BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kependudukan dengan banyaknya jumlah penduduk di

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. Namun di sisi lain dengan jumlah penduduk yang besar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, hingga Agustus 2012 tercatat ada sekitar orang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya sangat banyak. Fenomena yang muncul di dunia pendidikan di Indonesia adalah semakin tinggi pendidikan seseorang probabilitas dia menjadi penganggur pun semakin tinggi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyatakan bahwa, tingkat pengangguran tertinggi dinyatakan dari lulusan perguruan tinggi dengan data 0,5 juta orang di tahun 2011 (http://www.beritasatu.com). Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai berikut: No. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2010 2012 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Sumber: Badan Pusat Statistika www.bps.go.id 2013 2010 2011 2012 (juta jiwa) (%) (juta jiwa) (%) (juta jiwa) (%) 1. Tidak/belum pernah sekolah 157.586 3,81 190.370 3,56 82.411 3,69 2. Belum/tidak tamat SD 600.221 7,45 686.895 8,37 503.379 7,80 3. SD 1.402.858 11,90 1.120.090 10,66 1.449.508 10,34 4. SLTP 1.661.449 11,87 1.890.755 10,43 1.701.294 5,51 5. SLTA Umum 2.149.123 12,78 2.042.629 7,16 1.832.109 7,50 6. SLTA Kejuruan 1.195.192 11,92 1.032.317 8,02 1.041.265 6,95 7. Diploma I,II,III/Akademi 443.222 7,14 244.687 6,56 196.780 6,32 8. Universitas 710.128 6,15 492.343 5,23 438.210 5,13 Total 8.319.779 73,11 7.700.086 64,99 7.244.956 50,98 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat tingkat pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi masih sangat tinggi mencapai setengah juta jiwa. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar berpendapat bahwa jumlah pengangguran yang tinggi disebabkan oleh ekspektasi para lulusan perguruan tinggi terhadap lapangan pekerjaan yang mereka cari. Ekspektasi ini

2 disebakan oleh para lulusan perguruan tinggi yang memilih-milih pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya (http://www.jpnn.com). Hal ini menunjukkan setiap para lulusan perguruan tinggi tidak melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu Pemerintah meminta para sarjana mengembangkam jiwa entrepreuner untuk menciptakan pekerjaan atau berwirausaha. Menurut Zulfadhli dalam Tribun News.com menyatakan bahwa: Tingkat kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara dilihat dari berapa jumlah wirausaha di negara tersebut. Sedikitnya yang harus dimiliki sebanyak 2 persen dari total penduduk, dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta jiwa, maka Indonesia membutuhkan sekitar 4,5 juta lebih wirausahawan. Hanya saja Indonesia saat ini baru memiliki sekitar 0, 24 persen atau sekitar 590 ribu wirausahawan. Jumlah ini jauh dari target minimal sebesar 2 persen atau 4,5 juta wirausahawan. (http://id.berita.yahoo.com) Pendapat ini diperkuat oleh David Mc Clelland seorang ilmuwan dari Amerika Serikat dalam Gallyn (2011:3) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur apabila minimal harus memiliki jumlah entrepreneur atau wirausaha sebanyak 2% dari jumlah populasi penduduknya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa berwirausaha merupakan sumber bagi lahirnya wirausahawirausaha masa depan menurut Gorman et al,; Kourilsky dan Walstad (Indarti dan Rostiani, 2008:12). Berwirausaha merupakan salah satu pilihan yang rasional mengingat sifatnya yang mandiri, sehingga tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang ada (Wijaya, 2007:117). Pendapat yang dikemukakan oleh Syafie dalam Wiedy (2009:6) menyatakan bahwa perekonomian dunia menawarkan tantangan dan kesempatan bagi siapa saja, sehingga dibutuhkan para entrepreneur yang mampu menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang dikawasan free trade (pasar bebas) yang akan dimulai tahun 2020 untuk wilayah Asia Pasifik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa entrepreneur merupakan salah satu alternatif dalam mengurangi permasalahan pengangguran.

3 Entrepreneur adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas, yang sebagian besar mereka adalah pendorong perubahan, inovasi, kemajuan dan perekonomian yang akandatang, orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Longenecker, Moore & Petty dalam Wiedy (2009:10). Berdasarkan hasil survei tahun 2012 (www.id.berita.yahoo.com) sebanyak 83,18 persen lulusan perguruan tinggi berharap menjadi karyawan. Sementara yang bercita-cita menjadi pengusaha hanya 6,14 persen. Data ini menunujukkan bahwa tingkat ketertarikan kalangan terdidik pada wirausaha masih sangat rendah. Sedangkan menurut Wijaya (2007:118) salah satu faktor pendukung menjadi wirausaha adalah adanya keinginan dan keinginan ini oleh Fishbein dan Ajzen disebut sebagai intensi yaitu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Sebagai lembaga pendidikan, perguruan tingi diharapkan mampu mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan mengembangkan intelektual dan keterampilan agar generasi muda dapat melakukan aktualisasi diri. Pendidikan tinggi juga berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keinginan yang tinggi dalam menanamkan jiwa dan sikap kewirausahaan dalam mengatasi masalah perekonomian negara dengan cara menciptakan lapangan kerja. Universitas Pendidikan Indonesia sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia sudah seharusnya menciptakan lulusan sarjana yang memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang wirausaha, khususnya Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis yang diharapkan mampu menciptakan pendidik serta para ekonom yang dapat meningkatkan perekonomian negara. Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu dengan mendidik mahasiswa dan mempersiapkan lulusannya untuk mempelajari kewirausahaan dan menjadikan kewirausahaan sebagai bagian kurikulum yang diberikan di beberapa fakultas salah satunya, yaitu Fakultas

4 Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Sesuai dengan anjuran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dalam Eka Handriani (2011:84) sejak tahun 2009 yang menyatakan bahwa perguruan tinggi hendaknya memasukan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulumnya. Eka Handriani (2011:83) memperkuat pernyataan di atas bahwa: Semua perguruan tinggi di Indonesia seharusya memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum mereka sebagai salah satu mata kuliah pokok yang wajib ditempuh oleh semua mahasiswa. Sehingga perguruan tinggi mampu menciptakan lulusan sarjana yang memiliki mindset sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creators) tetapi, bukan berorientasi mencari pekerjaan terutama sebagai pegawai negeri, dan pegawai swasta (job seekers). Tetapi upaya tersebut masih belum bisa dicapai oleh setiap perguruan tinggi. Dengan upaya memasukkan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulumnya, bahwa faktanya keinginan berwirausaha di kalangan perguruan tinggi masih terbilang rendah. Mery Citra Sondari (2012:2) berpendapat sama dalam penelitiannya bahwa upaya ini belum efektif, para lulusan perguruan tinggi masih saja enggan untuk langsung terjun sebagai wirausahawan, ini terlihat dari berapa lama waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan. Untuk memperkuat kebenaran informasi tersebut, penulis melakukan prapenelitian tentang bagaimana perbandingan antara intensi berwirausaha dengan intensi bekerja sebagai pegawai di instansi pemerintah atau swasta pada mahasiswa setelah lulus kuliah. Prapenelitian yang pertama dilakukan pada mahasiswa di tujuh fakultas yang ada di UPI. Dari ke tujuh fakultas tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) merupakan fakultas yang memiliki intensi berwirausaha pada mahasiswanya masih rendah dibandingkan dengan fakultas lainnya. Dari 25 responden, hanya 9 orang yang memiliki keinginan berwirausaha setelah lulus, sedangkan 16 responden memiliki keinginan untuk bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta.

5 Oleh karena itu, untuk lebih meyakinkan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa FPEB masih rendah, maka prapenelitian dilanjutkan pada mahasiswa disalah satu program studi yang ada di FEPB. Hasil prapenelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. : Tabel 1.2. Pertanyaan dan Jawaban Kuesioner NO. 1. 2. PERNYATAAN Mahasiswa memiliki keinginan untuk bekerja di instansi milik pemerintah atau swasta setelah lulus kuliah. Mahasiswa memiliki keinginan untuk menciptakan pekerjaan/usaha sendiri setelah lulus kuliah. SS S KS TS STS Jumlah Skor Ideal 220 5 4 3 2 1 Skor Skala 115 44 12 12-183 STS 30 16 3 36 13 98 R Sumber : Prapenelitian (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.2. diketahui bahwa lebih dari setengah mahasiswa yang merencanakan setelah menyelesaikan pendidikan untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan swasta/negeri daripada menciptakan lapangan kerja sebagai wirausaha. Hal tersebut dikarenakan bahwa dengan menjadi pegawai swasta/negeri akan mendapatkan penghasilan yang jelas dan kontinyu setiap bulannya dengan tingkat resiko yang rendah. Sedangkan jika menjadi wirausaha masih banyak mahasiswa yang takut untuk mencoba karena takut mengalami kegagalan serta masih memiliki tingkat percaya diri yang rendah.sehubungan dengan pentingnya wirausaha dalam kemajuan bangsa, maka sebagai agent of change, mahasiswa harus dapat menjadi wirausaha demi perubahan yang lebih baik bagi negaranya. Rendahnya keinginan (intensi) berwirausaha di kalangan mahasiswa sangat disayangkan, karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausahawirausaha masa depan (Indarti, 2008:3).

6 Melalui intensi seseorang dapat memprediksikan tindakan yang akan dilakukannya. Jika intensi berwirausaha rendah maka perilaku kewirausahaannya pun akan rendah. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada alternatif guna meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa. Mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi muda yang memiliki pengetahuan serta tingkat kreasi dan inovasi yang tinggi, maka melalui intensi berwirausaha yang matang dan terencana akan menimbulkan dampak terhadap penambahan jumlah wirausaha serta dapat melihat siapa-siapa saja yang akan menjadi seorang wirausaha. Intensi dapat digunakan untuk meramal seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau akan dilaksanakan untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi berwirausaha dapat pula disebut sebagai niatan seseorang untuk melakukan kegiatan wirausaha juga berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap objek perbuatannya. Priyanto dalam Lieli Suharti dan Hani Sirine (2011:126) banyak faktor yang mempengaruhi intensi seseorang untuk melakukan wirausaha. Pada dasarnya pembentukan jiwa kewirausaha-an dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri wirausahawan dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, perilaku, kemauan dan kemampuan individu yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku entrepreneur yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan (pengetahuan, pengalaman pembelajaran, hasil belajar dan akan kebutuhan prestasi), lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain Menurut Indarti (2008:3) salah satu faktor penting dalam menciptakan wirausaha adalah keinginan. Intensi merupakan kesungguhan seseorang untuk melakukan kegiatan wirausaha. Semakin besar intensi seseorang ingin

7 berwirausaha maka akan semakin baik dalam memulai usahanya. Intensi seseorang yang di imbangi dengan pengetahuan kewirausahaan dan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya akan berdampak baik terhadap lahirnya wirausaha baru sehingga dapat menciptakan peluang atau lapangan kerja. Selain pengetahuan kewirausahaan, menurut Shapero dan Sokol dalam Iskandar (2012:96) menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan sebagai akibat dari interaksi antara faktor-faktor kontekstual yang akan bertindak melalui pengaruhnya terhadap persepsi individu. Persepsi individu tentang kewirausahaan akan berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis ingin meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa yang dibatasi pada pengetahuan kewirausahaan dan persepsi mahasiswa pada kewirausahaan sehingga dalam penelitian ini penulis memberi judul Pengetahuan Kewirausahaan dan Persepsi Mahasiswa tentang Kewirausahaan serta Pengaruhnya terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Survei pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran pengetahuan kewirausahaan, persepsi mahasiswa tentang kewirausahaan, dan intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI? 3. Bagaimana pengaruh persepsi mahasiswa tentang kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI? 1.3. Tujuan Peneletian

8 Dengan berpijak pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Bagaimana gambaran pengetahuan kewirausahaan, persepsi mahasiswa tentang kewirausahaan, dan intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI. 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI. 3. Bagaimana pengaruh persepsi mahasiswa tentang kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI. 1.4. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan persepsi mahaiswa pada kewirausahaan dalam menumbuhkan intensi berwirausaha mahasiswa. b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan dan kewirausahaan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut sekitar penelitian sejenis dan sebagai bahan pertimbangan penelitian sejenis. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak fakultas untuk menumbuhkan semangat dan intensi berwirausaha mahasiswa serta mencetak lulusan perguruan tinggi yang mampu menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwirausaha.