Makalah Penerimaan Negara

dokumen-dokumen yang mirip
PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO

S U M B E R P E N E R I M A A N N E G A R A

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sumber Penerimaan Daerah dalam Pelaksanaan Desentralisasi

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

Keuangan Kabupaten Karanganyar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

REALISASI SEMENTARA APBNP

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2004

ANALISIS POTENSI PAJAK NEGARA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG

NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2002 (21/2002) TENTANG

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

Desentralisasi dan Hubungan Pusat - Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2002

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

Transkripsi:

Makalah Penerimaan Negara Disusun Oleh: Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penerimaan Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sumber-sumber Penerimaan Negara Jenis-jenis Penerimaan Negara Kesimpulan Daftar pustaka Halaman 1 1 1 2 3 5 10 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan Sumber-sumber penerimaan Negara berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia. Sumber-sumber penerimaan Negara antara lain pajak, retribusi, pinjaman,keuntungan BUMN/BUMD, dll,,dan penerimaan negara yang paling potensial adalah dari peneriman pajak. Dapat dikatakan setiap tahunnya penerimaan negara dari sektor pajak mengalami kenaikan. Pada dasarnya penerimaan negara didapat dari masyarakat dan semestinya digunakan lagi bagi kepentingan masyarakat pada umumnya.pada awalnya masyarakat awam hanya mengetahui penerimaan negara hanya pada sektor pajak saja, dan dalam hal ini kita akan menjelaskan mengenai sumber-sumber ataupun jenis-jenis penerimaan negara dari beberapa sektor. B. Rumusan Masalah Bagaimana peran penerimaan negara bagi kesejahteraan masyarakat? Bagaiman peran penerimaan negara untuk kemajuan perekonomian? C. Tujuan Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber dari penerimaan negara. Mengetahui tentang struktur perekonomian suatu Negara. Agar dapat mengetahui keadaan perekonomian suatu negara. Dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah. Agar dapat mengetahui jenis-jenis penerimaan negara.

BAB II PEMBAHASAN A. Penerimaan Negara Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya. Pendapatan Negara dan Hibah, 2006-2011 (triliun rupiah) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P 1.Penerimaan Dalam Negeri 636.2 706.1 979.3 847.1 992.3 1.165.3 a.penerimaan Perpajakan 409.2 491.0 658.7 619.9 723.3 878.7 b.pnbp 227.0 215.1 320.6 227.2 268.9 286.6 2.Hibah 1.8 1.7 2.3 1.7 3.0 4.7 Jumlah 638.0 707.8 981.6 848.8 995.3 1.169.9 Penerimaan dalam negeri meningkat rata-rata sebesar 11.8 % dalam periode tahun 2006-2010. penerimaan perpajakan memberikan kontribusi sebesar 69.4 % terhadap penerimaan dalam negeri, sedangkan PNBP sebesar 30.6 %.

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Belanja Negara terbagi menjadi dua bagian yaitu : Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya. Uraian 2006 LKPP. 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembiayaan Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial\ 8. Belanja Lain-lain Belanja Pemerintah Pusat, 2006-2011 (triliun rupiah) 73.3 47.2 55.0 79.1 107.4-40.7 37.4 2007 90.4 54.5 64.3 79.8 150.2-49.8 15.6 2008 112.8 56.0 72.8 88.4 275.3-57.7 30.3 2009 127.7 80.7 75.9 93.8 138.1-73.8 38.9 2010 148.1 97.6 80.3 88.4 192.7 0,7 68.6 21.7 2011 APBN- P 182.9 142.8 141.0 106.6 237.2 0.4 81.8 15.6 Total 440.0 504.6 693.4 628.8 697.4 908.2

Dalam kurun waktu 2006-2010, realisasi belanja pegawai secara nominal mengalami peningkatan sebesar 20,1 % per tahun, sementara belanja barang mengalami peningkatan sebesar 24,8 % per tahun, dan realisasi belanja modal mengalami peningkatan sebesar 20,7 %, sedangkan pembayaran bunga utang secara nominal mengalami peningkatan sebesar 6,2 % per tahun namun porsinya cenderung menurun, sementara subsidi berfluktuasi, secara nominal mengalami peningkatan sebesar 17,2 % per tahun. Dalam kurun waktu 2006-2008 pemerintah tidak mengalokasikan anggaran belanja hibah, tahun 2009 di anggarkan 31,6 miliar namun tidak terserap seluruhnya karena proses penerbitan dokumen pencairan tidak terealisasikan. Pada tahun 2010 terealisasi 70,0 miliar atau 28,8 %. Sementara bantuan sosial mengalami peningkatan sebesar 15,0 %. Sedangkan belanja lain-lain pada tahun 2006 terealisasi sebesar 8,5 % dan turun1,7 % pada tahun 2011. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi: Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Otonomi Khusus. Transfer ke daerah, 2006-2011 (miliar rupiah) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P 1.Dana Perimbangan a. Dana bagi hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 222.130,6 64.900,3 145.664,2 11.566,1 243.967,2 62.942,0 164.787,4 16.237,8 278.714,7 78.420,2 179.507,1 20.787,3 287.251,5 76.129,9 186.414,1 24.707,4 316.771,3 92.183,5 203,571,5 20.956,3 347.538,6 96.772,1 225.533,7 25.232,8 2. Dana Otsus dan penyesuaian a. Dana Otonomi khusus b. Dana Penyesuian 4.049,4 3.488,3 561,1 9.296,0 4.045,7 5.250,3 13.718,8 7.510,3 6.208,5 21.333,8 9.526,6 11.807,2 28.016,3 9.099,6 18.916,7 64.969,3 10.421,3 54.548,0 Jumlah 226.180,0 253.263,0 292.433,5 308.585,3 344.727,6 412.507,9

Secara keseluruhan realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 11,5 % pertahun. Dan secara keseluruhan dana otonomi khusus dan penyesuaian mengalami peningkatan. Fungsi APBN : Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan, jalan, dan taman umum. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun. Fungsi stabilisasi, yaitu APBN berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keuangan negara teratur. Jika pendapatan dipakai sesuai dengan yang di terapkan, APBN berfungsi sebagai stabilisator C. Sumber-sumber Penerimaan Negara Penerimaan Dalam Negeri a. Pajak Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya. Jenis pajak di Indonesia: Pajak Pusat: ( PPh ) Pajak Penghasilan ( PPN ) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa ( PPn-BM ) Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PBB ) Pajak Bumi dan Bangunan Dan lain-lain

Penerimaan Dalam Negeri, 2006-2010 (triliun rupiah) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN- P 1.Penerimaan Perpajakan a. Pajak Dalam Negeri i.pajak Penghasilan a) Migas b)nonmigas ii.pajak Pertambahan Nilai iii.pajak Bumi dan Bangunan iv.bphtb v. Cukai vi. Pajak Lainnya b. Pajak Perdagangan Internasional i.bea Masuk ii. Bea Keluar 409.2 396.0 208.8 43.2 165.6 123.0 20.9 3.2 37.8 2.3 13.2 12.1 1.1 491.0 470.1 238.4 44.0 194.4 154.5 23.7 6.0 44.7 2.7 20.9 16.7 4.2 658.7 622.4 327.5 77.0 250.5 209.6 25.4 5.6 51.3 3.0 36.3 22.8 13.6 619.9 601.3 317.6 50.0 267.6 193.1 24.3 6.5 56.7 3.1 18.7 18.1 0.6 723.3 694.4 357.0 58.9 298.2 230.6 28.6 8.0 66.2 4.0 28.9 20.0 8.9 878.7 831.7 432.0 65.2 366.7 298.4 29.1 0.0 68.1 4.2 46.9 21.5 25.4 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak a.penerimaan SDA i.migas\ ii.nonmigas b.bagian Laba BUMN c.pnbp Lainnya d.pendapatan Badan Layanan Umum 227.0 167.5 158.1 9.4 21.5 38.0 0.0 215.1 132.9 124.8 8.1 23.2 56.9 2.1 320.6 224.5 211.6 12.8 29.1 63.3 3.7 227.2 139.0 125.8 13.2 26.0 53.8 8.4 268.9 168.8 152.7 16.1 30.1 59.4 10.6 286.6 192.0 173.2 18.8 28.8 50.3 15.4 Total 636.2 706.1 979.3 847.1 992.2 1.165.3 Dalam periode 2006-2010, Pph merupakan komponen terbesar dalam penerimaan pajak dalam negeri sebesar 52,1 %. Sementara, PPN dan PPnBM sebagai penyumbang terbesar kedua sebesar 32,6 %. Sedangkan pajak perdagangan internasional sebesar 4,0 % terhdapa total

penerimaan perpajakan dengan kontribusi bea masuk sebesar 3,1 % dan bea keluar sebesar 0,9 %. Pajak Daerah: ( PKB ) Pajak Kendaraan Bermotor ( PHR ) Pajak Hotel dan Restoran Pajak Reklame Pajak Hiburan Pajak Bahan Bakar b. Retribusi Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh daerah berdasarkan peraturan daerah (pemungutannya dapat dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya. Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang sekolah, dll Retribusi daerah dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu retribusi jasa umum,retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. 1. Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum dapat disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. c. Keuntungan BUMN/BUMD Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN. Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD. d. Denda dan Sita Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan pemerintah. Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll e. Pencetakan Uang Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi f. Pinjaman Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran. Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali, berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Sumber pinjaman bisa berasal dari pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank, maupun individu

g. Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu, institusi, atau pemerintah. Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Dan tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan, hadiah, dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah. h. Penyelenggaraan Undian Berhadiah Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah dengan menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara. Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan. Banyak negara menyelenggarakan undian berhadiah, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah). Penerimaan Luar Negeri a. Pinjaman program Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan pinjaman luar negeri yang segera dapat dicairkan. b.pinjaman proyek Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari reaksi komitmen pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya.

Penerimaan Luar Negeri, 2006 2011 (Miliar Rupiah) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P 1.Pinjaman Program 2.Pinjaman Proyek 13.579,6 16.093,0 19.607,5 14.462,6 30.100,4 20.118,3 28.937,7 29.724,3 28.974,6 25.820,2 19.201,8 36.981,1 Total 29.672,6 34.070,1 50.218,7 58.662,0 54.794,8 56.182,9 Secara rinci realisasi penarikan pinjaman proyek secara rata-rata hanya mencapai 70,9 persen dari target, dan penarikan program secara rata-rata mencapai 102,6 persen. Secara nominal realisasi pinjaman proyek cenderung meningkat. selama periode 2006-2010 realisasi pinjaman program relatif sesuai dengan target yang ditetapkan. Dalam periode tahun 2007-2008, penarikan pinjaman program mengalami peningkatanyang terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan dalam mengantisipasi keterbatasanpenerbitan SBN akibat krisis global. Meskipun demikian, pada periode tahun 2009 2011 terdapat kecenderungan menurun seiring dengan kebijakan pengadaan pinjaman yang diarahkan kepada pinjaman proyek. D. Jenis-jenis Penerimaan Negara Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan negara dibedakan menjadi: 1) Penerimaan Pemerintah Pusat a) Penerimaan Pembiayaan Pinjaman sektor Perbankan Pinjaman luar negeri Penjualan Obligasi Pemerintah Privatisasi BUMN Penjualan aset pemerintah b) Penerimaan Negara dan Hibah Penerimaan Dalam Negeri

Penerimaan perpajakan ( PNBP ) Penerimaan Negara bukan pajak Bagian laba BUMN Lain-lain penerimaan yang sah Penerimaan Luar Negeri Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan pinjaman luar negeri yang segera dapat dicairkan. Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari reaksi komitmen pinjaman proyek tahun-tahun sebelumnya. 2) Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian laba BUMD PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan. Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari: Bagian daerah dari PBB dan BPHTB ( Bea perolehan hak atas tanah & bangunan) Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi Bagian daerah dari Sumber daya alam Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari: Pinjaman dari Pemerintah Pusat Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

Pinjaman dari BUMN/BUMD Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank Pinjaman dari Luar Negeri Penjualan Aset Daerah Penerbitan Obligasi Daerah 3) Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian laba BUMD PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan. Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari: Bagian daerah dari PBB dan BPHTB Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi Bagian daerah dari Sumber daya alam Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari: Pinjaman dari Pemerintah Pusat Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya Pinjaman dari BUMN/BUMD Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank Pinjaman dari Luar Negeri Penjualan Aset Daerah Penerbitan Obligasi Daerah

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Belanja negara terbagi menjadi dua bagian yaitu pusat dan daerah Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan 4. Sumber-sumber Penerimaan Negara Penerimaan Dalam Negeri meliputi pajak, terbagi menjadi pajak pusat dan daerah, retribusi, Keuntungan BUMN/BUMD, Denda dan Sita, Pencetakan Uang, Pinjaman, Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah, serta Penyelenggaraan Undian Berhadiah. sedangkan penerimaan dari luar negeri berupa pinjaman proyek dan pinjaman progam. 5. Jenis penerimaan negara terbagi menjadi tiga berdasarkan institusi yang menanganinya yaitu penerimaan pemerintah pusat, penerimaan pemerintah daerah propinsi, penerimaan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Daftar Pustaka Guritno,2009, Ekonomi Publik edisi ketiga, BPFE Yogyakarta Sukanto,2009, Ekonomika Publik edisi pertama, BPFE Yogyakarta http://www.depkeu.go.id/ind/ http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/ http://www.pajak.go.id/ http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/default.asp