BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepastian secara hukum bagi umat Islam untuk menyelesaikan berbagai masalah

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

Pluraliitas Hukum Waris

I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M.

BAGIAN WARISAN UNTUK CUCU DAN WASIAT WAJIBAH

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NOMOR: 1685/PDT.G/2013/PA.SBY

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. fitrahmanusia itu sendiri sebagai makhluk ciptaan-nya:

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam Abu Hanifah tentang Kewarisan Kakek

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB DAN TENTANG STATUS WALI DALAM PERKAWINAN

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari penelitian yang dilakukan dilapangan, penulis menemukan kasus

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN ISTIMBATH HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAHAMAN TEKS AL-QUR AN

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. Kata ahli waris berasal dari dua kata yaitu ahli dan waris, kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARISAN MAZHAB SYAFI I. kewarisan perdata barat atau BW dan kewarisan adat. mengikat untuk semua yang beragama Islam.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis


BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. keadaan geografis, mata pencaharian, dan agama penduduknya.

KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM Studi Komparasi Sistem Kewarisan Jumhur, Hazairin, Kompilasi Hukum Islam, dan Buku II 1

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM. Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hukum Islam pengangkatan anak dibolehkan, namun dengan. orang tua asuh dengan anak asuh, dan sama sekali tidak menciptakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK WARIS BAITUL MAL DALAM HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS WARIS ANAK HASIL PEMERKOSAAN AYAH TERHADAP ANAK KANDUNG DI KELURAHAN WIYUNG KECAMATAN WIYUNG KOTA SURABAYA

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

SEMINAR PENERAPAN WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. maupun terhadap sesama umat manusia. Melalui ayat-ayat dan hadis

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah Agama yang paling sempurna yang di turunkan Allah

HAK WARIS AYAH KETIKA PEWARIS TIDAK MENINGGALKAN ANAK (Studi Kompilasi Hukum Islam Pasal 177) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III ANALISIS PENGELOMPOKAN AHLI WARIS MENURUT FIQIH JA FARIYAH. A. Pengelompokan Ahli Waris Menurut Fiqih Ja fariyah

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

BAB II KETENTUAN UMUM HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS ISLAM. HUKUM WARIS ADAT ADALAH HUKUM YANG MEMUAT GARIS-GARIS KETENTUAN

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

BAB II KEWARISAN DALAM ISLAM. kewarisan dapat dilihat pada tiga jenis, yaitu al-mi>r a >s, al-fara>id{, dan al-tirkah.

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

UNTUK KALANGAN SENDIRI

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB III ANALISIS KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Transkripsi:

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS A. Pengertian dan Sumber Hukum. Pakar Hukum waris mengklasifikasikan kakek kepada dua macam, yaitu kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki - laki) yang mempunyai hubungan kekerabatan kepada pewaris melalui garis laki-laki. Kakek ghairu Sahih ialah setiap kakek (leluhur laki-laki) yang mempunyai hubungan kekerabatan kepada pewaris melalui garis perempuan. 1 Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan bagan berikut ini: Bagan I. Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Kakek Nenek Ayah Ibu Pewaris Keterangan: = Kakek saheh. = Kakek ghairu saheh. 1 Hajar M, op.cit., h. 59.

Kakek saheh adalah ayah dari ayah dan seterusnya ke atas dari garis laki-laki. Kakek ghairu sahih adalah ayah dari ibu dan seterusnya keatas dari garis perempuan. Menurut perspektif ahli sunnah, kakek yang ahli waris adalah kakek sahih. Sedangkan kakek ghairu sahih tidak termasuk ahli waris. Bagi ulama yang mengakui adanya ahli waris Zul Arham, maka kakek ghairu sahih dimasukkan kedalam kelompok Zul Arham tersebut. 2 Sumber hukum kakek menjadi ahli waris dijelaskan dalam hadis yaitu: ع ن ع م ر ان ب ن ح ص ی ن :أ ن ر ج لا أ تى الن ب ى صلى الله و سلم ف قا ل إ ن اب ن اب ن ى م ات ف م ا لى م ن م یر اث ھ ف ق ال ل ك ال سد س. 3 Artinya: Dari Imran bin Husein bahwasanya seseorang laki-laki datang menghadapi Nabi SAW, dan berkata : Cucu laki-laki saya telah meninggal dunia, apa yang dapat untuk saya dari harta peninggalannya. Nabi menjawab : untukmu seperenam. Saudara adalah orang yang seibu seayah, (atau hanya seibu atau seayah saja), adik atau kakak, orang yang bertalian keluarga, sanak dari ibu maupun sanak dari ayah, orang yang sepaham, seagama, sederajat, kawan atau teman. 4 Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan bagan berikut ini: 2 Ibid. 3 Abu Daud, loc.cit. 4 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi Empat, h. 1232.

Bagan II. Pewaris SPA SLA SPK SLK SPI SLI Keterangan: SLK= Saudara laki-laki sekandung. SPK= Saudara perempuan sekandung. SLA= Saudara laki-laki seayah. SPA= Saudara perempuan seayah. SLI=Saudara laki-laki seibu. SPI= Saudara perempuan seibu. Dalam kewarisan Islam saudara yang menjadi ahli waris adalah saudara kandung, baik laki-laki maupun perempuan, saudara seayah, baik laki-laki maupun perempuan, saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan.yang menjadi sumber Hukum saudara sebagai ahli waris adalah al-quran surat an-nisak ayat 12 dan ayat 176. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat 12 dikhususkan untuk saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan. dan ayat 176 untuk saudara sekandung atau seayah, baik laki-laki maupun perempuan. 5 Sumber hukum:.. (12). 5 Hajar M, op.cit., h.61

Artinya: Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam yang sepertiga itu. (QS. An-Nisa: 12) 6. Artinya : mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang lakilaki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. 7 Saudara kandung berhak mendapat harta warisan bila tidak ada anak atau cucu, dan tidak ada ayah. Alasan tertutupnya saudara oleh anak atau adalah ayat 176 6 Depertemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, (Semarang: CV.Asy Syifa,1999.), h. 80. 7 Depertemen Agama RI, op.cit., h. 107.

An-Nisa, yang menjelaskan bahwa saudara baru berhak mewarisi bila pewaris itu punah, yaitu tidak mempunyai anak atau cucu. 8 dan bila dilihat dari aspek hubungan kekerabatan, saudara berada pada derajat keutamaan yang lebih rendah dari ayah, karena hubungan saudara kepada pewaris adalah melalui ayah oleh sebab itu, pemahaman jumhur yang menempatkan ayah sebagai penutup saudara sangat beralasan. Menurut mayoritas ulama, saudara kandung tidak tertutup oleh anak atau cucu perempuan, karena kata walad pada ayat 176 surat an-nisak adalah anak lakilaki. 9 B. Hak Kewarisan Kakek dan Saudara Sebagai ahli waris, hak kewarisan kakek sama dengan hak kewarisan ayah, dan ia dihijab oleh ayah karena hubungannya kepada pewaris adalah melalui ayah. Kakek dapat mewarisi bersama anak, cucu, ibu, duda maupun janda. Adapun alternatif hak kewarisan kakek itu adalah: 10 1. Seperenam (1/6), apabila kakek mewarisi bersama anak atau cucu laki -laki. Sementara cucu perempuan boleh ada atau tidak ada, karena tidak berpengaruh. Dasarnya adalah hadis dari imran bin husein yang telah dikemukakan diatas. Termasuk juga surat An-Nisak 11 tentang hak kewarisan ayah. 11 contohnya: ahli waris terdiri dari kakek, 1 anak laki-laki, suami. 8 Hajar M, op.cit., h.35. 9 Ibid. 10 Hajar M, op.cit., h. 60. 11 Ibid.

Bagian mereka masing-masing adalah: kakek 1/6. 1 anak laki-laki sisa (asabah). Suami 1/4. Asal masalanya 12. Kakek 2/12. suami 3/12. 1 anak laki-laki 7/12. 2. Seperenam (1/6) dan sisa, yaitu jika kakek mewarisi bersama anak atau cucu perempuan, dan ketika tidak ada anak atau cucu laki-laki. Hal ini berarti bahwa pada mulanya kakek diberi hak 1/6 sebagai zul furudl, kemudian setelah dibagi kepada ahli waris zul furudl yang lain, dan ternyata masih bersisa, maka sisanya itu adalah untuk kakek dalam status asabah. Kakek diposisikan lebih dahulu sebagai zul furudl, dan kemudian sebagai asabah, karena dengan kedudukannya sebagai zul furudl minimal ia mendapat 1/6. Sedangkan dalam status asabah saja ada kemungkinan kakek mendapat kurang lebih dari 1/6 atau tidak mendapat bagian sama sekali. 12 Contohnya: ahli waris terdiri dari kakek, 1 anak perempuan, ibu. Bagian mereka masingmasing adalah: kakek 1/6 + sisa. 1 anak perempuan 1/2. Ibu 1/6. Asal masalahnya adalah: 6. 1 anak perempuan 3/6. Ibu 1/6. Kakek 1/6 ditambah sisa harta 1/6 maka bagian kakek 2/6. 3. Sisa harta sebagai asabah, yaitu bila kasus kewarisan tidak ada anak atau cucu, baik laki-laki maupun perempuan. 13 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, ibu, kakek. Bagian mereka adalah. 12 Ibid. 13 Ibid.

Suami 1/2 karena tidak ada anak atau cucu. Ibu 1/3 karena tidak ada anak atau cucu dan tidak ada dua orang saudara atau lebih. Kakek mendapat sisa (asabah) karena tidak ada anak atau cucu. Asal masalahnya 6. Suami 1/2 menjadi 3/6. Ibu 1/3 menjadi 2/6. Kakek mendapat sisa (asabah) yaitu 1/6. Adapun hak kewarisan saudara adalah: 1. Saudara laki-laki kandung berhak mewarisi sebagai asabah setelah dikeluarkan bagian ahli waris zul furudl, dan berhak menerima seluruh harta bila tidak ada ahli waris zul furudl yang berhak. Dasar hukumnya selain surat an-nisak 176, juga hadis dari Ibnu Abbas menurut riwayat Bukhari dan Muslim sebagaimana disebutkan terdahulu. Bila ia terdiri dari laki-laki saja, maka statusnya adalah sebagai asabah bi nafsih, dan jika mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka mereka berstatus sebagai asabah bil ghair, dengan hak yang diterima laki-laki adalah dua kali yang diterima oleh perempuan. 14 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, nenek, 1 saudara lakilaki kandung. Bagian masing-masing ahli waris adalah: suami 1/2. Nenek 1/6. 1 saudara laki-laki kandung sisa (asabah). Asal masalahnya adalah: 6. Suami 3/6. Nenek 1/6. 1 saudara laki-laki kandung sisa (asabah) yaitu 2/6. 2. Saudara perempuan kandung memiliki 3 alternatif hak: a. 1/2 bila ia seorang dan disaat tidak ada saudara laki-laki kandung. Contohnya: 1 orang saudara perempuan kandung, 1 istri, 1 paman 14 Hajar M, op.cit,.h. 61-62

kandung. Bagian mereka masing-masing adalah: 1 orang saudara perempuan kandung 1/2. 1 istri 1/4. 1 paman kandung sisa (asabah). Asal masalah adalah: 4. 1 orang saudara perempuan kandung 2/4. 1 istri 1/4. 1 paman kandung 1/4. b. 2/3 jika mereka terdiri dari dua orang atau lebih, dan ketika tidak ada saudara laki-laki kandung. 15 Contohnya: ahli waris terdiri dari 2 orang saudara perempuan sekandung, 1 isteri, 1 nenek. Bagian mereka masingmasing adalah: 2 orang saudara perempuan sekandung 2/3. 1 orang istri 1/4. 1 nenek 1/6. Asal masalanya adalah: 12. 2 orang saudara perempuan sekandung 8/12. 1 orang istri 3/12 1 orang nenek 2/12. Masalah ini menjadi aul karena jumlah bagian 13 lebih besar dari asal masalah 12. Agar harta warisan dapat dibagikan kepada ahli waris dengan adil, maka asal masalah dinaikkan menjadi 13. Maka bagian 2 orang saudara perempuan sekandung 8/13. 1 orang istri 3/13. 1 orang nenek 2/13. c. Sisa sebagai asabah bil ghair, bila ia mewarisi bersama saudara laki-laki kandung. 16 Contohnya: ahli waris terdiri dari 1 saudara laki-laki kandung, 1 saudara perempuan kandung, 1 anak perempuan, istri. Bagian mereka masing-masing adalah: 1 saudara perempuan kandung asabah bil ghair. 1 saudara laki-laki kandung asabah bersama saudara perempuan kandung. 1 15 Ibid. 16 Ibid.

anak perempuan 1/2. Istri 1/8. Asal masalanya adalah 8. 1 anak perempuan 4/8. Istri 1/8. Sisa harta 3/8 diberikan kepada 1 saudara perempuan kandung 1/8 dan 1 saudara laki-laki kandung 2/8. Karna bagian 1 saudara laki-laki kandung sama dengan bagian 2 orang saudara perempuan kandung. 3. Saudara laki-laki seayah, berhak mewarisi asabah setelah dikeluarkan bagian ahli waris zawil furudl, dan berhak menerimah seluruh harta bila tidak ada ahli waris zawil furudl yang berhak mewarisi. Dasar hukumnya sama sebagaimana hak kewarisan saudara laki-laki kandung. Bila ia terdiri dari lakilaki saja, maka statusnya adalah sebagai asabah bi nafsih dan jika mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka mereka berstatus sebagai asabah bil ghairihy, dengan hak untuk laki-laki dua kali hak perempuan. 17 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, nenek, 1 saudara laki-laki seayah. Bagian masing-masing ahli waris adalah: suami 1/2. Nenek 1/6. 1 saudara laki-laki seayah sisa (asabah). Asal masalahnya adalah: 6. Suami 3/6. Nenek 1/6. 1 saudara laki-laki seayah sisa (asabah) yaitu 2/6. 4. Saudara perempuan seayah, mempunyai 4 alternatif hak, yitu: a. 1/2 jika ia seorang, dan ketika tidak ada saudara laki-laki seayah. Contohnya: ahli waris terdiri dari 1 saudara perempuan seayah, suami, ibu. Bagian mereka masing-masing adalah: 1 orang saudara perempuan 17 Hajar M, op.cit., h. 62.

seayah 1/2 karena dia seorang, dan tidak ada saudara laki-laki seayah. suami 1/2. Ibu 1/3. Asal masalah 6. Jadi 1 orang saudara perempuan seayah 3/6. Suami 3/6. Ibu 2/6. Masalah ini menjadi aul karena jumlah bagian 8 lebih besar dari asal masalah 6. Agar harta warisan dapat dibagikan kepada ahli waris dengan adil, maka asal masalah dinaikkan menjadi 8. Maka bagian 1 orang saudara perempuan seayah 3/8. Suami 3/8. Dan ibu 2/8. b. 2/3 bila mereka terdiri dari dua orang atau lebih dan diwaktu tidak ada saudara laki-laki seayah. Contohnya: 2 saudara perempuan seayah, 1 istri, 1 paman seayah. Bagian masing-masing adalah: 2 saudara perempuan seayah 2/3. 1 istri 1/4. 1 paman seayah sisa (asabah). Asal masalahnya 12. 2 saudara perempuan seayah 8/12. 1 istri 3/12. 1 paman seayah sisa (asabah) 1/12. c. 1/6 jika ia mewarisi bersama seorang saudara perempuan kandung, dan ketika tidak ada saudara laki-laki seayah. Hak kewarisan yang diterima oleh saudara perempuan seayah adalah untuk meyempurnakan bilangan saudara perempuan kandung. Bila saudara perempuan kandung dianggap dua orang berarti hak mereka terima 2/3. Dalam kenyataannya saudara perempuan kandung hanya seorang saja, sehingga hak yang diperoleh adalah 1/2. Oleh sebab itu, harta bersisa 1/6, dan sisanya inilah yang di berikan kepada saudara perempuan seayah. Dasar hukumnya adalah menyamakan (menganologikan) saudara perempuan seayah de ngan cucu

perempuan ketika mewarisi bersama seorang anak perempuan. 18 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, 1 saudara perempuan kandung, 1 saudara perempuan seayah. Bagian mereka masing-masing adalah suami 1/2. 1 saudara perempuan kandung 1/2. 1 saudara perempuan seayah 1/6. Asal masalahnya adalah: 6. Suami 3/6. 1 saudara perempuan kandung 3/6. 1 saudara seayah 1/6. Masalah menjadi aul karena jumlah bagian 7 lebih besar dari asal masalah 6. Agar harta warisan dapat dibagikan kepada ahli waris dengan adil, maka asal masalah dinaikkan menjadi 7. Maka bagian Suami 3/7. 1 saudara perempuan kandung 3/7. 1 saudara seayah 1/7. d. Sisa sebagai asabah bilghair, jika ia mewarisi bersama saudara laki-laki seayah. Contohnya: ahli waris terdiri dari 1 saudara laki-laki seayah, 1 saudara perempuan seayah, 1 anak perempuan, istri. Bagian mereka masing-masing adalah: 1 saudara perempuan seayah asabah bil ghair. 1 saudara laki-laki seayah asabah bersama saudara perempuan seayah. 1 anak perempuan 1/2. Istri 1/8. Asal masalanya adalah 8. 1 anak perempuan 4/8. Istri 1/8. Sisa harta 3/8 diberikan kepada 1 saudara perempuan seayah 1/8 dan 1 saudara laki-laki seayah 2/8. Karna bagian 1 saudara laki-laki seayah sama dengan bagian 2 orang saudara perempuan seayah. 18 Hajar M, op.cit., h.63.

5. Saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka tidak dibedakan dalam hal menerima harta warisan. Mereka mempunyai 2 alternatifhak, yitu: a. 1/6 jika seorang, baik laki-laki maupun perempuan. 19 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, ibu, 1 saudara seibu. Bagian mereka adalah: Suami 1/2 karena tidak ada anak atau cucu. Ibu 1/3 karena tidak ada anak atau cucu dan tidak ada dua orang saudara atau lebih. 1 saudara seibu 1/6 karena dia seorang saja. Asal masalahnya 6. Suami 1/2 menjadi 3/6. Ibu 1/3 menjadi 2/6. 1 saudara seibu 1/6 menjadi 1/6 b. 1/3 jika mereka dua orang atau lebih, baik laki-laki atau perempuan maupun keduanya. Dasarnya ayat 12 surat an-nisak. 20 Contohnya: ahli waris terdiri dari suami, nenek, 2 saudara seibu. Bagian mereka adalah: Suami 1/2. Nenek 1/6. 2 saudara seibu 1/3. Asal masalahnya 6. Suami 1/2 menjadi 3/6. Nenek 1/6 menjadi 1/6. 2 saudara seibu 1/3 menjadi 2/6. C. Keutamaan dan Hijab Hukum kewarisan Islam juga mengakui adanya prinsip keutamaan dalam kekerabatan. Keutamaan dapat disebabkan oleh jarak antara hubungan ahli waris dengan pewaris. Selain itu, keutamaan juga dapat disebabkan oleh kekuatan 19 Ibid. 20 Ibid.

hubungan kekerabatan. 21 Adanya perbedaan dalam kekerabatan ditegaskan oleh Allah pada ayat 75 surat al-anfal: Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 22 Adanya prinsip keutamaan terhadap hak kewarisan menyebabkan pihak kerabat tertentu tertutup. Hal ini berarti bahwa hukum kewarisan islam mengenal adanya lembaga hijab. Hijab artinya dinding. Menurut istilah faraidh adanya tertutupnya seseorang yang berhak menjadi ahli waris disebabkan oleh ahli waris lain yang lebih utama darinya. Hijab terdiri dari dua macam, yaitu hijab hirman dan hijab nuqshan. 23 Hijab nuqsan atau disebut juga dengan hijab sebagian. 24 hijab nuqsan adalah berkurangnya harta yang seharusnya diperoleh ahli waris disebabkan adanya ahli waris lain. Berkurangnya hak yang diterima adalah untuk memberikan kesempatan kapada ahli waris tertentu untuk secara bersama menikmati harta warisan. Misalnya, 21 Hajar M, op.cit., h. 26. 22 Departemen Agama RI 23 Hajar M, op.cit., h. 27 24 Amir Syarifuddin, (Hukum Kewarisan Islam), op.cit., h. 93.

anakn atau cucu mengurangi hak ibu dari sepertiga menjadi seperenam. Anak dan cucu mengurangi hak suami menjadi seperempat, istri menjadi seperdelapan, dan lainnya. 25 Hijab hirman disebut juga dengan hijab total, 26 yaitu tertutupnya seorang ahli waris utuk menerima hak kewarisan secara penuh, dalam arti tidak memperoleh sedikitpun. Rincian hijab hirman adalah sebagai berikut: 1. Cucu baik laki-laki maupun perempuan di tutup oleh anak laki-laki 2. Kakek ditutup oleh ayah 3. Nenek ditutup oleh ibu dan ayah 4. Saudara kandung ditutup oleh anak atau cucu laki-laki dan ayah 5. Saudarah seayah ditutup oleh saudara kandung laki-laki dan oleh ahli waris yang menutup saudara kandung 6. Saudara seibu ditutup oleh anak, cucu, ayah, dan kakek 7. Anak saudara kandung di tutup oleh saudara laki-laki seayah dan ahliu waris yang menutup saudara laki-laki seayah 8. Anak saudarah seayah ditutup oleh anak laki-laki sau dara kandung dan oleh ahli waris yang menutup anak saudara kandung 9. Paman kandung ditutup oleh anak anak laki-laki saudara seayah dan oleh ahli waris yang menutup anak laki-laki 25 Hajar M, op.cit.,h. 29 26 Amir Syarifuddin, (Hukum Kewarisan Islam), loc.cit.

10. Paman seayah ditutup paman kandung dan oleh ahli waris yang menutup paman kandung 11. Anak laki-laki paman kandung itutup oleh paman seayahdan ahli waris yang menutup aman seayah 12. Anak laki-laki paman seayah ditutup oleh anak laki-laki paman kandung dan oleh ahli waris yang menutup anak laki-laki kandung. 27 Dalam hal posisi kakek dan saudara sebagai ahli waris menjadi polemik dikalangan para sahabat maupun mujtahid sesudahnya, yaitu apakah kakek menghijab saudara, atau saudara menghijab kakek, maupun tidak saling meghijab. Perbedaan antara posisi kakek dan saudara ini muncul disebabkan perbedaan pendapat dalam memahami konsep kalalah yang terdapat pada ayat 12 dan 176 an-nisa. Abu Hanifah menyatakan bahwa maksut kalalah ialah seseorang yang meninggal dunia yang meninggalkan ahli waris saudara, dan tidak meninggalkan anak laki-laki, cucu lakilaki dan seterusnya laki-laki, ayah dan termasuk kakek. 28 Jadi, menurut Abu Hanifah bahwa kakek dapat menghijap saudara. Sehingga hukum kalalah praktis hanya dapat dipergunakan jika orang mati punah kebawah dan punah keatas. 29 Serta Abu Hanifah menempat posisi kakek lebih dekat dan utama kepada pewaris dibandingkan dengan 27 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minang Kabau, (Jakarta ; Gunung Agung,1984), h.49-50 28 Hajar M, op.cit., h. 64. 29 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,(Jakarta ;Sinar Grafik, 2000), Ed.1, Cet. 6, h.167.

saudara, sehingga kakek menghijab saudara. 30 Pendapat Abu Hanifah ini sejalan dengan pendapat Abu Bakar dan juga di ikuti oleh Ibnu Abbas, Abdullah ibn Zubair, Usman, Aisyah, Ubay bin Ka ab, Muaz bin Jabal, Abu Musa. Gologan kedua dipolopori oleh Zaid ibn Tsabit, Ibnu Mas ud, yang kemudian diamalkan oleh Malik, Syafi i berpendapat bahwa saudara dapat tampil bersama kakek atau kakek tidak bisa menghijab saudara. Alasan yang dikemukakan oleh golongan ini ialah: a. Bahwa saudara-saudara itu hak kewarisannya ditetapkan dengan nash yang sharih (jelas dan pasti) dan tidak mungkin ia dihijab kecuali bila dinyatakan oleh nash atau ijma. b. Bahwa mereka memiliki kedudukan yang sama dalam faktor yang menyebabkan mereka mendapatkan hak kewarisan oleh karena itu, ia juga berhak mendapatkannya. Ia dihubungkan melalui ayah sebagaimana juga kakek dihubungkan kepada pewaris melalui ayah. Ia hanya terhijab oleh ayah yang menghubungkannya kepada pewaris dan tidak terhijab oleh kakek. 31 30 Hajar M, op.cit., h. 68. 31 Amir Syarifuddin, op.cit., h.116-117