PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

Oleh Saryana PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

EFEKTIVITAS MODUL BERBASIS MASALAH PADA PERKULIAHAN KPB 2 TERHADAP AKTIVITAS MAHASISWA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Noflion 1, Pebriyenni 1, Hendra Hidayat 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

Transkripsi:

PENERAPAN INDONESIA LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA HEWAN Moro, H.K.E.P, Nani Aprilia, Tatag Bagus P, Novi Febrianti, Irfan Yunianto, Risanti Dhaniaputri, Indro Prastowo, Arief Abdillah, Hani Irawati Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Abstrak Penerapan Indonesia Lesson Study (ILS) berlangsung empat langkah yaitu: (1) Pengamatan karya kelompok, (2) Presentasi hasil karya, (3) Diskusi kelas, (4) Penjelasan narasumber. Keempat langkah tersebut sebagai kegiatan belajar untuk pencarian dan penggalian pengetahuan sebagai dasar pengetahuan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian ini diharapkan meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang pada mulanya berpusat pada dosen, akan beralih berpusat kepada mahasiswa. Penelitian ini bersifat kolaboratif. Untuk pelaksanaan dilakukan oleh dosen pengampu, sedangkan pengamat adalah dosen sejawat. Penelitian ini dilakukan di kuliah Teknik Budidaya Hewan, dengan materi : tempat budidaya, teknik pemeliharaan, kendala budidaya, dan pemanfaatan hewan budidaya. Data yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan kemudian dianalisis, teknik analisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Dengan ILS mahasiswa mampu meningkat keaktifannya dalam perkuliahan. Kata kunci :Lesson Study, aktifitas mahasiswa, Teknik Budidaya Hewan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Tugas dosen dalam menyampaikan perkuliahan ada dua, Pertama memilih metode yang tepat agar mahasiswa belajar dengan baik. Proses pembelajaran yang baik berorientasi hasil belajar, keberagaman, dan pembelajaran menggunakan pendekatan/metode yang bervariasi. Dosen bukan satu-satunya sumber belajar (Muslich, 2007). Kedua, dosen membantu mahasiswa mendapatkan informasi baru, mengembangkan ide-ide, ketrampilan memecahkan masalah, cara berpikir kritis, cara mengemukakan pendapat, dan cara memperoleh nilai-nilai karakter. Bentuk-bentuk kegiatan belajarnya adalah belajar pemecahan masalah, penemuan terbimbing, lembar kerja mahasiswa, model proyek, dan belajar kooperatif (Djamarah dan Zain, 2006). Teknik Budidaya Hewan (TBH) merupakan mata kuliah pilihan di program studi Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan. Kuliah ini untuk memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan budidaya hewan bagi calon guru agar dapat melakukan kegiatan wirausaha

selain profesi utamanya. Beban kuliah TBH 2 (dua) sks tanpa praktikum, sebenarnya kurang efektif jika sampai tingkat trampil melakukan budidaya. Untuk pengetahuan dapat disampaikan sebatas dasar-dasar budidaya, itupun pada jenis hewan tertentu. Hasil Ujian Tengah Semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh nilai rata-rata 55,4. Hal ini berarti secara klasikal masih dibawah kriteria ketuntasan 70. Mahasiswa yang mencapai kriteria ketuntasan hanya 8 dari 42 mahasiswa dengan persentase sebesar 19%. Pengaruh proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas diduga merupakan salah satu penyebabnya. Mahasiswa aktifitas belajarnya sangat kurang, mereka mengandalkan copi materi presentasi dosen, tidak mencatat, jarang mengajukan pertanyaan/memberikan pendapat, bahkan diantaranya berbicara sendiri dengan teman disamping atau bermain gedget. Beberapa teknik seperti : penugasan, tanya jawab, humor, ilustrasi melalui video maupun cerita, belum berhasil memancing aktifitas mahasiswa. Hasil evaluasi sementara menyimpulkan pembelajaran berlangsung satu arah. Dosen mendominasi menjelaskan materi pembelajaran. Mahasiswa menunggu materi yang disampaikan, tanpa ada inisiatif mencari dan menggali informasi terkait secara mandiri sebelum materi disajikan di kelas. Salah satu metode yang dapat mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran adalah metode diskusi. Metode ini dapat membuat mahasiswa lebih aktif dan menjadi subyek belajar yang mencari informasi awal materi yang harus dikuasai. Tahapan metode diskusi mendorong mahasiswa melakukan persiapan memecahkan masalah yang tidak diketahui, memberi alasan atas informasi / tugas yang dikerjakan, mengungkapkan apa yang diketahui, menanyakan hal yang tidak diketahui melalui diskusi, mengajarkan kembali kepada temannya, dan melakukan perencanaan (Djamarah dan Zain, 2006). Metode diskusi tersebut dimodifikasi dalam pelaksanaan lesson study untuk meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam matakuliah TBH. Pembelajaran tersebut kemudian diberi nama Indonesia Lesson Study (ILS). Tahapan ILS meliputi penyederhanaan metode diskusi, yakni : (1) Pengamatan karya kelompok, (2) Presentasi hasil karya, (3) Diskusi kelas, dan (4) Penjelasan narasumber Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah Apakah penerapan Indonesia Lesson Study dapat meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam mata kuliah TBH pada materi : tempat budidaya, teknik pemeliharaan, kendala budidaya, dan pemanfaatan hewan budidaya. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktifitas mahasiswa melalui penerapan ILS dalam perkuliahan TBH. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dosen dosen rumpun zoologi untuk meningkatkan kualitas perkualiahan, memperbaiki dan meningkatkan aktifitas mahasiswa, menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran biologi yang dapat

diterapkan di prodi Pendidikan Biologi, dan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan keaktifan mahasiswa, maupun penelitian selanjutnya. KAJIAN PUSTAKA a. Pengertian Keaktifan Aktifitas adalah kegiatan fisik maupun mental, berbuat dan berfikir sebagai rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Riyanto Y., 2009). Kegiatan fisik adalah aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, maupun bekerja. Kegiatan mental (kejiwaan) adalah jiwa yang bekerja atau berfungsi dalam pembelajaran. Keaktifan mahasiswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, membangun pemahaman atas permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Rousseau dalam Riyanto Y. (2009) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas, proses pembelajaran tidak akan terjadi. Belajar memerlukan latihan-latihan dan individu merupakan manusia belajar yang aktif yang selalu ingin tahu (Dimyati, 2009). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri. Dapat disimpulkan bahwa aktifitas mahasiswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif. Aktivitas mahasiswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di perkuliahan. Jenis jenis aktivitas mahasiswa dalam belajar misalnya seperti yang ditulis Riyanto Y. (2009) adalah 1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.

Penilaian proses pembelajaran salah satunya adalah melihat sejauh mana aktifitas mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Sagala S. (2008) menyatakan aktifitas dapat dilihat dalam partisipasi melaksanakan tugas belajarnya; partisipasi pemecahan masalah; bertanya kepada orang lain atau dosen apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk; menilai kemampuan dirinya dan hasil hasil yang diperolehnya; melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; menggunakan kesempatan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan mahasiswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian mahasiswa, mendengarkan,memecahkan soal (mental activities). b. Pengertian Metode Diskusi Metode mengajar mempunyai peranan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar mahasiswa (Djamarah & Zain, 2006). Metode adalah cara yang digunakan oleh dosen dalam mengadakan hubungan dengan mahasiswa pada saat berlangsung pengajaran (Suharsimi Arikunto, 2005). Peran metode mengajar yaitu sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya akan menguntungkan apabila dosen mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Winarno Surakhmad dalam Riyanto Y. (2009), mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi metode mengajar sebagai berikut: 1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya. 2) Peserta didik yang berbagai macam tingkat kematangannya. 3) Situasi yang berbagai macam keadaanya. 4) Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitas. 5) Pribadi dosen serta kemampuan profesionalnya yang berbeda beda. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Metode yang dapat diterapkan pada pengajaran biologi cukup banyak. Hal ini karena hakekat biologi yang merupakan perpaduan berbagai aspek kehidupan organisme. Setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahannya masing masing. Dalam pembelajaran biologi harus melakukan perpaduan berbagai metode. Jenis jenis metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan diantaranya yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode tugas belajar, metode kerja kelompok, dan lain-lain.

Menurut berbagai pengertian tentang metode belajar, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode belajar adalah cara yang dilakukan oleh dosen untuk mencapai tujuan belajar dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan hubungan dengan mahasiswa dalam prose pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode belajar ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Pada kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh dosen dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir ILS dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa. ILS merupakan suatu penugasan tematik yang menggambarkan kemampuan suatu kelompok menyelesaikan permasalahan/ tugas dalam bentuk karya dengan benar di setiap tatap muka pada suatu perkuliahan. Pada ILS sisi dosen sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai subjek, sehingga pola interaksi yang terjadi adalah antara dosen dan mahasiswa, serta mahasiswa dengan mahasiswa. Langkah langkah ILS adalah 1) Dosen memberikan tugas kelompok berupa karya yang harus dibawa pada perkuliahan 2) Setiap kelompok dapat berkunjung / maupun melihat sebelum perkuliahan karya kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan atas karya/tugas yang dipamerkan kelompok lain. 3) Mahasiswa mendiskusikan hasil kunjungannya di dalam kelompok dengan Lembar Kerja Mahasiswa. 4) Dosen menjadi fasilitator dalam memancing diskusi kelas melalui apresiasi yang diberikan setiap kelompok pada kelompok lain 5) Jika pada permasalahan yang bersifat teknis dosen dapat berfungsi sebagai narasumber. 6) Dosen memberikan ulasan terhadap hal yang dipelajari peserta didik. Kelebihan ILS yaitu metode yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif. Metode ini lebih memfokuskan kepada mahasiswa sebagai subjek belajar dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pengetahuan melalui berbagai interaksi baik dengan dosen maupun dengan temannya sendiri. Selain itu, diskusi ILS dapat menciptakan perhatian mahasiswa yang lebih. Hal tersebut terlihat ketika mahasiswa secara berkelompok mengerjakan sebuah karya dengan informasi atau permasalahan yang diberikan dosen. Pembelajaran tidak berjalan jika mahasiswa gagal menyajikan karya yang menjawab permasalahan atau wujud penggalian informasi pada perkuliahan sebelummya. Proses interaksi pembelajaran seperti itu memberi implikasi sosial. ILS dapat membangkitkan keberanian mahasiswa dalam mengemukakan ide dan gagasan dengan tuntutan pertanyaan dari teman lain maupun dosen. ILS juga melatih mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik, dapat pula merangsang mahasiswa mengemukakan pendapat sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam perkuliahan tersebut.

METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kolaboratif. Dikatakan kolaboratif pada penelitian ini dosen dan observer dilibatkan secara serentak. Dalam hal ini pelaksanaan penelitian oleh dosen pengampu sendiri yang selanjutnya disebut sebagai dosen model. Sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Subjek dan obyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas teknik budidaya hewan yang berjumlah 42 mahasiswa. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penerapan ILS dalam meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah teknik budidaya hewan pada materi : tempat budidaya, teknik pemeliharaan, kendala budidaya, dan pemanfaatan hewan budidaya. Penelitian ini terdiri dari empat pertemuan, dengan tindakan yang mengacu pada langkah-langkah penerapan metode diskusi, selanjutnya pada pertemuan kedua tindakan yang dilakukan adalah berdasarkan hasil refleksi dari pertemuan pertama. Setiap pertemuan memiliki 3 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebelum penelitian dimulai dilakukan refleksi awal berdasarkan permasalahan yang ditemukan di kelas teknik budidaya hewan. Data yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan dan wawancara kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data tentang aktivitas mahasiswa dan dosen didasarkan dari lembar pengamatan dan wawancara selama proses pembelajaran. Selanjutnya digunakan untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan. Tindakan dan Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika aktifitas dalam penerapan ILS dapat menciptakan pembelajaran yang aktif di kelas teknik budidaya hewan HASIL & PEMBAHASAN a) Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada pengamatan pendahuluan, dosen belum begitu jelas dalam menyampaikan teknis pelaksanaan pembelajaran sehingga mahasiswa tidak begitu paham dengan apa itu tugas karya dan kaitannya dengan lembar Kerja Mahasiswa (LKM). Pada pertemuan ini, dari hasil

pengamatan terlihat aktifitas yang dilakukan dosen terdapat kesalahan, yaitu dosen menjelaskan materi yang seharusnya dikerjakan dan diisi oleh mahasiswa secara individu maupun kelompok. Hal ini disebabkan, banyak mahasiswa yang bingung dalam mengerjakan tugas tersebut, karena belum terbiasa. Dosen belum dapat mengatur waktu dengan baik. Aktifitas mahasiswa terlihat masih banyak mahasiswa yang belum terlibat berdiskusi dengan kelompoknya maupun di kelas. Mahasiswa masih bersifat acuh tak acuh. Situasi mahasiswa kelas teknik budidaya hewan dalam pengamatan pertemuan pertama ini masih tidak aktif dan kurang tertarik dengan pembelajaran. Hanya sedikit siswa yang terdorong untuk mau mengungkapkan pengetahuannya atau menanyakan apa yang tidak diketahuinya. Dari hasil pengamatan ini, peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa masih belum terbiasa menyelesaikan masalah secara individu maupun kelompok (mengerjakan tugas dalam LKM) dan masih bingung dengan bentuk tugas yang diberikan dosen. Selain itu, mahasiswa juga masih belum memiliki kesadaran akan perannya dalam kelompok seperti mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok. Selanjutnya dilaksanakan pertemuan kedua, dengan penerapan ILS menghilangkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dosen pada pertemuan pendahuluan. Hal ini dapat dilihat pada lembar hasil pengamatan pada pertemuan pertemuan ini, dosen telah menjelaskan teknis pelaksanaan pembelajaran dan memberikan pengarahan kepada mahasiswa dalam mengerjakan tugas karya dan LKM. Aktifitas mahasiswa terlihat sudah semakin baik. Mahasiswa sudah mulai dapat berdiskusi dalam kelompok meskipun model pertanyaan yang selalu sama. Sebagian besar mahasiswa langsung menanyakan apa yang tidak diketahuinya kepada teman kelompok lain tanpa merencanakan terlebih dahulu kepada anggota kelompoknya. Menanggapi hal ini, dosen menegaskan kepada mahasiswa agar mendiskusikan permasalahan yang mereka temui kepada anggota kelompoknya terlebih dahulu sebelum bertanya kepada kelompok lain karena fungsi kelompok adalah untuk memecahkan masalah bersama-sama melalui diskusi. Aktifitas lainnya sudah sesuai dengan SAP dan langkah pembelajaran yang ditetapkan. Pertemuan ketiga, dari hasil pengamatan terlihat aktifitas yang dilakukan dosen sudah sesuai dengan SAP meskipun dosen memberikan bimbingan masih terfokus pada kelompok. Aktivitas mahasiswa sudah ada peningkatan, mahasiswa sudah mulai terbiasa dalam mengerjakan LKM secara individu dan mendiskusikannya dengan kelompok meskipun masih terdapat soal tugas yang tidak dapat diselesaikan dan masih ada mahasiswa yang bertanya kepada dosen dalam menyelesaikan LKM.

Pada pertemuan kedua, berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada lembar pengamatan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah semakin baik walaupun masih ada terdapat kekurangan. Pertemuan keempat, terdapat beberapa kesalahan pada aktivitas dosen dan mahasiswa. Lembar Evaluasi dan penilaian sejawat diberikan bersamaan dengan diskusi kelompok dirasakan mengganggu. Sedangkan pada aktifitas mahasiswa, masih terdapat mahasiswa yang belum terlibat dengan pembelajaran sehingga siswa tersebut cenderung didominasi temannya atau melamun sendiri. Pertemuan ketiga dan keempat, berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada lembar hasil pengamatan terlihat aktivitas dosen dan mahasiswa telah terlaksana sesuai dengan SAP. Aktifitas mahasiswa sudah semakin baik, siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok dan mengerjakan LKM. Hal ini dapat dilihat pada lembar hasil pengamatan. Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dalam pembelajaran sudah terlaksana sesuai dengan perencanaan. b) Keberhasilan Tindakan Penerapan ILS dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa. Secara keseluruhan berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung terlihat perubahan pada aktivitas belajar mahasiswa yang semakin baik. Mahasiswa berusaha memahami materi terlebih dahulu sebab pengetahuan itu diperlukan untuk mengerjakan tugas karya di setiap awal pembelajaran. Mahasiswa juga sudah mulai mau bertanya kepada teman, bertanya kepada dosen untuk memecahkan masalah yang tidak dapat diselesaikannya. Mahasiswa lebih berani mengeluarkan pendapatnya dalam berdiskusi dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan dosen dengan baik. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007) bahwa mahasiswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Penerapan ILS dalam pembelajaran pada mahasiswa kelas teknik budidaya hewan telah dapat mengubah proses pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh dosen. Hal ini menyebabkan aktifitas mahasiswa meningkat, seperti yang terlihat pada kelompok Mencit (Gambar 1). Dari ketujuh mahasiswa di kelompok Mencit secara umum mengalami peningkatan aktifitas dimulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat. Bahkan pada mahasiswa nomor 4 mengalami peningkatan cukup tinggi (75%) sejak pertemuan kedua.

Presentase Presentase 150 100 50 0 Kelompok Mencit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 2 3 4 5 6 7 SUBJEK Keaktifan Kepercayaan diri Inisiatif Gambar 1. Data aktifitas mahasiswa kelompok Mencit pada Pertemuan 1-4. Hasil serupa juga ditemukan pada kelompok lainnya seperti Tokek, Tupai, Lovebird, dan Angsa. Pada kelompok Hamster terdapat hasil yang menarik. Pada mahasiswa nomor 4,5, dan 7 meskipun dari keaktifan terlihat namun kepercayaan diri dan inisiatifnya sangat kuran dan cenderung tidak ada (Gambar 2). Hal ini disebabkan adanya anggota yang mendominasi kelompok sehingga kedua aspek tersebut tidak terlihat pada ketiganya. Hal ini kemungkinan karena kelas teknik budidaya hewan merupakan mata kuliah pillihan yang dapat diambil mahasiswa mulai semester 5 sampai semester tua. Ketika kelompok terdapat mahasiswa semester tua akan cenderung dikuasai oleh mahasiswa tersebut, khususnya dalam diskusi kelompok 80 40 60 20 0 Kelompok Hamster 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 2 3 4 5 6 7 SUBJEK Keaktifan Kepercayaan diri Inisiatif Gambar 2. Data aktifitas mahasiswa kelompok Hamster pada Pertemuan 1-4 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan ILS dalam pembelajaran dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas yang pada mulanya berpusat pada dosen telah berubah menjadi berpusat pada mahasiswa, meskipun belum begitu optimal namun telah dapat meningkatkan aktifitas mahasiswa.

KESIMPULAN 1) Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan ILS dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktifitas mahasiswa kelas teknik budidaya hewan dalam pembelajaran tempat budidaya, teknik pemeliharaan, kendala budidaya dan pemanfaatan hewan budidaya di semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. 2) Berdasarkan analisis data aktivitas dosen dan mahasiswa serta pelaksanaan penelitian masih terdapat kekurangan-kekurangan yaitu: a. Dosen masih kurang dalam mengelola waktu di setiap tahapan-tahapan pembelajaran b. Pada tahapan diskusi kelompok, mahasiswa masih ada yang cenderung pasif dalam menyelesaikan permasalahnnya. c. Dalam pemanfaatan kehidupan sehari-hari, yaitu rasa ingin mempraktekkan dan minat dalam mempelajari teknik budidaya hewan belum dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Muslich, M. (2007). (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Usman, M.U. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.