PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN KULIT PADA PASIEN THORAX TERHADAP DOSIS RADIASI DI UDARA DENGAN SUMBER RADIASI PESAWAT SINAR-X

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINAR X DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

PENENTUAN KOEFISIEN SERAPAN KAYU BANGKIRAI (SHOREA LAEVIFOLIA) DAN PERBANDINGANNYA TERHADAP TIMBAL (Pb) SEBAGAI DINDING RUANG RADIOLOGI DIAGNOSTIK

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI ABSTRAK

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

LATAR BELAKANG Latar Belakang Kegiatan Litbangyasa

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

EVALUASI METODE PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI PADA RUANG DIGITAL RADIOGRAFI

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

ABSTRAK

PRIMA Volume 8, Nomor 1, Juni 2011 ISSN : DESAIN PINTU RUANG PESAWAT SINAR-X DARI BAHAN KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

ANALISIS PAPARAN RADIASI DI SEKITAR RUANG ROENTGEN PASIEN INSTALASI RUMAH SAKIT PARU JEMBER SKRIPSI. Oleh : Dewi Yuliana NIM

Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN ESTIMASI ENTRANCE SKIN DOSE PADA PASIEN RADIOGRAFI DENTAL PANORAMIK SKRIPSI

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

KAJIAN KESELAMA TAN RADIASI DALAM PERANCANGAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Penulis koresponden. Alamat

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

TEORI DASAR RADIOTERAPI

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

Transkripsi:

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI Dira Rizki Martem 1, Dian Milvita 1, Helfi Yuliati 2, Dyah Dwi Kusumawati 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2) PTKMR BATAN, Jakarta, Indonesia e-mail: dirarezkimartem@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran dosis radiasi di Ruangan Radiologi II Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Baiturrahmah Padang menggunakan Surveymeter Unfors-Xi. Pengukuran dosis radiasi dilakukan pada 10 titik pengukuran yang di tempatkan di dalam ruangan maupun di sekitar ruangan. Pengukuran dosis radiasi dilakukan saat penyinaran panoramik dan intraoral. Hasil pengukuran dosis radiasi digunakan untuk menentukan efektivitas perisai radiasi. Hasil penelitian menunjukkan interval dosis radiasi pada penyinaran panoramik sebesar 0,37 55,69 ngy dan pada penyinaran intraoral sebesar 0,074 43,76 ngy. Perisai radiasi Ruangan Radiologi II termasuk perisai yang baik, mampu mengurangi radiasi sebesar 99,33% saat penyinaran panoramik dan 99,83% saat penyinaran intraoral. Kata kunci : dosis radiasi, Surveymeter Unfors-Xi, efektivitas perisai radiasi ABSTRACT Research on measurement of radiation dose in Radiology Room II in the Dental Hospital of Baiturrahmah Padang using Surveymeter Unfors-Xi has been done. Measurement of radiation dose was conducted at 10 measurement points either in the room or around the room. Measurement of dose radiation was applied at panoramic and intraoral irradiation. The result of dose radiation measurement was used to determine shielding effectiveness of radiation. The result showed that dose interval of panoramic irradiation is 0.37-55.69 ngy and the dose interval of intraoral irradiation is 0.074-43.76 ngy. The radiation shield of Radiology Room II has a good radiation shield, which is able to diminish 99,33% and 99,83% of radiation on panoramic and intraoral irradiation, respectively. Keywords : radiation dose, Surveymeter Unfors-Xi, shielding effectiveness of radiation I. PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang ilmu radiologi yang menggunakan pencitraan untuk mendiagnosis penyakit dengan memanfaatkan radiasi pengion. Salah satu alat radiodiagnostik yaitu dental. Dental merupakan alat untuk mendiagnosis gangguan pada gigi dengan memanfaatkan radiasi pengion. Pemanfaatan radiasi pengion berupa sinar-x selain memberikan manfaat bagi dunia kedokteran, juga berpotensi memberikan efek merugikan bagi pekerja, pasien dan masyarakat. Proteksi radiasi merupakan aspek yang sangat penting dalam pengendalian efek yang merugikan ini. Oleh sebab itu setiap instalasi radiologi harus memperhatikan proteksi radiasi terutama proteksi untuk ruangan radiologi. Desain ruang radiologi sesuai standar yang berlaku dapat dilihat pada Gambar 1 (IAEA, 2006). Gambar 1 Desain ruang radiologi 414

Penelitian yang berhubungan dengan pengukuran dosis radiasi, telah dilakukan oleh Rudi, dkk.(2012) menggunakan surveymeter digital, pengukuran dilakukan pada tabung sumber sinar-x dan di sekitar ruang pesawat radiodiagnostik RS dr Kariadi Semarang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan tertinggi berada di atas tabung sebesar 0,153 mr/jam, sedangkan paparan tertinggi di lingkungan ruang pesawat sinar-x berada di ruang operator CR (Computed Radiography) sebesar 0,031 mr/jam. Disimpulkan bahwa tabung dan lingkungan pesawat sinar-x termasuk layak dipakai dan aman ditempati. Penelitian lain yang berhubungan dengan efektivitas dilakukan oleh Laitabun, dkk.(2013) mengukur paparan radiasi menggunakan surveymeter untuk radiasi sebelum dan setelah menembus kaca Timbal (Pb) pada enam titik pengukuran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kaca Pb menurunkan laju paparan hingga 99,51%. Dosis radiasi adalah jumlah radiasi ionisasi atau jumlah energi radiasi yang melewati objek kemudian radiasi diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya. Perisai radiasi diperlukan untuk menyerap radiasi sehingga dapat mengurangi intensitas radiasi yang dipancarkan dan mengurangi penerimaan dosis radiasi oleh tubuh manusia. Apabila radiasi masuk ke dalam bahan perisai radiasi, maka sebagian dari radiasi tersebut akan diserap oleh bahan. Semakin besar efektivitas perisai radiasi suatu ruangan maka perisai radiasi ruangan tersebut semakin baik dalam menyerap radiasi. Surveymeter digunakan untuk mengukur intensitas radiasi, dalam bentuk paparan atau dosis radiasi di lokasi pengukuran secara langsung. Surveymeter lebih diutamakan untuk mengukur radiasi eksternal seperti sinar gamma, sinar-x dan neutron, selain itu surveymeter juga dapat mengukur radiasi alfa dan beta. Surveymeter Unfors-Xi memiliki kelebihan dari pada surveymeter lainnya, karena Surveymeter Unfors-Xi mampu mendeteksi dosis radiasi yang sangat rendah bahkan dalam skala nanogray. Pembacaan dosis radiasi secara digital pada Surveymeter Unfors-Xi juga memudahkan pemakai dalam menggunakannya (Tsoufanidis, 1983). II. METODE Penelitian pengukuran dosis radiasi ruangan radiologi II Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Baiturrahmah Padang menggunakan Surveymeter Unfors-Xi dilakukan pada 10 titik pengukuran. Titik pengukuran dosis radiasi dapat dilihat pada Gambar 2. Keterangan : 1 samping kanan panoramik dan intraoral 2 koridor kanan 3 depan pintu masuk ruagan 4 di luar pintu masuk ruangan 5 samping kiri panoramik dan intraoral 6 sterilisasi alat dan bahan 7 belakang panoramik dan intraoral 8 depan lift 9 depan ruang kontrol 10 dalam ruang kontrol Gambar 2 Titik pengukuran dosis radiasi Peralatan yang digunakan adalah Surveymeter Unfors-Xi digunakan untuk mengukur dosis radiasi. Dental panoramik sebagai sumber radiasi sinar-x yang memeriksa gigi secara keseluruhan. Dental Intraoral sebagai sumber radiasi sinar-x dan hasil pencitraan untuk satu gigi. 415

Langkah-langkah pengukuran dosis radiasi ruangan radiologi II dengan menentukan titik pengukuran baik di dalam maupun di luar ruangan, baik pada penyinaran panoramik maupun intraoral. Sebelum panoramik dan intraoral diaktifkan, Surveymeter Unfors-Xi ditempelkan di titik pengukuran yang telah ditentukan. Setelah alat panoramik dan intraoral diaktifkan, hasil pembacaan dosis radiasi pada Surveymeter Unfors-Xi langsung dicatat karena hasil pengukuran pada Surveymeter Unfors-Xi langsung hilang ketika dilakukan pengukuran selanjutnya. Cara yang sama dilakukan dari satu titik ke titik pengukuran lainnya hingga 10 titik pengukuran baik pada penyinaran panoramik maupun intraoral. Hasil pengukuran dosis radiasi ruangan radiologi II digunakan untuk menentukan persentase efektivitas bahan perisai radiasi. Persentase efektivitas bahan perisai radiasi ruangan radiologi II menggunakan Persamaan 1. D0 D Efektivitas x100% (1) D 0 III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pengukuran Dosis Radiasi di Ruangan Radiologi II RSGM Baiturrahmah Padang Menggunakan Surveymeter Unfors-Xi Hasil pengukuran dosis radiasi di ruangan radiologi II pada saat penyinaran panoramik berada pada rentang (0,37 55,69) ngy. Dosis radiasi yang terukur lebih tinggi pada posisi pengukuran di belakang alat panoramik dan intraoral (titik no. 7) sebesar 55,69 ngy. Hal ini disebabkan posisi pengukuran berada paling dekat dengan sumber radiasi sinar-x. Sedangkan dosis radiasi yang terukur lebih rendah pada posisi pengukuran di depan ruangan lift (titik no. 8) sebesar 0,37 ngy. Posisi pengukuran ini berada jauh dari sumber radiasi sinar-x dan pembuatan lift pada posisi tersebut mempengaruhi dosis radiasi yang terukur. Pengukuran dosis radiasi saat penyinaran dengan intraoral berada pada rentang (32,56 0,074) ngy. Posisi pengukuran di belakang alat panoramik dan intraoral (titik no. 7) memiliki dosis radiasi yang terukur lebih tinggi sebesar 32,56 ngy. Posisi pengukuran pada titik ini memiliki jarak yang lebih dekat dengan sumber radiasi sinar-x. Pada posisi pengukuran di depan ruangan lift (titik no. 8) memiliki dosis radiasi yeng terukur lebih rendah sebesar 0,074 ngy. Dosis radiasi yang terukur lebih kecil pada posisi ini karena posisi pengukuran berada jauh dari sumber radiasi sinar-x dan terdapat lift yang mempengaruhi berkurangnya dosis radiasi. Perbedaan dosis radiasi yang terukur pada penyinaran dengan panoramik dan intraoral di pengaruhi oleh faktor jarak antara sumber radiasi dengan titik pengukuran. Rudi, dkk (2012) menyimpulkan bahwa semakin dekat titik pengukuran dengan sumber radiasi maka dosis radiasi yang diterima semakin besar, untuk mencegah penerimaan radiasi dilakukan dengan menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi. Hasil pengukuran dosis radiasi saat panoramik diaktifkan memiliki dosis radiasi lebih tinggi dari dosis radiasi saat intraoral diaktifkan. Perbedaan tegangan, arus dan waktu penyinaran antara panoramik dan intraoral menyebabkan pengukuran dosis radiasi yang jauh berbeda. Perbedaan tegangan yang diberikan mempengaruhi energi radiasi yang dipancarkan sumber radiasi, perbedaan arus mempengaruhi jelas atau tidaknya hasil pencitraan pada film radiologi dan waktu penyinaran mempengaruhi besar atau kecil radiasi yang dikeluarkan sumber radiasi. Panoramik memiliki tegangan, arus, dan waktu penyinaran yang lebih besar dari intraoral sehingga didapatkan dosis radiasi lebih besar. Menurut Rudi, dkk (2012) faktor waktu merupakan hal yang harus diperhitungkan saat penggunaan sumber radiasi. Radiasi yang diterima sebanding dengan lamanya sumber radiasi bekerja. Semakin lama sumber radiasi bekerja maka radiasi yang dipancarkan juga semakin besar, demikian sebaliknya. Hasil pengukuran dosis radiasi menggunakan Surveymeter Unfors-Xi di ruangan radiologi II RSGM Baiturrahmah Padang ditunjukkan pada Tabel 1. Pengukuran dosis radiasi menunjukkan bahwa dosis radiasi pada ruangan radiologi II masih aman bagi pekerja, mahasiswa dan pasien untuk beraktivitas di sekitar ruangan tersebut, karena hasil pengukuran dosis radiasi yang diperoleh berada di bawah nilai batas toleransi sebesar 0,25 mgy. 416

Tabel 1 Hasil pengukuran dosis radiasi di ruangan radiologi II menggunakan Surveymeter Unfors-Xi Panora Intraor mik al Titik Posisi Pengukuran pengukuran Dosis radiasi (ngy) Dosis radiasi (ngy) 1 Samping kanan panoramik dan intraoral 20,68 18,22 2 Koridor kanan 2,01 0,11 3 Depan pintu masuk ruagan 16,53 12,48 4 Di luar pintu masuk ruangan 1,95 0,58 5 Samping kiri panoramik dan intraoral 50,31 32,56 6 Sterilisasi alat dan bahan 2,21 0,66 7 Belakang panoramik dan intraoral 55,69 43,76 8 Depan lift 0,37 0,07 9 Depan ruang kontrol 27,97 20,91 10 Dalam ruang kontrol 3,71 1,15 Nilai maksimum 55,69 32,56 Nilai minimum 0,37 0,07 3.2 Penentuan Persentase Efektivitas Perisai Radiasi di Ruangan Radiologi II Pada saat penyinaran panoramik, persentase efektivitas perisai radiasi berkisar (99,33 86,76) %, nilai persentase tersebut menunjukkan kemampuan perisai radiasi untuk mengurangi dosis radiasi. Persentase efektivitas tertinggi pada pengukuran no. 4 yaitu sebesar 99,33 % karena pengukuran dosis radiasi berada di belakang sumber radiasi dan pengukuran dosis radiasi berada di depan lift. Adanya pembangunan lift berpengaruh terhadap berkurangnya dosis radiasi, karena bahan pembuatan lift menyebabkan dinding ruangan radiologi semakin tebal dan mampu menyerap dosis radiasi. Persentase efektivitas terendah berada pada no. 5 yaitu sebesar 86,76 %, karena pengukuran dosis radiasi pada no. 5 berada di depan ruang kontrol dan di dalam ruang kontrol. Ruang kontrol ruangan radiologi II tidak tertutup perisai radiasi secara keseluruhan sehingga saat dilakukan penyinaran, radiasi menyebar masuk ke dalam ruang kontrol menyebabkan persentase efektivitas perisai radiasi rendah. Pada penyinaran intraoral, interval persentase efektivitas perisai radiasi sebesar (99,83 94,47)%. Sama halnya saat penyinaran panoramik, nilai persentase tertinggi pada pengukuran no. 4 sebesar 99,83% dan persentase terendah pada pengukuran no. 5 sebesar 94,47%. Intraoral memberikan dosis radiasi yang rendah pada saat penyinaran sehingga persentase efektivitas perisai radiasi lebih besar dari pada saat penyinaran panoramik. Persentase efektivitas perisai radiasi ruangan radiologi II pada saat penyinaran panoramik maupun intraoral diperoleh menggunakan Persamaan 1. Hasil persentase efektivitas perisai radiasi ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase efektivitas perisai radiasi ruangan radiologi II No Panoramik Intraoral Titik Pengukuran D 0 (Gambar 3.4) D Efektivitas D 0 D Efektivitas (ngy) (ngy) (%) (ngy) (ngy) (%) 1 1-2 20,68 2,01 90,24 18,22 0,11 99,42 2 3-4 16,53 1,95 88,19 12,48 0,58 95,35 3 5-6 50,31 2,21 95,62 32,56 0,66 97,97 4 7-8 55,69 0,37 99,33 43,76 0,07 99,83 5 9-10 27,97 3,70 86,76 20,91 1,15 94,47 Besarnya persentase efektivitas ruangan radiologi II menunjukkan ruangan radiologi II memiliki perisai radiasi yang baik dalam penyerapan radiasi. Namun pada ruang kontrol yang tidak ditutupi perisai radiasi secara keseluruhan menyebabkan persentase efektivitas pada ruangan tersebut rendah karena adanya radiasi yang masuk ke dalam ruang kontrol mengakibatkan radiografer banyak menerima dosis radiasi dibandingkan jika ruang kontrol 417

ditutup perisai radiasi secara keseluruhan. Menurut Laitabun, dkk (2013) penggunaan perisai radiasi pada ruangan radiologi untuk menyerap radiasi yang terjadi pada saat penyinaran. Nilai persentase efektifitas suatu bahan perisai radiasi menunjukkan suatu bahan perisai radiasi baik atau tidak dalam penyerapan radiasi. Tingginya persentase efektivitas menunjukkan suatu bahan perisai radiasi baik dalam penyerapan dan mengurangi dosis radiasi. Sebaliknya, jika persentase efektivitas suatu bahan perisai radiasi rendah, maka bahan tersebut tidak baik sebagai perisai radiasi. IV. KESIMPULAN Dosis radiasi terukur pada penyinaran panoramik sebesar (0,37 55,69) ngy dan pada penyinaran intraoral sebesar ( 0,074 43,76) ngy. Hasil pengukuran dosis radiasi tersebut berada dibawah nilai batas toleransi sebesar 0,25 mgy, oleh karena itu ruangan radiologi II aman bagi pekerja, mahasiswa dan pasien yang beraktivitas di sekitar ruangan radiologi II. Efektivitas perisai radiasi ruangan radiologi II merupakan perisai yang baik, mampu mengurangi radiasi sebesar 99,33% saat penyinaran panoramik dan 99,83% saat penyinaran intraoral. DAFTAR PUSTAKA IAEA, 2006, Applying Radiation Safety Standars in Diagnostic Radiology and Interventional Procedures Using X Rays, Safety Report Series No. 39, Vienna. Laitabun, Y.M., Heri, S., dan Choirul, A., 2013, Pengukuran Laju Paparan Radiasi Sinar-X pada Ruang Operator RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, Youngster Physics Journal, Vol.2, No.1, Fisika Undip, hal 49-52. Rudi, Pratiwi dan Susilo, 2012, Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat Sinar-X di Instalasi Radiodiagnostik untuk Proteksi Radiasi, Unnes Physics Journal, Vol.1, No1, Jur. FisikaUnnes, hal 20-24. Tsoulfanidis, N., 1983, Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere Publishing Corparation, New York. 418