk; d. kesatuan sistem interaksi dan ketergantungan kegiatan fungsional harian; e. penetapan komoditas-komoditas dan sector-sektor unggulan yang akan dikembangkan; dan f. ketersediaan sarana-prasarana penunjang, yaitu ketersediaan dan kualitas jalan penghubung antar wilayah dan sarana perekonomian penunjang pusat koleksi-distribusi komoditas. III-3

Penentuan SWP pengembangan komoditas unggulan diharapkan dapat berperan sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya dan Jawa Barat bagian Selatan pada umumnya. Berdasarkan hasil kajian terhadap pertimbangan di atas, maka ditetapkan pembagian SWP sebagai berikut: 1. SWP Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Sidamulih, Cigugur; 2. SWP Banjarsari, Padaherang, Pamarican, Langkaplancar, Mangunjaya, Purwadadi, Lakbok; 3. SWP Cikalong, Cikatomas, Pancatengah; 4. SWP Karangnunggal, Bantarkalong, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Parungponteng, Cipatujah; 5. SWP Sodonghilir, Taraju, Bojonggambir; 6. SWP Cikajang, Pamulihan, Cisompet, Cihurip, Peundeuy, Singajaya, Banjarwangi, Bungbulang, Pakenjeng; 7. SWP Pameungpeuk, Cibalong, Cikelet, Mekarmukti, Caringin; 8. SWP Cisewu, Talegong; 9. SWP Sindangbarang, Cikadu, Cibinong, Agrabinta, Cidaun, Naringgul, Leles; 10. SWP Sukanagara, Pagelaran, Pasirkuda, Tanggeung, Kadupandak, Takokak, Cijati; 11. SWP Sagaranten, Curugkembar, Cidadap, Cidolog, Pabuaran; 12. SWP Jampang Kulon, Cibitung, Surade, Ciemas, Waluran, Kalibunder, Tegalbuleud, Ciracap; 13. SWP Jampang Tengah, Warungkiara, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Geger Bitung, Cikembar; dan 14. SWP Pelabuhanratu, Cisolok, Cikakak, Simpenan, Cikidang, Bantargadung. III-4

Tabel 3.1 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) di Jawa Barat bagian Selatan SWP Pusat Karakteristik Potensi Pangandaran Merupakan SWP yang sebagian besar kawasannya adalah kawasan pesisir SWP Pangandaran : Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, Kalipucang, Sidamulih, Cigugur SWP Banjarsari: Banjarsari, Padaherang, Pamarican, Langkaplancar, Mangunjaya, Purwadadi, Lakbok SWP Cikalong: Cikalong, Cikatomas, Pancatengah SWP Karangnunggal: Karangnunggal, Bantarkalong, Cibalong, Bojongasih, Culamega, Parungponteng, Cipatujah SWP Songhilir: Sodonghilir, Taraju, Bojonggambir SWP Cikajang: Cikajang, Pamulihan, Cisompet, Cihurip, Peundeuy, Singajaya, Banjarwangi, Bungbulang, Pakenjeng SWP Pameungpeuk: Pameungpeuk, Cibalong, Cikelet, Mekarmukti, Caringin Banjarsari Cikalong Karangnunggal Songhilir Cikajang Pameungpeuk Merupakan SWP yang seluruh wilayahnya di daratan dengan topografis yang bergelombang Sebagian wilayah terletak di wilayah pesisir, sedangkan sisanya di wilayah daratan dengan topografi bergelombang Sebagian di wilayah pesisir dan sebagian di daratan Seluruhnya merupakan kawasan daratan yang bergelombang Seluruhnya merupakan kawasan daratan yang bergelombang Sebagian besar merupakan kawasan pesisir Pertanian (kelapa) Peternakan (sapi, domba) Perikanan tangkap dan kelautan ODTW unggulan wisata pantai Hutan produksi dan hutan rakyat (kayu jati, mahoni, sengon) Pertanian (kelapa, kopi, kakao, holtikultura) Peternakan (sapi potong) Hutan rakyat (hasil kayu) Perikanan tangkap dan kelautan Kehutanan (kayu mahoni, sengkon) Buah-buahan local (manggis, tomat, pisang) Perikanan tangkap dan kelautan Penambangan pasir hitam Kehutanan (kayu, mahoni, singon) Pertanian lahan kering (kopi, manggis) Perkebunan (the, kelapa) Palawija dan sayuran Hutan (kayu) Kehutanan (kayu Afrika, sengon) Perkebunan (kelapa, pisang) Perikanan tanggap Peternakan Tambang pasir hitam III-5

SWP Cisewu: Cisewu, Talegong SWP Pusat Karakteristik Potensi ODTW unggulan wisata pantai SWP Sindangbarang: Sindangbarang, Cikadu, Cibinong, Agrabinta, Cidaun, Naringgul, Leles SWP Sukanegara: Sukanagara, Pagelaran, Pasirkuda, Tanggeung, Kadupandak, Takokak, Cijati SWP Sagaranten: Sagaranten, Curugkembar, Cidadap, Cidolog, Pabuaran SWP Jampang Kulon: Jampang Kulon, Cibitung, Surade, Ciemas, Waluran, Kalibunder, Tegalbuleud, Ciracap SWP Jampang Tengah: Jampang Tengah, Warungkiara, Lengkong, Purabaya, Nyalindung, Geger Bitung, Cikembar SWP Pelabuhanratu: Pelabuhanratu, Cisolok, Cikakak, Simpenan, Cikidang, Bantargadung Cisewu Sindangbarang Sukanegara Sagaranten Jampang Kulon Jampang Tengah Pelabuhanratu Merupakan kawasan dataran yang bergelombag Sebagian merupakan kawasan pesisir Sebagian besar merupakan daratan bergelombang Sebagian besar merupakan daratan bergelombang Sebagian merupakan kawasan pesisir Sebagian besar merupakan daratan bergelombang Sebagian besar merupakan kawasan pesisir Perkebunan (kelapa) Palawija (jagung) Peternakan (domba, sapi) Perkebunan (kelapa) Perikanan tangkap dan kelauatan Tambang pasir hitam ODTW unggulan wisata pantai Kehutanan (kayu, mahoni, singon) Perkebunan teh Peternakan (sapi, domba) Perternakan (sapi, domba) Palawija (kacang tanah) Perkebunan (karet, salak) Kehutanan (kayu sengon) Palawija (kacang tanah, kedelai) Peternakan (sapi, domba) Perikanan tangkap dan kelautan Penangkaran penyu Wisata pantai Ujunggenteng Wisata petualangan Peternakan (domba) Palawija (kacang tanah) Perkebunan karet dan teh ODTW unggulan perkebunan teh Perkebunan (karet, kelapa) Peternakan (domba) Perikanan tangkap dan kelautan ODTW unggulan pantai, Goa Lalay, wisata petualangan III-6

Tabel 3.2 Matriks Kebijakan Strategi dan Rencana Pengembangan Wilayah Jawa Barat bagian Selatan Kebijakan Strategi Rencana Pengembangan Jawa Barat bagian Selatan dilakukan secara terintegrasi dan terkendali dengan mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung terutama kawasan rawan bencana Pengembangan Jawa Barat bagian Selatan difokuskan pada sektor prioritas berbasiskan potensi sumberdaya lahan, pesisir dan laut a. memanfaatkan kawasan budidaya secara optimal melalui pendayagunaan kembali lahan tidur serta potensi pesisir dan laut; dan b. memanfaatkan lahan secara terbatas agar memiliki nilai ekonomis di kawasan lindung non hutan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. a. mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan melalui pendayagunaan kembali lahan tidur; a. pencegahan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tidur; b. mendorong alih fungsi lahan tidur di kawasan budidaya menjadi lahan pertanian produktif; c. pencegahan terjadinya alih fungsi lahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya; d. penerapan aturan sempadan pantai sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di sepanjang wilayah pesisir a. pendayagunaan pemanfaatan kembali lahan tidur untuk kegiatan pertanian melalui kerjasama dengan pihak pengelola b. pengembangan komoditas unggulan pada lahan tidur; c. penyediaan teknologi produksi tepat guna b. mengembangkan sektor kehutanan melalui pendayagunaan lahan hutan produksi dan hutan rakyat; c. mengarahkan kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan dan terkelola secara terintegrasi dan terkendali; a. optimalisasi lahan hutan produksi dan hutan rakyat b. pengembangan kegiatan agroforestry yang berkelanjutan c. pengembangan sarana produksi dan distribusi a. penetapan kawasan lindung cagar alam geologi tidak boleh dijadikan lokasi penambangan; dan b. pengaturan aktivitas III-7

Kebijakan Strategi Rencana d. mengembangkan sektor pesisir dan kelautan melalui peningkatan daya saing masyarakat pesisir; e. mempertahankan bentang alam dan pemandangan visual di kawasan pariwisata pantai. penambangan pasir besi dengan pemanfaatan kandungan yang lebih bernilai tambah c. perehabilitasian kondisi lingkungan akibat kegiatan penambangan d. pembentukan koperasi dan kelompok-kelompok penambang yang berkoordinasi dengan Dinas energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat a. pengembangan budidaya ikan di wilayah pesisir di Jawa Barat bagian Selatan; b. pengembangan infrastruktur penunjang kegiatan penangkapan dan pengolahan hasil perikanan laut; dan c. peningkatan kualitas SDM yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan, pengetahuan dan teknologi produksi maupun distribusi hasil perikanan laut. a. pengembangan objek dan daya tarik wisata yang berakar pada alam, kearifan lokal dan budaya Jawa Barat bagian Selatan; dan b. pemanfaatan aktivitas agroindustri dan industri kelautan sebagai objek wisata. c. peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata d. pengembangan pariwisata di 3 KWU sesuai dengan rencana pengembangan pariwisata Jawa Barat dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Jawa Barat e. penetapan area III-8

Kebijakan Strategi Rencana Pembangunan infrastruktur bersifat struktural, dengan mempertimbangkan kondisi fisik geografis yang rawan bencana dan pembangunan infrastruktur non struktural untuk meningkatkan dayadukung lingkungan a. meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang dilaksanakan melalui peningkatan penyediaan dan peningkatan kualitas infrastruktur dasar permukiman; b. menjamin pemerataan pelayanan infrastruktur dasar permukiman hingga kawasan perbatasan; c. meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur pendukung kegiatan di perkotaan dan perdesaan; pengembangan terbatas di sempadan pantai dari jalan lintas selatan ke arah pantai f. penetapan area pengembangan terbatas di sepanjang koridor utaraselatan a. peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar (energi, air, sanitasi, telekomunikasi) a. perluasan pelayanan air baku untuk aktivitas keseharian masyarakat dan prasarana irigasi dan pada kawasan pertanian, terutama pada pusat pengembangan komoditas unggulan; b. pengembangan jaringan listrik PLN ke seluruh wilayah Jawa Barat bagian Selatan; c. pengembangan jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah Jawa Barat bagian Selatan; a. penyelesaian pembangunan jalan Trans Selatan, sehingga seluruh ruas Trans Selatan dari perbatasan Jawa Barat- Banten sampai perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah terhubungkan oleh jaringan jalan dengan kualitas yang baik; b. peningkatan kualitas jalan pada ruas Utara-Selatan yang sudah ada; c. peningkatan dan atau membangun jaringan jalan antara setiap pusat satuan pengembangan wilayah dengan pengembangan III-9

Kebijakan Strategi Rencana d. mengarahkan infrastruktur untuk pengembangan energi baru dan terbarukan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam mikro hidro, panas bumi, tenaga surya, tenaga angin dan bioenergi secara berkelanjutan, dengan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energi untuk masyakarat Jawa Barat bagian Selatan; e. memprioritaskan pengembangan infrastruktur yang memperhatikan keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan; f. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat komoditas unggulan dengan pusat kabupaten; d. peningkatan dan atau membangun jaringan jalan antara pusat-pusat permukiman dengan pusat kecamatan; e. peningkatan kualitas jalan pada pusat-pusat produksi komoditas unggulan. f. pembangunan dan atau peningkatan kualitas terminal di satuan wilayah pengembangan komoditas; a. pengoptimalan layanan jaringan kereta api eksisting yang sudah ada; b. pengoptimalan layanan perhubungan udara eksisting yang sudah ada; dan c. peningkatan kapasitas dan fungsi pelabuhan yang sudah ada bagi lalulintas orang dan komoditas unggulan Jawa Barat Selatan. a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) atau geothermal atau solar cel dan pengembangan energi baru terbarukan lainnya a. pembangunan infrastruktur wilayah dengan besaran dan skala pelayanan sesuai dengan keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan sekitarnya a. Pelaksanaan koordinasi antar Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan III-10

Kebijakan Strategi Rencana Pengembangan pusat-pusat permukiman di wilayah Jawa Barat bagian Selatan diarahkan di Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp), Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) perkotaan dan pedesaan sebagaimana diatur dalam rencana struktur ruang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Jawa Barat Pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan dilakukan dengan mengintegrasikan kearifan lokal dan melibatkan peranserta masyarakat bagian Selatan, antar Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan, antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan dan swasta dalam mewujudkan penyediaan infrastruktur. a. memantapkan peran pusatpusat permukiman sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029; b. memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang ramah lingkungan; c. mempertimbangkan keterbatasan dayadukung dan dayatampung lingkungan dalam pengembangan pusatpusat permukiman. a. mengarahkan pengembangan kegiatan di Jawa Barat bagian Selatan dalam kerangka kearifan lokal; b. memelihara dan memantapkan peran kearifan lokal yang dapat mengakselerasi pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan; dalam pengembang infrastruktur b. Pembangunan infrastruktur transportasi dan wilayah dengan melibatkan pihak swasta baik skala lokal maupun regional a. pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya; b. perintisan pembangunan pusat komunitas secara terintegrasi dengan pengembangan potensi ekonomi di sepanjang koridor barat-timur c. perwujudan terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk d. peningkatan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP e. pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya; a. pengembangan kegiatan pariwisata dalam kerangka kearifan local b. pengolahan hasil pertanian khas Jawa Barat bagian Selatan menjadi makanan atau obat-obatan a. mempertahankan kearifan lokal yang bernilai tinggi pada jaman modern ini (bangunan tradisional, seni budaya, obat herbal tradisional) III-11

Kebijakan Strategi Rencana Pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan c. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya integrasi kearifan lokal dalam pengembangan wilayah. a. meningkatkan kerjasama antar Pemerintah Kabupaten di Jawa Barat bagian Selatan untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan a. pelibatan masyarakat dalam aktivitas pengembangan agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu a. pemberian insentif dan disinsentif terhadap Pemerintah Kabupaten terkait dengan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan b. memantapkan peran Pemerintah Daerah dalam pengembangan wilayah melalui Lembaga Pengelola Wilayah Jawa Barat bagian Selatan. b. perwujudan peran Pemerintah Daerah dengan merancang bentuk Lembaga Pengelola Wilayah Jawa Barat bagian Selatan III-12