KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 509 /KMK.06/2002 TENTANG LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.01/2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 100/PMK.010/2007 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 296/KMK.017/2000 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 230/KMK.017/1993 TENTANG MAKSIMUM IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR DATA ELEKTRONIK UNTUK LAPORAN AKTUARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

Naskah peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PP Nomor 76 Tahun 1992 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2016 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 343/KMK.017/1998 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Daftar Pustaka. Artikel:

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992

BAB II LANDASAN TEORI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512 /KMK.06/2002 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2016 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

2017, No pengendalian pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa mengacu ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.02/2015 tentang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/KMK.03/2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2010 TENTANG

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1996 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM.

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Program Pensiun diselenggarakan untuk memberikan jaminan terpeliharanya kesinambungan penghasilan Peserta pada saat pensiun atau Pihak Yang Berhak apabila Peserta meninggal dunia; b. bahwa pendanaan Program Pensiun yang terutama berasal dari iuran, khususnya pada Program Pensiun Manfaat Pasti, perlu diselenggarakan secara terarah agar kelangsungan penyelenggaraan program dimaksud dapat terjamin; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pendanaan dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 37 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3477); 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263), sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3567); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 126 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3507); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M/1993 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Aktuaris adalah orang yang berdasarkan pendidikan dan pengalamannya diakui mempunyai keahlian melakukan perhitungan matematika dalam rangka penilaian dan pembiayaan Program Pensiun, dan bekerja pada Perusahaan Konsultan Aktuaria yang telah memperoleh ijin usaha dari Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian; Page 1 of 7

2. Laporan Aktuaris adalah laporan mengenai kewajiban Dana Pensiun dan iuran kepada Dana Pensiun beserta metode, asumsi, dan data yang dipergunakan untuk melakukan perhitungan aktuaria, yang disusun di bawah arahan dan ditandatangani oleh Aktuaris; 3. Kekayaan adalah kekayaan Dana Pensiun yang diperhitungkan dalam rangka pendanaan Program Pensiun; 4. Kewajiban Solvabilitas adalah kewajiban Dana Pensiun yang merupakan jumlah yang lebih besar di antara himpunan iuran Peserta beserta hasil pengembangannya, dan nilai sekarang Manfaat Pensiun Peserta yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa Dana Pensiun dibubarkan pada tanggal perhitungan aktuaria, dengan asumsi setiap Peserta telah memiliki hak atas dana; 5. Kewajiban Aktuaria adalah kewajiban Dana Pensiun yang merupakan jumlah yang lebih besar di antara Kewajiban Solvabilitas dan bagian dari nilai sekarang Manfaat Pensiun yang dialokasikan pada masa sebelum tanggal perhitungan menurut metode perhitungan aktuaria yang digunakan untuk menentukan Iuran Normal; 6. Surplus adalah kelebihan Kekayaan atas Kewajiban Aktuaria; 7. Defisit adalah kekurangan Kekayaan dari Kewajiban Aktuaria; 8. Defisit Pra-Undang-undang adalah bagian dari Defisit yang timbul pada Program Pensiun yang telah ada sebelum berlakunya Undang-undang Dana Pensiun dan berkaitan dengan masa kerja sebelum berlakunya Undang-undang dimaksud, sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Aktuaris pertama yang disusun berdasarkan Keputusan ini; 9. Defisit Masa Kerja Lalu adalah Defisit dikurangi sisa Defisit Pra-Undang-undang; 10. Kekurangan Solvabilitas adalah kekurangan Kekayaan dari Kewajiban Solvabilitas; 11. Rasio Pendanaan adalah hasil bagi Kekayaan oleh Kewajiban Aktuaria; 12. Dana Terpenuhi adalah keadaan Dana Pensiun yang Kekayaannya tidak kurang dari Kewajiban Aktuarianya; 13. Iuran Normal adalah iuran yang diperlukan dalam satu tahun untuk mendanai bagian dari nilai sekarang Manfaat Pensiun yang dialokasikan pada tahun yang bersangkutan, sesuai dengan metode perhitungan aktuaria yang dipergunakan; 14. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BAB II TANGGUNG JAWAB PENDIRI TERHADAP PENDANAAN DANA PENSIUN Pasal 2 Pendiri bertanggung jawab untuk menjaga agar Dana Pensiun berada dalam keadaan Dana Terpenuhi, atau dalam hal keadaan tersebut belum tercapai, bertanggung jawab agar Dana Pensiun secara bertahap mendekati keadaan Dana Terpenuhi. BAB III PENDANAAN DAN SOLVABILITAS PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI Pasal 3 (1) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dalam hal Dana Pensiun menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, Pemberi Kerja harus melakukan pembayaran : a. Iuran Normal, baik yang berasal dari Peserta, sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun, maupun dari Pemberi Kerja; b. Iuran tambahan, dalam hal terdapat Defisit. Page 2 of 7

(2) Iuran tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dapat terdiri dari : a. iuran tambahan dalam rangka melunasi Defisit Pra-Undang-undang; b. iuran tambahan dalam rangka menutup Kekurangan Solvabilitas; c. iuran tambahan dalam rangka melunasi Defisit Masa Kerja Lalu selain yang telah diperhitungkan sebagai Kekurangan Solvabilitas. Pasal 4 (1) Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti harus melaporkan kualitas pendanaan secara berkala. (2) Penilaian kualitas pendanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan perhitungan aktuaria. (3) Kualitas Pendanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi keadaan-keadaan sebagai berikut : a. Tingkat pertama, yaitu apabila Dana Pensiun berada dalam keadaan Dana Terpenuhi; b. Tingkat kedua, yaitu apabila Kekayaan kurang dari Kewajiban Aktuaria tetapi tidak kurang dari Kewajiban Solvabilitas; c. Tingkat ketiga, yaitu apabila Kekayaan kurang dari Kewajiban Solvabilitas. Pasal 5 (1) Perhitungan aktuaria dalam rangka penetapan kualitas pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, harus dilakukan dengan menentukan : a. besar Kewajiban Aktuaria; b. besar Kewajiban Solvabilitas. (2) Dengan membandingkan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap nilai Kekayaan yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan portofolio investasi terakhir yang telah diaudit, harus dilakukan penghitungan : a. Defisit Pra-Undang-undang; b. bagian dari Defisit Masa Kerja Lalu yang dikategorikan sebagai Kekurangan Solvabilitas; c. bagian dari Defisit Masa Kerja Lalu di luar yang telah diperhitungkan sebagai Kekurangan Solvabilitas. (3) Kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari : a. investasi; b. kas, rekening giro dan sertifikat Bank Indonesia; c. piutang yang diperkenankan berdasarkan Undang-undang Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannnya; d. perangkat komputer. Pasal 6 Dalam rangka pendanaan Program Pensiun Manfaat Pasti, besar iuran bulanan adalah : a. 1/12 (seperdua belas) dari jumlah Iuran Normal untuk setiap Peserta; dan b. iuran tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), yang diperlukan untuk menutup Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2). Pasal 7 (1) Defisit Pra-Undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a wajib dilunasi dengan iuran tambahan bulanan yang sama besarnya, dalam periode yang dimulai sejak Defisit dimaksud pertama kali diakui berdasarkan perhitungan aktuaria sampai dengan : a. selambat-lambatnya 31 Desember 2024; Page 3 of 7

b. secepat-cepatnya 31 Desember 1999. (2) Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b wajib dilunasi dengan iuran tambahan bulanan yang sama besarnya, dalam periode yang dimulai sejak Defisit dimaksud pertama kali diakui berdasarkan perhitungan aktuaria sampai dengan : a. selambat-lambatnya 60 (enam puluh) bulan kemudian; b. secepat-cepatnya 36 (tiga puluh enam) bulan kemudian. (3) Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c wajib dilunasi dengan iuran tambahan bulanan yang sama besarnya, dalam periode yang dimulai sejak Defisit dimaksud pertama kali diakui berdasarkan perhitungan aktuaria sampai dengan : a. selambat-lambatnya 180 (seratus delapan puluh) bulan kemudian; b. secepat-cepatnya 60 (enam puluh) bulan kemudian. Pasal 8 (1) Iuran tambahan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dihitung sedemikian rupa sehingga nilai sekarang dari rangkaian iuran tambahan yang akan dilakukan dalam periode pengangsuran sama dengan besar Defisit yang bersangkutan. (2) Pada Laporan Aktuaris berikutnya, besar iuran tambahan bulanan dapat diperhitungkan kembali dalam rangka melunasi Defisit yang bersangkutan dalam periode pengangsuran yang lebih pendek. (3) Periode pengangsuran yang lebih pendek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat berakhir lebih cepat daripada akhir periode terpendek yang dimungkinkan pada saat Defisit yang bersangkutan pertama kali diakui berdasarkan perhitungan aktuaria. (4) Rangkaian iuran tambahan bulanan harus terus dibayarkan sesuai dengan penetapan pertama kali, sebagaimana diatur dalam ayat (1), atau sesuai dengan perubahannya, sebagaimana diatur dalam ayat (2), kecuali apabila harus dihapus sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1). (5) Dalam hal perhitungan aktuaria menunjukkan bahwa nilai sekarang sisa rangkaian iuran tambahan bulanan yang ditetapkan dalam pernyataan Aktuaris sebelumnya kurang dari sisa Defisit yang bersangkutan, maka selisihnya harus dilunasi dalam periode sebagai berikut : a. Untuk Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, secepat-cepatnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan dan selambat-lambatnya selama 60 (enam puluh) bulan; b. Untuk Defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, secepat-cepatnya selama 60 (enam puluh) bulan dan selambat-lambatnya selama 180 (seratus delapan puluh) bulan. (6) Besar iuran tambahan bulanan untuk melunasi selisih sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) ditentukan sedemikian rupa sehingga nilai sekarang rangkaian iuran tambahan bulanan dimaksud sama dengan selisih yang bersangkutan. (7) Dalam iuran tambahan terkandung beban tambahan sebagai akibat pelunasan Defisit dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dan beban tambahan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari iuran tambahan dimaksud. Pasal 9 Dalam hal Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti memiliki Kekurangan Solvabilitas, maka setiap pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligus atau pengalihan ke Dana Pensiun lain hanya dapat dilakukan apabila salah satu keadaan berikut terpenuhi : a. Peserta atau Janda/Juda atau Anak meninggal dunia, dan pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligaus atau pengalihan ke Dana Pensiun lain diperkenankan oleh peraturan perundangundangan di bidang Dana Pensiun; b. Peserta pensiun dan pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligus diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan di bidang Dana Pensiun; Page 4 of 7

c. Laporan Aktuaris berikutnya menunjukan bahwa pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligus atau pengalihan ke Dana Pensiun lain dimaksud tidak mengurangi Rasio Pendanaan yang telah dicapai sebelumnya, atau Pendiri menjamin bahwa Rasio Pendanaan tidak berkurang, yang dinyatakan dalam pernyataan Pendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5). Pasal 10 (1) Bila Laporan Aktuaris menunjukkan adanya Surplus, sisa iuran tambahan yang sudah diperhitungkan sebelumnya harus dihapus. (2) Iuran Normal Pemberi Kerja dapat diperhitungkan dari Surplus. (3) Dalam hal Surplus melebihi jumlah yang lebih besar di antara : a. 20% (dua puluh perseratus) dari Kewajiban Aktuaria; dan b. bagian Iuran Normal Pemberi Kerja ditambah 10% (sepuluh perseratus) dari Kewajiban Aktuaria. maka kelebihan Surplus dimaksud wajib digunakan sebagai Iuran Normal Pemberi Kerja. BAB IV PENDANAAN PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI Pasal 11 (1) Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti berada dalam keadaan Dana Terpenuhi apabila iuran bulanan jatuh tempo telah disetorkan kepada Dana Pensiun. (2) Iuran bulanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah jumlah iuran-iuran untuk seluruh Peserta, baik yang berasal dari Pemberi Kerja maupun Peserta, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. BAB V TANGGUNG JAWAB PENDIRI TERHADAP PENYETORAN IURAN KE DANA PENSIUN Pasal 12 Pendiri bertanggung jawab agar iuran-iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) atau Pasal 11 ayat (2) disetorkan ke Dana Pensiun sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun atau pernyataan Aktuaris. BAB VI LAPORAN AKTUARIS UNTUK PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI Pasal 13 (1) Laporan Aktuari sekurang-kurangnya harus memuat : a. pernyataan Aktuaris; b. informasi dan asumsi yang menjadi dasar dari pernyataan Aktuaris dimaksud; dan c. hal-hal lain yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan. (2) Laporan Aktuaris harus dilengkapi dengan pernyataan yang ditandatangani Pendiri yang menyatakan bahwa data dan Peraturan Dana Pensiun yang disampaikan kepada Aktuaris lengkap dan benar. (3) Kewajiban Aktuaria dan Kewajiban Solvabilitas yang dilaporkan dalam Laporan Aktuaris harus dihitung per tanggal perhitungan aktuaria. (4) Tanggal perhitungan aktuaria sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) menjadi awal periode pembayaran iuran-iuran sebagaimana ditetapkan dalam Laporan Aktuaris dimaksud. Page 5 of 7

(5) Laporan Aktuaris harus dilengkapi pula dengan pernyataan yang ditandatangani Pendiri yang menyatakan bahwa Pendiri telah memahami kualitas pendanaan dari Dana Pensiun yang bersangkutan dan sanggup memenuhi iuran-iuran sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditetapkan dalam pernyataan Aktuaris. (6) Pengurus Dana Pensiun wajib menyampaikan Laporan Aktuaris dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal perhitungan aktuaria sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). Pasal 14 (1) Pernyataan aktuaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a harus memuat : a. pernyataan bahwa data yang diterima Aktuaris, sepanjang pengetahuannya, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan untuk maksud penyusunan Laporan Aktuaris, dan untuk itu telah dilakukan pengujian guna menilai keandalannya; b. pernyataan bahwa Laporan Aktuaris dimaksud : i. memenuhi ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Dana Pensiun; ii. telah disusun berdasarkan Peraturan Dana Pensiun; iii. menggunakan asumsi-asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai untuk Dana Pensiun yang bersangkutan; dan iv. menggunakan metode-metode perhitungan yang sesuai dengan prinsip-prinsip aktuaria yang wajar dan diterima secara umum; c. penegasan mengenai besar Kekayaan, Kewajiban Aktuaria, Kewajiban Solvabilitas, Surplus dan Defisit, dan kualitas pendanaan; d. penegasan mengenai : i. besar Iuran Normal yang perlu dibayarkan selama satu tahun buku berikutnya, diperinci untuk bagian yang harus dibayarkan Peserta dan yang harus dibayarkan Pemberi Kerja. ii. rumus perhitungan besar Iuran Normal, khususnya yang harus dibayarkan oleh Pemberi Kerja, untuk tahun-tahun sesudah tahun buku sebagaimana dimaksud dalam butir i sampai dengan penyampaian Laporan Aktuaris berikutnya; e. penegasan mengenai besar iuran tambahan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) beserta periode pembayarannya. (2) Dalam hal Laporan Aktuaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau pernyataan Aktuaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh karyawan Pendiri, Mitra Pendiri atau Pengurus, kecuali apabila Pengurus adalah badan usaha yang tidak berafiliasi kepada Pendiri atau Mitra Pendiri, maka Laporan Aktuaris atau pernyataan Aktuaris dimaksud harus ditandatangani pula oleh Aktuaris yang tidak berafiliasi kepada pihak-pihak tersebut di atas. (3) Dalam hal Laporan Aktuaris atau pernyataan Aktuaris terbukti tidak sesuai dengan susunan dan bentuk yang ditetapkan Menteri, atau perhitungan aktuaria dilakukan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip aktuaris yang wajar dan diterima umum, Dewan Pengawas Dana Pensiun yang bersangkutan dilarang menunjuk Aktuaris dimaksud untuk menyusun Laporan Aktuaris atau pernyataan Aktuaris untuk periode-periode berikutnya. Pasal 15 (1) Penyampaian Laporan Aktuaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ditujukan kepada Direktur Jenderal Lembaga Keuangan cq Direktur Dana Pensiun. (2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut : a. diserahkan langsung ke kantor Direktorat Dana Pensiun; b. dikirim melalui kantor pos secara tercatat; c. dikirim melalui perusahaan jasa pengiriman/titipan. Page 6 of 7

(3) Dalam hal penyampaian Laporan Aktuaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlambat dilakukan, Pendiri dikenakan denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk setiap hari keterlambatan terhitung sejak hari pertama setelah masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) berakhir. (4) Dalam rangka pengenaan denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), tanggal penyampaian Laporan Aktuaris adalah : a. tanggal penerimaan pengiriman, apabila Laporan Aktuaris diserahkan langsung ke kantor Direktoran Dana Pensiun; b. tanggal pengiriman dalam tanda bukti pengiriman, apabila Laporan Aktuaris dikirim melalui kantor pos atau jasa pengiriman/titipan. (5) Pengenaan denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir pada tanggal penyampaian Laporan Aktuaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (4). (6) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib dibayarkan ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara. (7) Penyampaian Laporan Aktuaris setelah melewati jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) tidak menghapuskan kewajiban pembayaran denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), dan dalam hal Pendiri belum membayar denda, denda tersebut dinyatakan sebagai hutang kepada negara yang harus dicantumkan dalam neraca Pendiri yang bersangkutan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 (1) Ketentuan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan. (2) Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : JAKARTA pada tanggal : 3 Pebruari 1995 MENTERI KEUANGAN ttd. MAR IE MUHAMMAD Page 7 of 7