: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

dokumen-dokumen yang mirip
Deskripsi Singkat Topik :

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

SAMBUTAN KEPALA DESA

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

PRESS RELEASE. (Hari Kamis tanggal 08 Desember 2014)

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Pemerintah Kota Cirebon

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

PEMERINTAH KOTA BLITAR

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

Rencana Strategis (RENSTRA)

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. antara unsur tidak terjadi sinkronisasi, koordinasi dan harmonisasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau ( ) 1

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah sakit terdapat banyak institusi yang padat karya dengan berbagai sifat, ciri,

Transkripsi:

11 PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman dan skill praja mengenai Pembinaan Wilayah Tingkat Desa.. Metode : Pembelajaran (ceramah, diskusi, tugas terstruktur) 11.1. KONSEP PEMBINAAN WILAYAH Pembinaan wilayah adalah upaya atau tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penataan, pengembangan, pengarahan, dan pembinaan serta pengendalian segenap potensi dan permasalahan dalam wilayah (desa) secara berdaya guna dan berhasil guna dengan pendekatan kesejahteraan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembinaan wilayah adalah membina masyarakat agar dapat dan mampu meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan sumber daya dan turut serta dalam memanfaatkan dan mengembangkan kondisi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dan agama. 132

Dalam pembinaan wilayah terkandung makna pembangunan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks pembangunan, tidak terlepas dari kemajuan peradaban dan semakin kompleksnya kebutuhan manusia, maka dengan menggunakan kecerdasannya manusia selalu melakukan upaya-upaya tertentu. Pada hakekatnya upaya-upaya tersebut ditujukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dalam pemenuhan kebutuhan. Keinginan untuk meraih sesuatu yang lebih baik inilah yang menjadi energi (kekuatan) pendorong yang besar untuk selalu melakukan upaya-upaya perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan. Upaya upaya perubahan dan perbaikan untuk menuju dan meraih suatu keadaan yang lebih baik didasarkan pada norma-norma atau nilai-nilai tertentu. Dalam melakukan perubahan atau perbaikan tersebut tidak terlepas dari serangkaian terencana, agar perubahan atau perbaikan yang dilakukan dapat mencapai sasaran dan tujuan yang telah digariskan dengan didukung oleh segenap potensi yang ada. Upaya perubahan atau perbaikan untuk menuju dan meraih keadaan yang lebih baik secara terencana berdasarkan norma-norma atau nilai-nilai tertentu inilah yang disebut pembangunan. Pembangunan mencakup upaya peningkatan semua segi kehidupan masyarakat, baik berupa pembangunan fisik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan, ideologi dan agama. Terkait dengan konteks wilayah sebagai ruang atau lingkungan kerja perangkat pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum, yang mana tujuan dan pendekatannya adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan dalam artian yang luas, mencakup berbagai tindakan yang dilakukan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf hidup yang lebih 133

baik tidak hanya diukur dari ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga mencakup aspek sosial, mental dan kehidupan spiritual. Kesejahteraan sebagai suatu keadaan atau kondisi. Kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin. Kondisi yang memungkinkan bagi setiap warga masyarakat untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi dan kewajiban sesuai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Kesejahteraan sebagai suatu gerakan. Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan telah menyebar luas ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Dimana kesejahteraan merupakan sesuatu hal yang mendapat perhatian secara seksama oleh segala lapisan masyarakat. Di sini kesejahteraan sosial merupakan keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas terkait dengan berbagai kehidupan masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain-lain (Adi, I.R., 2001:26-27). Selanjutnya, Adi, I.R. (2001:28-29) mengemukakan bahwa dalam kaitan pembangunan sosial dengan kesejahteraan sosial, beberapa strategi pembangunan sosial dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, yaitu : Pembangunan sosial melalui individu (social development by individuals), dimana individu-individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha 134

pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat. Ini mengarah pada pendekatan individualis atau perusahaan (enterprise approach). Pembangunan sosial melalui komunitas (social development by communities), dimana kelompok masyarakat secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas lokalnya. Dikenal dengan pendekatan komunitas (communitarian approach). Pembangunan sosial melalui pemerintah (social development by government), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga dalam organisasi pemerintah (government agencies). Dikenal dengan pendekatan statis (statist approach). Pada dasarnya ketiga upaya pembangunan tersebut di atas adalah merupakan pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memberdayakan (mengembangkan masyarakat dari keadaan tidak (atau kurang) berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginannya. Mendorong masyarakat untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan mengatasi permasalahan yang dihadapi, sehingga masyarakat memiliki kesadaran, kekuasaan penuh dan kemampuan dalam membentuk hari depannya. Namun demikian, adakalanya pemerintah (government agencies) perlu melakukan intervensi. Intervensi di level mikro (fokus sasaran pada individu, keluarga dan kelompok) atau intervensi di level makro (fokus sasaran pada komunitas dan organisasi). Ada kecenderungan orang menganggap intervensi pada konotasi yang negatif dalam arti turut campur sehingga menghilangkan atau 135

membelenggu kemandirian atau hak masyarakat. Akan tetapi tidak selalu demikian. Intervenasi di sini dalam makna turut campur pihak lain dalam membantu atau memfasilitasi masyarakat dalam mendorong atau menstimulasi munculnya atau mempercepat terjadinya perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik, dimana kemandirian dan hak-hak masyarakat tetap dihormati dan dijunjung tinggi. 11.2. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kegiatan yang terencana/terprogram dalam upaya perbaikan/perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Pembangunan adalah suatu usaha perubahan/perbaikan ke keadaan yang lebih baik secara terencana/terprogram dengan mendayagunakan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam berdasarkan norma-norma (nilai-nilai) tertentu, yaitu nilai-nilai (sosial budaya) lokal. Pembangunan desa merupakan keseluruhan proses pembangunan yang berlangsung di pedesaan, dan merupakan sub sistem pembangunan nasional dan regional. Pembangunan desa mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat yang meliputi pembangunan fisik dan nonfisik dan bersifat multi sektoral. Pengertian atau makna perencanaan belum tentu sama bagi setiap orang. Perencanaan bisa berarti suatu pekerjaan yang rumit penuh dengan kegiatan analisis yang memerlukan pemikiran yang serius dan keahlian tertentu. Namun, bagi sebagian orang perencanaan dapat pula berarti suatu pekerjaan yang mudah, 136

sederhana dan sudah jelas urut-urutan kegiatannya. Secara sederhana, pada berbagai bidang pekerjaan perencanaan mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan, membuat dan memilih langkah-langkah (aktivitas) untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dalam arti luas adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaikbaiknya dengan sumber daya yang ada agar efisien dan efektif. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang akan dicapai, apa yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Tarigan R. (2008) mengemukakan definisi perencanaan sebagai berikut : (1) Dalam definisi yang sangat sederhana, perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. (2) Dengan memperhatikan adanya faktor pembatas dalam mencapai tujuan. Karena adanya keterbatasan faktor-faktor produksi (sumber daya), sementara kita menginginkan kepuasan yang optimal dalam keterbatasan faktor-faktor produksi tersebut. Pada tingkatan ini perencanaan didefinisikan sebagai menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. (3) Dalam mencapai tujuan, selain keterbatasan faktor-faktor produksi, juga ada faktor lain berupa adanya faktor luar yang turut berpengaruh dalam 137

pencapaian tujuan tersebut. Faktor tersebut bersifat eksternal yang diluar kendali kita. Misalnya adanya persaing dari daerah lain atau perusahaan lain dan sebagainya. Ini tentu berada di luar kendali kita untuk mengatur pihak pesaing. Dengan memperhatikan adanya faktor eksternal, pengertian perencanaan di sini adalah menetapkan suatu tujuan setelah memperhatikan faktor pembatas internal dan pengaruh eksternal, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. (4) Dalam tahapan yang lebih detail (rumit) perencanaan tidak hanya menganalisis faktor pembatas (internal) dan faktor eksternal yang turut berpengaruh. Akan tetapi juga melakukan peramalan. Dimana setelah menganalisis dan mengetahui kondisi saat ini, harus dibuat proyeksi atau peramalan atas berbagai variabel (internal dan eksternal) yang turut berpengaruh terhadap sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini perencanaan dapat berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. (5) Definisi perencanaan sebaimana diuraikan diatas belum menyentuh faktor atau unsur wilayah di dalamnya. Dengan mengkaitkan unsur wilayah, maka harus ditambahkan dengan unsur lokasi dimana perencanaan tersebut akan diterapkan. Di sini pengertian perencanaan adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, 138

menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Albert Waterson dalam Tjokroamidjojo (1991) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan adalah melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan dengan terus mengikuti/melakukan pengawasan agar pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan. Salah satu kegiatan penting dalam usaha pembangunan yang baik adalah perencanaan pembangunan. Tujuan perencanaan pembangunan (termasuk perencanaan pembangunan desa) adalah : Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar wilayah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antara desa dengan pemerintahan yang lebih atas; Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dalam perencanaan pembangunan desa tidak dapat dilepaskan dari perencanaan strategis. Perencanaan strategis mengacu pada perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan yang memungkinkan tercapainya 139

tujuan. Proses perencanaan strategis paling tidak mencakup tiga tahap, yaitu perumusan, pelaksanaan dan evaluasi (Fred R. David, 2004). Selanjutnya perencanaan pembangunan desa dibahas secara detail pada mata pelatihan Praktek Perencanaan Pembangunan Desa. 11.3. LATIHAN 1. Peserta pelatihan melakukan diskusi kelompok tentang pembangunan desa serta urgensi dan relevansinya terhadap kemajuan desa. 2. Peserta pelatihan secara individual ditugaskan untuk membuat paper tentang Pembangunan Desa dan Problematikanya. 140